buangan dari pemukiman penduduk penduduk di sekitar perairan ini. Sampah- sampah ini ternyata telah mempercepat proses sedimentasi dan pada saat
membusuk menimbulkan bau dan rasa air yang tidak baik bagi kehidupan satwa air yang ada di perairan Segara Anakan. Daratan Pulau
Nusakambangan luas ± 10.300 ha yang berada di sebelah Selatanwilayah perairan Segara Anakan kini juga telah mulai mengalami perubahan tata guna
lahan land use change. Sebagian dari wilayah hutan sekunder penutup daratan pulau ini rainforest kini telah dibuka untuk berbagai keperluan
seperti antara lain penambangan batu gamping untuk memenuhi kebutuhan pabrik semen di Cilacap, perkebunan pisang dan juga pertambakan udang.
Sejauh ini belum ada laporan tentang dampak negatif dari kegiatan- kegiatan tersebut di atas terhadap kondisi lingkungan Segara Anakan. Pulau
Nusakambangan sampai saat ini masih merupakan satu-satunya sumber penyedia air tawar yang sehari-hari dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar
perairan Segara Anakan.
3. Ekosistem dan Sumberdaya Estuaria a. Hutan
mangrove
Seperti telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya bahwa kawasan Segara Anakan merupakan satu-satunya wilayah di Pulau Jawa
yang memiliki hutan mangrove yang terluas. Luasan ini pada mulanya mencapai ± 35.985 ha ± 21.185 ha terletak di sepanjang tepi laguna dan
± 14.100 ha lainnya terletak di wilayah rawa pasang surut di sekitar laguna. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey terakhir,
luasan tersebut di atas telah menyusut menjadi 12,227 ha Soemodihardjo, 1989. Ekosistem mangrove di kawasan Segara Anakan
ini ternyata telah berubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada kondisi topografi di sekitar laguna, fluktuasi pasang surut air laut dan pola-
pola angkutan serta sebaran sedimen di perairan Segara Anakan tersebut. Perubahan ekosistem ini telah diteliti oleh Tim Ekologi IPB 1984 dan
Soemodihardjo 1989. Hutan mangrove di kawasan Segara Anakan di samping berfungsi
sebagai penyedia kayu bakar dan kayu untuk bahan bangunan untuk penduduk setempat serta tempat berlindung, memijah dan asuhan
berbagai jenis satwa air komersial ikan dan udang juga merupakan habitat yang penting bagi berbagai burung dan satwa mamalia seperti
burung wador termasuk burung wader migrasi dan kera. Ada 85 jenis burung yang hidupnya bergantung pada hutan mangrove di kawasan ini.
Hal yang terakhir ini mungkin tepat dijadikan dasar untuk mengembangkan fungsi selanjutnya dari hutan mangrove yang ada sebagai daerah wisata
Wana Wisata.
b. Laguna
Laguna Segara Anakan adalah laguna yang unik. Perairan laguna Segara Anakan ini telah diteliti secara intensif pada tahun 1989 White et
al, 1989. Karakteristik hidrologi perairan Segara Anakan sangat dipengaruhi oleh debit sungai yang bermuara di perairan ini dan oleh
gerakan pasang surut air laut. Salinitas air laguna ditentukan oleh ratio besarnya volume air laut dan air tawar yang masuk ke laguna yang selalu
berubah setiap hari dan setiap musim. Tinggi interval pasang-surut air di laguna berkisar antara 0,4 – 0,9 m. Sebagian besar air laut yang masuk
ke laguna berasal dari kanal penghubung di bagian barat Plawangan; 26 juta m
3
pada saat pasang air laut tinggi dan 10 juta m
3
pada saat pasang air laut rendah. Karena kondisi topografinya yang relatif amat datar, maka
pengaruh pasang surut dapat terjadi sampai ± 10 km ke dalam wilayah daratan di sekitar laguna sampai dengan Dusun Panikel, tergantung dari
tinggi interval pasang surut yang terjadi dan besar debit sungai pada saat itu.
Pada saat musim hujan volume air yang masuk ke laguna cukup besar salinitas air laguna menjadi menurun 13 – 19 ppt, sedangkan
pada musim kering salinitasnya dapat mencapai 25 – 33 ppt. Pola salinitas di laguna juga bervariasi berdasarkan tempatnya. Tingkat salinitas di
bagian tengah laguna relatif lebih tinggi dari bagian lainnya yang terletak di tepi laguna.
Sirkulasi air yang terjadi di perairan Segara Anakan utamanya hanya dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut, karena perairan ini di
samping terlindungi dari pengaruh ombakgelombang laut oleh Pulau Nusakambangan juga karena lairan air sungai yang masuk ke perairan
relatif sangat rendah kecepatannya.
Produksi primer dari laguna Segara Anakan bervariasi antara 210 – 267 Cm
3
per hari Tim Ekologi IPB, 1984. Laguna ini mempunyai kemamopuan menyediakan phytoplankton dan zooplankton yang beragam
jenisnya dan dalam jumlah yang cukup lebih tinggi yang bervariasi sesuai dengan kondisi musim. Pada saat terjadi kenaikan jumlah air tawar di
laguna, populasi plankton pada umumnya untuk sementara berkurang ECI, 1987; Tim Ekologi IPB, 1984. Komunitas plankton di laguna
diperkirakan mempunyai kepadatan rata-rata sebesar 3.900 planktonl. Kepadatan ini meningkat menjadi sebesar 5.270 individul pada bulan Juli
dan Agustus. Lumpur di dasar laguna merupakan tempat hidup bagi berbagai
invertebrata makrobentik dan yang paling dominan adalah gastropoda thiara yang di dekat Cibeureum kepadatannya mencapai 630 – 1500
individum
3
. Plankton dan organisme benthic yang banyak terdapat di perairan Segara Anakan ini merupakan suatu sumber makanan yang baik
bagi jenis-jenis ikan dan krustacea yang bernilai impor tinggi. Dari hasil penelitian oleh Tim Ekologi IPB 1984 telah diidentifikasi adanya 45 jenis
ikan yang hidup di Segara Anakan dimana 12 jenis diantaranya merupakan “warga” tetap di perairan ini. Larva udang dan ikan juga
ditemukan cukup banyak di kanal timur dan barat. Ini menunjukkan adanya ketergantungan antara wilayah perairan laut lepas dengan laguna.
Laguna Segara Anakan serta kanal-kanal di sekitarnya telah lama dimanfaatkan sebagai media perhubungan antar desa di kawasan ini yang
sampai sekarang belum saling terhubungkan dengan jalan darat serta sebagai jalan lalu lintas angkutan penyeberangan dari Kalipucang ke
Cilacap dan sebaliknya. Jalan lalu lintas penyeberangan ini sangat disukai oleh wisatawan dari mancanegara.
4.2. Sistem Sosial Ekonomi 4.2.1. Pemerintahan dan Demografi
Kampung Laut adalah nama perkampungan di kawasan Segara Anakan yang terdiri dari 4 wilayah desa, yaitu: Desa Ujung Alang, Desa Ujung Gagak,
Desa Panikel dan Desa Klaces. Kampung Laut sudah menjadi Kecamatan Pembantu sejak tahun 2001, di bawah wilayah administrasi Kecamatan
Kawunganten Kabupaten Cilacap Jawa Tengah dengan pusat pemerintahan di