Analisis Resiliensi SES HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 81. Kondisi Hutan Mangrove di Laguna Segara Anakan 2010 Berbagai kebutuhan ekonomi seringkali mendorong masyarakat untuk memanfaatkan tanaman mangrove ini secara berlebihan, tanpa memikirkan akibat yang akan timbul di kemudian hari. Kayu mangrove jenis cancang banyak digunakan sebagai bahan untuk atap rumah Gambar 81. Gambar 82. Pemanfaatan mangrove sebagai bahan pembuatan rumah 2010

5.4.1.3. Persepsi Masyarakat Lokal

Laguna Segara Anakan merupakan sumber penghidupan masyarakat Kampung laut. Laguna dan hutan mangrove merupakan sumberdaya utama yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Sampai saat ini, kondisi laguna dan ekosistem mangrove di lokasi penelitian telah mengalami tekanan akibat pemanfaatan dan pengelolaannya yang kurang memperhatikan aspek kelestarian. Tuntutan dan pembangunan yang lebih mengutamakan tujuan ekonomi seperti konversi ekosistem mangrove untuk perluasan lahan tambak yang akhirnya terbengkalai dan penebangan yang tidak terkendali, menunjukkan bahwa penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan peruntukkannya dan melampaui daya dukung, sehingga terjadi kerusakan ekosistem mangrove dan degradasi lingkungan pantai. Selain itu pemanfaatan tanah timbul akibat sedimentasi untuk lahan pertanian menambah lingkungan semakin terdegradasi. Akibat sedimentasi dan eksploitasi hutan mangrove yang tidak terkendali sudah mulai dirasakan oleh masyarakat. Persentase tingkat pengetahuan responden terhadap berbagai kondisi sumberdaya di kawasan ini disajikan pada Tabel 72. Tabel 72. Persepsi Masyarakat Lokal terhadap Kondisi Sumberdaya di laguna Segara Anakan No Persepsi Pemahaman Persentase 1 Persepsi terhadap sedimentasi dan penyempitan badan air dan perluasan daratan Tahu adanya penyempitan 83,7 Tidak tahu 16,3 2 Persepsi terhadap keberadaan kesehatan hutan mangrove Penting 73,9 Tidak penting 18,5 Tidak paham 7,6 3 Persepsi terhadap jenis-jenis mangrove yang perlu dilindungi Tahu 63,1 Tidak tahu 5,7 Biasa saja 31,2 4 Persepsi terhadap penyebab kerusakan laguna dan mangrove Tahu 86,3 Tidak tahu 13,7 Biasa saja - 5 Persepsi terhadap kondisi laguna dan hutan mangrove Lebih buruk 78,7 Lebih baik 16,3 Tidak berubah 5,0 6 Persepsi terhadap cara-cara pelestarian dan MCS terhadap sumberdaya yang ada ikan, mangrove, dan lain-lain Tahu 95,6 Tidak tahu 4,4 Sumber: data primer 2010 Konversi ekosistem mangrove menjadi lahan pertanian pangan umumnya kurang berhasil, meskipun berbagai upaya sudah dilakukan. Misalnya dengan mengubah arah aliran air sungai, sehingga sedimentasi mengumpul pada area tertentu yang akhirnya menjadi daratan, selanjutnya untuk mengurangi tingkat salinitas, dilakukan penggelontoran secara teratur tanah tersebut dengan air tawar untuk mendesak keluarnya kandungan garam dari dalam sedimen. Upaya ini dilakukan sebagai antisipasi terhadap kecenderungan berubahnya ekosistem mangrove di Segara Anakan menjadi ekosistem daratan, namun upaya ini pada akhirnya berhenti dengan sendirinya akibat sulitnya menemukan varietas padi dengan produktivitas tinggi untuk lahan tersebut. 5.4.2. Tekanan terhadap Sumber Eksternalitas: Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Kawasan Laguna Segara Anakan

5.4.2.1. Perikanan Tangkap

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan selama kurun waktu 14 tahun Djowito, 1985 dan Mumi, 1999 telah terjadi hilangnya beberapa famili. Pada tahun 1985 di segara Anakan ditemukan 45 jenis ikan dari 36 famili Djuwito, 1985. Mumi 2000 mengemukakan jenis ikan dari 12 Famili. Sementara kajian Dudley 2000 menyimpulkan bahwa hasil tangkapan jaring apong yang beroperasi mencakup kawasan bagian barat Laguna Sagara Anakan, tertangkap sekitar 27 famili.

5.4.2.2. Perikanan Budidaya

Luas lahan budidaya di Kecamatan Kampung Laut sebesar 167,9 Ha. Perikanan budidaya dilakukan sejak munculnya tanah timbul di perairan Segara Anakan yang merupakan dampak sedimentasi dari sungai-sungai yang bermuara di Segara Anakan. Tipe budidaya yang ada di Kecamatan Kampung Laut adalah budidaya tambak skala tradisional dengan komoditas bandeng, udang dan kepiting. Namun selain budidaya tambak ada juga tipe budidaya kolam komoditas air tawar seperti nila gift dan lele. Jumlah RTP budidaya tambak sebanyak 385 RTP, dengan jumlah unit tambak sebanyak 566 unit Anonimous 2 , 2009. Budidaya tambak di Kecamatan Kampung Laut bersifat polikultur, lebih dari satu komoditas dibudidayakan dalam satu areal tambak dan tidak saling mengganggu pertumbuhan dan perkembangan masing-masing komoditas. Perikanan budidaya dominan di dua desa Kecamatan Kampung Laut, yaitu Desa Klaces dan Desa Ujungalang. Hasil komoditas dari perikanan budidaya yaitu berupa ikan bandeng, udang windu dan kepiting. Perikanan budidaya banyak terpusat pada Dusun Bondan yang termasuk ke dalam Desa Ujung Gagak. Perikanan budidaya di Dusun Bondan masih menggunakan sistem tradisional. Pembudidaya biasanya memiliki lahan untuk budidaya yang berkisar antara 0,5 – 5 ha yang tergantung dari modal masing-masing pembudidaya. Kepemilikan lahan budidaya pada dasarnya merupakan milik Perum Perhutani yang dimanfaatkan oleh pembudidaya untuk kegiatan ekonomi. Konsekuensi dari kepemilikan tersebut, bahwa pembudidaya diwajibkan untuk menanam mangrove di sekitar tambak serta menjaga mangrove tersebut hingga dapat tumbuh dengan baik.