menghadapi pengaruh faktor eksogen dan endogen, maka tetap ada dinamika sosial Kartodirdjo, 1993.
Masyarakat lokal merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap kawasan konservasi dikarenakan kedekatan masyarakat
dengan kawasan tersebut dan adanya faktor kepentingan baik secara historis, sosial religi, ekologi maupun ekonomi masyarakat lokal. Namun masyarakat
hampir tidak pernah terlibat di dalam berbagai proses pengambilan keputusan, dan sebaliknya diposisikan sebagai penerima setiap kebijakan yang dihasilkan
oleh pemerintah. Oleh karenanya dimasa yang akan datang, peran serta yang dikembangkan didalam berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan konservasi haruslah ditekankan kepada peran serta yang bersifat kemitraan, dimana masyarakat turut berperan
didalam proses pengambilan keputusan akhir Sembiring dan Husbani 1999.
2.3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menurut rancangan tersebut di atas adalah kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif Patton, 1980; McCracken, 1988;
Shaffir and Stebbins, 1991; Bernard, 1994; Kvale, 1996.Sasaran dari pendekatan kuantitatif adalah gejala sedangkan sasaran dari pendekatan
kualitatif adalah prinsip-prinsip umum dari perwujudan gejala-gejala Rudito dan Famiola, 2008.
2.3.1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survai, dengan tujuan untuk memahami masalah sosial melalui penjaringan pendapat dan aspirasi
masyarakat atau entitas penduduk, melalui pendekatan sampel populasi. Pengambilan contoh populasi sampling yang heterogen menjadi bagian-bagian
yang relatif homogen homogenous subsets atau disebut juga strata, dilakukan untuk dapat menjaring seluruh lapisan dalam masyarakat, baik secara acak
dilakukan pada setiap strata tersebut Cochran, 1984; Walsh, 1990. Pendekatan kuantitatif dalam metode penelitian pertama kali
dikembangkan oleh Descartes dengan istilah pendekatan deduktif. Pendekatan tersebut kemudian dikembangkan oleh Comte pada tahun 1896 yang kemudian
dikenal dengan pendekatan positivisme. Pendekatan kuantitatif bermula dari studi tentang ilmu-ilmu alam natural science yang mengharuskan semua kajian
penelitian diukur dengan angka-angka kuantitatif secara ontologis dan diletakkan pada tatanan realisme Basrowi dan Sukidin, 2002. Sparringa 2000
menyatakan bahwa semangat utama positivisme adalah memetakan pola-pola dan kecenderungan umum tentang bagaimana struktur sosial yang ada
menghasilkan disposisi dan perilaku individu yang berbeda. Produk akhir dari upaya intelektual tersebut adalah ditemukannya dalil-dalil umum sebagai upaya
geberalisasi atas fakta-fakta empirik dari berbagai pengamatan yang terukur Basrowi dan Sukidin, 2002.
Analisis statistik merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. Salah satu faktor terpenting dalam analisis statistik adalah
pemilihan metode statistik yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Analisis statistika hanya suatu alat saja, diharapkan dapat
mengungkapkan kebenaran dari serangkaian data, tetapi pemahaman, pengalaman, intuisi dan penalaran tetap menjadi kekuatan peneliti Greenfield,
2002. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja di Kecamatan
Kampung Laut. Kemudian pada masing-masing desa dilakukan pemilihan sampel secara stratified random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
secara proporsional berdasarkan strata yang ditentukan, yaitu kelompok pemanfaat sumberdaya pada lokasi penelitian.
2.3.2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai aspek kultural masyarakat yang tidak dapat dijaring
melalui pendekatan kuantitatif, sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang aspek-aspek sosial budaya secara lebih
positivistik, terukur dan kuantitatif. Pada pendekatan kualitatif, digunakan pendekatan teori kritis Denzin and Lincoln, 2008 untuk mencapai suatu proses
interaksi yang mampu membuka selubung kepentingan masing-masing partisipan secara lebih jujur dalam suatu seri dialog kritis.
Secara kritis dapat digunakan pendekatan studi etnografi Creswell, 1998. Dengan pendekatan tersebut akan diketahui kondisi riil suatu komunitas, baik
sosial, maupun kultural. Etnografi tersebut semata-mata berciri deskriptif kualitatif, tanpa interpretasi-interpretasi kultural dan analisis budaya peneliti.
Dengan kata lain, etnografi sekedar memberikan potret dari suatu komunitas