Location Quotients LQ bagi usaha perikanan pelagis

115 pantai. Beberapa sarana dan prasarana pendukung yang dapat difungsikan secara bersama-sama, cukup dibangun satu saja, dan selanjutnya perhatian dapat dicurahkan untuk membangun sarana dan prasarana lain yang juga dibutuhkan. Bila hal ini dijadikan acuan, pengembangan usaha perikanan pelagis dapat lebih efektif dan tepat sasaran, meskipun pada kondisi keuangan yang terbatas. Pembinaan terhadap nelayan terkait, sebaiknya dilakukan secara periodik dan intensif di ketiga kecamatan wilayah basis, sehingga upaya pengembangan tersebut akan mendapat dukungan penuh dari pelaku langsung usaha perikanan tangkap tersebut.

6.2.2 Location Quotients LQ bagi usaha perikanan demersal, udang, dan

biota laut non ikan Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, potensi maksimum lestari ikan demersal di perairan Kabupaten Belitung sekitar 10761,05 ton dan tingkat pemanfaatannya sekitar 49,58 . Sedangkan potensi maksimum lestari udang dan biota laut non ikan sekitar 2102,80 ton dan tingkat pemanfaatannya baru sekitar 38,34 . Kondisi ini tentu memberi peluang yang besar bagi pengembangan usaha perikanan tangkap unggulan dengan komoditas ikan demersal, udang dan biota laut non ikan tersebut, dimana dapat menggunakan alat-alat tangkap yang memang sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Belitung, seperti pancing tonda, sero, bubu, dan trammel net. Selain menangkap ikan pelagis besar, pancing tonda di Kabupaten Belitung juga dapat diandalkan untuk menangkap ikan demersal, dan sero juga dapat dimanfaatkan untuk menangkap ikan demersal, disamping ikan pelagis kecil. Bubu biasanya digunakan untuk menangkap ikan demersal. Sedangkan trammel net banyak digunakan nelayan Kabupaten Belitung untuk menangkap udang dan biota laut non ikan. Terkait dengan ini, maka keempat alat tangkap ini dapat diandalkan bagi pengusahaan yang lebih besar dari komoditas perikanan tersebut. Berdasarkan hasil analisis LQ pada bagian sebelumnya, pancing tonda, sero, dan bubu dapat menjadi sektor basis di Kecamatan Sijuk dan trammel net menjadi sektor basis di Kecamatan Badau. Dengan demikian, pengembangan 116 usaha perikanan komoditas ikan demersal, udang dan biota laut non ikan di Kabupaten Belitung dapat berbasis di kedua kecamatan tersebut. Untuk mendukung pengembangan ini, berbagai fasilitas yang dibutuhkan untuk usaha perikanan pancing tonda, sero, dan bubu sebaiknya diprioritaskan dibangun di Kecamatan Sijuk, sedangkan fasilitas pendukung trammel net sebaiknya dibangun di Kecamatan Badau. Realisasi hal ini perlu mendapat dukungan penuh dari berbagai stakeholders, terutama dari pemerintah Kabupten Belitung dan masyarakat lokal di setiap wilayah kecamatan tersebut. Menurut Kimker 1994, hal yang demikian itu menjadi sangat penting, agar upaya pengembangan perikanan tangkap tersebut dapat berjalan dengan baik di wilayah basis. Pembinaan terhadap nelayan yang merupakan tenaga kerja atau pelaku langsung kegiatan usaha perikanan tersebut juga tidak boleh dilupakan sehingga kegiatan pemanfaatan sumberdaya demersal dan biota laut non ikan dapat berjalan secara baik dan berkelanjutan di Kabupaten Belitung.

6.3. Pertumbuhan Tenaga Kerja di Wilayah Basis

6.3.1 Pengganda Basis

Pengganda basis K, dianalisis dengan maksud untuk mengetahui perbandingan tenaga kerja seluruh sektor di wilayah basis dengan tenaga kerja sektor basis. Bila semakin rendah nilai pengganda basis, maka semakin tinggi dominasi sektor basis di wilayah basis. Pengganda basis ini dapat memberi ilustrasi tentang seberapa besar kemungkinan dan dukungan pengembangan sektor basis pada wilayah yang ditetapkan menjadi basis. Tabel 9 menyajikan nilai pengganda basis untuk setiap sektor basis di wilayah basisnya. Tabel 9 Nilai pengganda basis K setiap sektor basis Usaha Perikanan Tangkap Nilai K Kec. Sijuk Kec. Tanjung Pandan Kec. Badau Kec. Membalong Pancing Tonda 2.23 33.80 15.17 20.36 Payang 15.58 3.48 14.81 20.36 JIH 17.10 4.44 41.80 10.78 Sero 13.87 20.12 28.94 21.30 Pukat Pantai 16.56 13.35 15.05 1.61 Bubu 4.40 9.42 13.34 10.78 Trammel net 14.25 4.40 1.50 20.36