yang memungkinkan bagi semua kelompok masyarakat untuk memanfaatkannya. Penyediaan barang atau alat produksi secara langsung dapat
menimbulkan masalah, antara lain disebabkan oleh beberapa alasan; menimbulkan ketergantungan dan menggangu mekanisme pasar, mengganggu
perhatian terhadap pentingnya perubahan struktur dan proses, serta berpeluang terjadi salah sasaran atau hanya menguntungkan kelompok tertentu.
5.2.5 Identifikasi Kebutuhan Insentif Masyarakat Pesisir Laguna Segara Anakan
Berbagai respon dilakukan oleh masyarakat Kampung laut ini menghadapi kondisi sumberdaya alam dalam berbagai bentuk penyesuaian. Salah satunya
adalah melalui aktivitas produksi. Sebagai contoh, masyarakat berkelompok untuk melakukan pengembangan kegiatan budidaya ikan, sebagian nelayan
secara berkelompok melakukan kegiatan penangkapan ikan, sebagian petani memperbaiki kegiatan pertanian di sawahnya. Sebagian masyarakat lainnya juga
terdorong untuk melakukan upaya-upaya yang tertuju pada perbaikan lingkungan, misalnya secara berkelompok melakukan kegiatan konservasi
mangrove. Meskipun tindakan nyata terkait hal ini belum menjadi tindakan serentak di kalangan masyarakat, pemahaman akan pentingnya upaya-upaya
seperti itu telah menjadi bahan pertimbangan penting bagi pemerintah lokal dalam pembangan dan implementasi kebijakan-kebijakannya. Hasil survey
menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan perlunya menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan laut untuk kelanjutan pencaharian mereka,
karena mereka sadar bahwa pencemaran lingkungan perairan sudah tidak dapat ditolelir lagi.
Kegiatan usaha budidaya perikanan berkembang seiring dengan penurunan produktivitas perikanan tangkap sejak periode tahun 1990. Namun,
usaha budidaya tersebut masih terkendala oleh banyak hal, termasuk penjarahan dan penurunan kualitas perairan. Dengan kendala-kendala yang cukup signifikan
tersebut, pada saat ini, hanya sebagian masyarakat yang masih melanjutkan usaha budidaya di Segara Anakan. Di antara masyarakat yang masih
melanjutkan usaha budidaya, yaitu terutama masyarakat Dusun Bondan, upaya penyesuaian lebih lanjut yang dilakukan adalah menghindari penggunaan input
secara intensif; dalam hal ini, pembudidaya hanya mengandalkan teknik-teknik tradisional dan berharap untuk memperoleh pendapatan tambahan dari
pemasangan bubu untuk mengumpulkan udang alam. Di samping itu,
masyarakat Dusun Bondan yang pada waktu-waktu sebelumnya hanya menekuni usaha budidaya, pada saat ini sebagian di antaranya telah
mengembangkan berbagai usaha alternatif, misalnya menanam padi dan sayuran di tanggul tambak. Selain itu, lahan tambak ditanami mangrove sebagai
bentuk kerjasama dengan Perhutani. Dinamika aset alam sebagai Coastal Livelihood System Analyisis dalam
kurun waktu 20 tahun terakhir dapat dilihat tertera pada Tabel 69. Aset alam yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: laguna, hutan bakau, hutan alam,
jumlah rumah, air bersih, areal pertanian, tangkapan ikan di laut, abrasi, hasil pertanian, tambak, kelapa dan albiso.
Tabel 69. Perubahan Aset Alam di Kawasan Laguna Segara Anakan
No Faktor kunci
Tahun 1990-1995 1996-2000 2001-2005 2006-2010
1 Laguna
3 2 2 1 2
Hutan bakau
3 2 2 2 3
Hutan alam
2 1 1 1 4
Jumlah rumah
2 2 3 3 5
Air bersih
3 2 2 2 6
Areal pertanian 3 2 2 2
7 Tangkapan
ikan laut
2 2 1 1 8
Abrasi 2 2 2 2
9 Hasil
pertanian 3 2 1 1 10
Tambak 3 3 2 2
11 Kelapa
3 2 2 3 12
Albiso 1 1 2 3
Keterangan : 0 = tidak adahabis, 1 = sedikit, 2 = sedang, 3 = banyak Sumber : Data Primer 2010
5.2.6 Pemilihan Insentif
Tahapan selanjutnya dalam analisis ini adalah pemilihan insentif dengan didasarkan pada paparan mengenai kondisi dari aset-aset kapital di kawasan
Laguna Segara Anakan. Sintesa tersebut adalah rangkaian benang merah yang mengkaitkan modal-modal kapital, mulai dari dinamika aset alam hingga aset
fisik.Hasil analisis CLSA pada berbagai kondisi aset di masyarakat kawasan Laguna Segara Anakan aset kapital secara keseluruhan tertera pada Gambar
79. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa kondisi aset kapital untuk berbagai aspek menunjukkan kecenderungan yang sama di semua wilayah Desa.
Gambar 79. Grafik Hasil CLSA di Laguna Segara Anakan Kegiatan selanjutnya dalam analisis ini adalah melakukan pemilihan
insentif. Insentif adalah semua bentuk dorongan spesifik atau rangsangstimulus yang umumnya berasal dari institusi eksternal pemerintah, LSM atau lainnya,
yang dirancang dan diimplementasikan untuk mempengaruhi atau memotivasi masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, untuk bertindak atau
mengadopsi teknik dan metode baru yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi Wijayanto, 2007.
Sistem insentif dihubungkan dengan kinerja terukur yang digunakan untuk mengontrol output. Insentif merupakan sesuatu yang digunakan untuk
memberikan hadiah yang sesuai dengan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, insentif adalah salah satu atau kombinasi dari beberapa hal berikut: 1
pembayaran atau pemberian konsesi untuk merangsang output keluaran Insentif yang dilakukan bisa secara langsung, tidak langsung atau bahkan tanpa
insentif. Mengacu pada Ostrom et al. 1993, insentif dan disinsentif bukan hanya sekedar penghargaan atau hukuman, melainkan menyangkut perubahan positif
atau negatif pada hasil outcomes yang dalam pandangan individu akan dapat dihasilkan dari suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan kaidah atau aturan
tertentu baik dalam konteks fisik maupun sosial. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya di kawasan laguna Segara
Anakan di dalam penelitian ini, analisis terhadap sistem insentif dikaitkan dengan sejumlah sasaran insentif. Sasaran-sasaran tersebut adalah asset produksi
5 10
15 20
25
Aset alam
Aset manusia
Aset sosial Aset
keuangan Aset buatan
Panikel Ujung Gagak
Ujung Alang Klaces