Identifikasi Kebutuhan Insentif Masyarakat Pesisir Laguna Segara Anakan

pemberian kredit modal kerja, bantuan pangan, penanaman mangrove dan pelayanan sosial baik transportasi, kesehatan, dan sebagainya. Adapun bentuk pemberian insentif secara tidak langsung yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini diantaranya adalah pengaturan lahan produksi, peningkatan sarana prasarana usaha alternatif, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan, stabilitasi harga, perbaikan jalur pemasaran, pembukaan akses pasar, pengaturan harga faktor produksi, penghargaan berbasis kinerja, penguatan kelembagaan lokal, dan perbaikan infrastruktur sosial. Pada situasi tertentu, orang akan melakukan tindakan pengelolaan laguna Segara Anakan akan dilakukan oleh masyarakat jika mereka memiliki sumberdaya yang cukup, kapasitas yang memadai dan kemauan untuk bertindak. Sumberdaya dapat berupa material, tenaga kerja, dan input-input lainnya yang dibutuhkan untuk aktivitas pengelolaan. Termasuk dalam kapasitas adalah pengetahuan, teknologi, maupun pengaturan sosial yang dibutuhkan untuk mengontrol dan mengelola sumberdaya. Inilah manfaat adanya insentif disinsentif dalam pengelolaan sumberdaya di laguna Segara Anakan. Penentuan mata pencaharian alternatif yang ditawarkan dalam penelitian ini menggunakan 3 tiga pertimbangan yaitu: hasil wawancara responden, survey primerkondisi eksisting dan analisis penyusun. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk mayoritas penduduk kecamatan Kampung Laut direkomendasikan mengembangkan usaha di bidang pertanian dan diikuti oleh perikanan budidaya serta pariwisata, perdagangan dan jasa. Mengacu pada Tabel 65 yang sudah disampaikan pada bahasan sebelumnya maka dapat dikembangkan beberapa perbandingan penilaian terhadap setiap pilihan sistem insentif menurut berbagai kriteria teknis, keuangan, politis, dan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya di laguna Segara Anakan yang dapat dilihat pada Tabel 71 berikut ini. Tabel 71. Perbandingan Penilaian terhadap Berbagai Kriteria untuk Setiap Pilihan Sistem Insentif Pengelolaan Sumberdaya di Laguna Segara Anakan Sistem Insentif Kelayakan Teknis Keuangan Kelembagaan Keberlanjutan Politik 1. Aset produksi utama √ √ √ √ x 2. Alternatif pencaharian √ x √ √ x 3. Pasar √ √ x √ x 4. Penguatan usaha √ √ √ √ x 5. Kondisi sosial √ √ √ √ √ Keterangan: √ = kontrol tinggi; x = kontrol rendah Mengacu pada perbandingan tersebut, terlihat bahwa bentuk sistem insentif yang dipertimbangkan dalam pengelolaan laguna Segara Anakan, menunjukkan kelayakan yang berbeda untuk aspek-aspek tertentu. Untuk penerapannya misalnya, pilihan insentif ’asset produksi utama’ layak untuk semua aspek kecuali aspek politik; di sisi lain, insentif ’alternatif mata pencaharian’ menunjukkan kelemahan pada aspek politik dan aspek finansial. Dari kelima sistem insentif yang dipertimbangkan, hanya satu sistem insentif yang dapat dinilai layak untuk kesemua aspek, yaitu insentif untuk penguatan kondisi sosial.

5.3. Analisis Resiliensi SES

Bagian bahasan ini merupakan sintesa dari hasil-hasil analisis sebelumnya pada Sub Bab 5.1 dan 5.2 yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi bentuk- bentuk intervensi yang berpotensi untuk dipilih sebagai intervensi-intervensi strategis untuk meningkatkan resiliensi masyarakat di Segara Anakan. Mengacu pada penjelasan dalam Bagian Metodologi, identifikasi tersebut dilakukan dalam 4 empat tahapan yang hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut: Di antara hasil utama dari analisis pada bab-bab tersebut di atas dan yang relevan dengan identifikasi intervensi potensial untuk peningkatan resiliensi adalah bahwa terdapat saing ketergantungan antara masyarakat dan sumberdaya. Hasil analisis dinamika sosial-eklogi dengan pendekatan analisa sejarah pada perode tahun 1980 sampai saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyusutan laguna yang luar biasa, degradasi sumberdaya baik mangrove ataupun ikan. Hal ini menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan hasil pendapatan nelayan, namun menjadi sumber mata pencaharian baru bagi yang bisa memanfaatkannya. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan tanah timbul menjadi areal pesawahan, perkebunan dan juga pemukiman. Hasil analisis SES tersebut juga menunjukkan bahwa trajektori sejarah dari SES tersebut banyak terpengaruhi oleh sejumlah faktor penentu drivers, baik dalam bentuk kejadian maupun tindakan. Faktor-faktor penentu tersebut adalah: 1 belajar hidup dalam perubahan dan ketidakpastian; 2 mengembangkan diversitas bagi reorganisasi dan pembaruan; 3 mengkombinasikan berbagai macam pengetahuan; dan 4 mengkreasi kemungkinan bagi pengorganisasian diri. Tingkat resiliensi masyarakat berdasarkan faktor penentu resiliensi di laguna Segara Anakan dapat dilihat pada Gambar 80.