Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah basis

119 usaha perikanan tangkap unggulan. Nilai pengganda basis pada analisis sebelumnya akan menjadi peubah dalam penilaian pertumbuhan tenaga untuk setiap usaha perikanan tangkap unggulan di wilayah basis. Dalam arti lebih luas, pertumbuhan tenaga kerja merupakan cerminan dari kontribusi sektor perikanan dalam memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Belitung. Selain dari itu, masalah tenaga kerja yang sebenarnya adalah masyarakat nelayan, diperlukan program pemberdayaan yang dilengkapi dengan indikator keberhasilan, sehingga masyarakat nelayan dapat dimonitor secara lebih terperinci tingkat keberhasilannya, baik dari dalam hal kesejahteraan maupun dalam jumlah nelayan. Hasil analisis pertumbuhan tenaga kerja di wilayah basis disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Pertumbuhan tenaga kerja Delta N di wilayah basis Usaha Perikanan Tangkap Delta N Kec. Sijuk Kec. Tanjung Pandan Kec. Badau Kec. Membalong Pancing Tonda 165 Payang 173 JIH 182 Sero 140 Pukat Pantai 31 Bubu 176 Trammel net 77 Hasil Tabel 10 menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Sijuk karena kontribusi usaha perikanan pancing tonda, sero, dan bubu berturut-turut adalah 165 orangtahun, 140 orangtahun, 176 orangtahun. Pertumbuhan tenaga kerja untuk ketiga usaha perikanan tangkap unggulan tersebut tinggi. Hal ini berarti bahwa ketiga usaha perikanan tangkap tersebut telah berkembang dengan baik di Kecamatan Sijuk, termasuk usaha perikanan sero sebagai usaha perikanan unggulan yang mempunyai dominasi paling rendah di Kecamatan Sijuk. Kondisi ini terjadi karena keaktifan ketiga usaha perikanan tangkap cukup tinggi di lokasi penelitian, dimana cukup banyak nelayan yang terlibat sebagai tenaga kerja, meskipun secara rasio tidak selalu dominan. Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Tanjung Pandan dalam kontribusi usaha perikanan payang dan jaring insang hanyut JIH berturut-turut 120 adalah 173 orangtahun dan 182 orangtahun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja di kedua sektor basis, yaitu usaha perikanan tangkap payang dan jaring insang hanyut JIH di Kecamatan Tanjung Pandan termasuk tinggi. Pertumbuhan tenaga kerja pada usaha perikanan jaring insang hanyut merupakan pertumbuhan paling tinggi diantara tujuh usaha perikanan tangkap unggulan lainnya. Hal ini terjadi karena adanya dukungan penuh terhadap pengembangan usaha perikanan tangkap tersebut di hampir semua aspek. Dari aspek nelayan, jumlah nelayan yang bekerja pada usaha perikanan jaring insang hanyut termasuk banyak di Kecamatan Tanjung Pandan 975 orang. Jumlah yang banyak ini juga didukung oleh keaktifan usaha perikanan tangkap yang juga tinggi di lokasi ini, dimana kegiatan penangkapan lebih tertib dan diusahakan minimal oleh skala menengah sehingga mempunyai jangkauan penangkapan yang luas tanpa tidak banyak dipengaruhi musim. Di samping, dari aspek finansial usaha perikanan tangkap ini cukup menguntungkan. Hasil analisis sebelumnya, usaha perikanan jaring insang hanyut mempunyai nilai BC ratio 1,59 dan IRR 38,81 yang baik. Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Badau dalam kontribusi usaha perikanan trammel net cukup tinggi, yaitu 77 orangtahun. Namun bila dibandingkan dengan sektor basis pada dua kecamatan lainnya, maka pertumbuhan tenaga kerja trammel net di Kecamatan Badau ini lebih rendah. Trammel net mempunyai nilai pengganda basis paling baik yaitu 1,50 dan jumlahnya sangat banyak dan dominan di Kecamatan Badau. Namun karena jumlah tenaga kerja perikanan atau nelayan trammel net di kecamatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan Sijuk dan Kecamatan Tanjung Pandan, dan juga operasinya biasa-biasa saja tidak sangat aktif, maka cukup wajar bila pertumbuhan tenaga kerja trammel net tidak terlalu tinggi di Kecamatan Badau. Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Membalong kurang baik, karena kontribusi usaha perikanan pukat pantai termasuk paling rendah diantara tujuh usaha perikanan tangkap unggulan yang dikembangkan, yaitu 31 orangtahun. Hal ini terjadi karena manfaat ekonomi yang diberikan oleh usaha perikanan pukat ini tidak terlalu baik meskipun termasuk layak, dan ini 121 ditunjukkan oleh hasil analisis finansial yang dilakukan, dimana dari tujuh usaha perikanan tangkap unggulan, pukat pantai mempunyai BC ratio dan IRR yang paling rendah yaitu 1,09 dan 12,60. BC ratio sebesar 1,09 memberi pengertian bahwa usaha perikanan pukat pantai hanya memberikan pendapatan sekitar 1,09 kali dari biaya yang dikeluarkan. Menurut Syarifin 1993, usaha perikanan pukat pantai dapat merekrut banyak tenaga kerja, yaitu sekitar 10 -15 orang per unitnya, sehingga pengembangannya perlu didukung selama usaha perikanan tangkap tersebut tidak merugikan dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan perikanan di Kabupaten Belitung. 7 PENGEMBANGAN KEBIJAKAN STRATEGIS DENGAN KONSEP MICRO-MACRO LINK

7.1 Model Micro-Macro Link Pembangunan Perikanan Tangkap

Model micro-macro link MML ini dikembangkan untuk memudahkan penyusunan rekomendasi kebijakan strategis trade-off ekonomi yang terkendali, yaitu menjadikan kegiatan pembangunan perikanan tangkap terpadu Kabupaten Belitung sebagai primadona dan andalan dalam meningkatkan perekonomian kawasan, namun diharapkan dapat dikelola dengan baik sehingga tidak sampai merusak kontribusi sektor lain yang sudah ada. Agar mencapai sasarannya, maka pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Belitung perlu peran serta masyarakat nelayan dengan mengarahkan pada peningkatan produktivitas yang akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, sehingga masalah kemiskinan yang selalu melilit masyarakat nelayan dapat ditanggulangi dengan mengikut-sertakan semua potensi yang ada. Untuk maksud ini, maka penyusunan rekomendasi tersebut akan didasarkan pada kondisi nyata pola interaksi link komponen terkait, baik dalam lingkup mikro maupun lingkup makro sehingga terjadi sinergi dengan arah pengembangan ekonomi kawasan dan berkorelasi dengan kebijakan pembangunan nasional. Dalam analisis model micro-macro link yang dikembangkan dalam penelitian ini, semua komponen tersebut diinteraksikan satu sama lain sesuai struktur dan ruang lingkup interaksinya dalam kondisi nyata pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Belitung baik dalam merespon kondisi lokal, regional maupun kondisi yang lebih luas secara nasional. Dalam sektor perikanan, beberapa faktor yang harus dijadikan perhatian adalah : kontributor pembangunan ekonomi skala lokal, regional dan nasional, sumber penyerap surplus tenaga kerja skala lokal, regional dan nasional, sumber penerimaan negara dan pendapatan skala lokal, regional dan nasional serta sumber penyedia pangan bagi penduduk wilayah pesisir. Dengan mempergunakan metode micro-macro link,faktor-faktor tersebut dapat dianalisis secara terperinci, sehingga perencanaan ke depan yang lebih terarah dan tepat sasaran bisa dicapai. 124

7.1.1 Model Micro-Macro Link I

Model micro-macro link I ini merupakan model yang dikembangkan dengan menggunakan structural equation modelling SEM mengacu kepada rancangan logic framework MML pada metodologi yang interaksi komponennya disesuaikan dengan pola data, namun tanpa terlalu banyak melakukan modifikasi link. Modifikasi yang dilakukan pada tahap ini hanya untuk mengakomodasi pola data lapangan sehingga nilai interaksi link dalam model bisa dibaca. Model micro-macro link ini dan hasil pengembangannya disusun mengikuti pola interaksi nyata komponen di lokasi. Menurut Martosubroto 2002,dalam pengelolaan perikanan dibutuhkan persiapan yang mencakup menyediakan dokumen, baik formal maupun informal yang mencakup proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusaan, alokasi sumber daya, formulasi dan implementasinya, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan lainnya. Menurut publikasi FAO tentang pelaksanaan perikanan yang bertanggungjawab, dinyatakan bahwa Rencana Pengelolaan Perikanan RPP mencakup penjelasan tentang bagaimana dan oleh siapa suatu kegiatan perikanan tersebut akan dikelola, termasuk di dalamnya penjelasan rinci tentang prosedur dan bagaimana keputusan pengelolaan yang bersangkutan diambil, terutama yang menyangkut perubahan dan perkembangan kondisi sumber daya dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil identifikasi lapangan, komponen-komponen yang terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Belitung, dari perbagai komponen yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung, dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun rekomendasi yang akan dijadikan bahan analisis micro-macro link, baik dalam lingkup mikro maupun makro adalah: a. Dalam lingkup usaha perikanan tangkap dapat mencakup faktor produksi, tenaga kerja, profit, produktivitas, dan wilayah basis. b. Dalam lingkup pasar market dapat mencakup pasar barang-barang kebutuhan produksi perikanan tangkap market input dan barang-barang hasil produksi perikanan tangkap market output.