Kondisi pendapatan usaha perikanan demersal, udang dan biota laut non ikan
95
- 1,000,000
2,000,000 3,000,000
4,000,000 5,000,000
6,000,000 7,000,000
8,000,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Operasi Tahun Ke-
P en
d ap
at an
R p
Bubu Jermal
Gambar 26 Perilaku pendapatan usaha perikanan bubu dan jermal selama tahun operasi
Pendapatan tertinggi bubu terjadi pada operasi tahun ke 8, yaitu sekitar Rp. 2.681.411. Bubu biasanya diusahakan oleh satu orang nelayan. Nelayan bubu
di Kabupaten Belitung biasanya mengoperasikan bubu tidak jauh dari tempat tinggalnya dan umumnya menggunakan perahu sederhana, sehingga biaya yang
dibutuhkan untuk operasionalnya cukup rendah, dan ini berimbas pada kenaikan pendapatan tahunan nelayan tersebut.
- 500,000
1,000,000 1,500,000
2,000,000 2,500,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Operasi Tahun Ke-
P en
d ap
at an
R p
Pukat Udang Trammel Net
Gambar 27 Perilaku pendapatan usaha perikanan pukat udang dan trammel net selama tahun operasi
96 Gambar 27 menyajikan hasil simulasi kondisi pendapatan benefit dari
usaha perikanan pukat udang dan trammel net yang biasanya digunakan dalam menangkap ikan, udang dan biota laut non ikan di perairan Kabupaten Belitung.
Berdasarkan Gambar 27, pendapatan usaha perikanan pukat udang dan trammel net sangat fluktuatif setiap tahunnya. Hal ini karena dalam operasi kedua alat
tangkap tersebut cenderung tidak banyak menggunakan alat bantu penangkapan seperti GPS dan fish finder, seperti alat tangkap skala menengah lainnya. Dalam
menangkap udang dan biota laut non ikan, nelayan di Kabupaten Belitung lebih percaya pada kemampuan nalar dan tanda-tanda alam yang dipelajari secara turun
temurun, sehingga bila meleset atau tidak tepat, akan mengakibatkan penurunan hasil tangkapan. Di samping itu, udang dan kebanyakan biota laut non ikan
biasanya hanya muncul pada waktu tertentu sehingga untuk meningkatkan hasil tangkapan terkadang agak sulit.
Pendapatan pukat udang umumnya turun drastis setelah operasi tahun ke 7, 8 dan 9. Hal ini biasanya terjadi karena tingkat kerusakan pukat udang pada
tahun-tahun tersebut umumnya sudah tinggi, sehingga tidak begitu produktif dalam pengoperasiannya. Nelayan pukat udang di Kabupaten Belitung umumnya
kesulitan pendanaan bila harus memperbaiki kerusakan pukat yang terlalu tinggi, sedangkan hasil tangkapan udang cenderung turun setiap tahunnya.
5.2 Kondisi Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap 5.2.1 Kondisi pembiayaan usaha perikanan pelagis
Pembiayaan merupakan parameter finansial yang penting, juga perlu diperhatikan selain pendapatan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap.
Pembiayaan merupakan komponen penting yang dibutuhkan dalam analisis parameter net present value NPV, BC ratio, internal rate return IRR, return of
investment ROI, payback period PP dan lainnya, sehingga dengan penentuan analisis parameter tersebut maka suatu usaha perikanan tangkap dapat dikatakan
layak atau tidak untuk dikembangkan lebih lanjut. Gambar 28 menyajikan hasil simulasi kondisi pembiayaan cost dari usaha perikanan pancing tonda, payang,
jaring insang tetap JIT, dan jaring insang lingkar JIL yang banyak digunakan dalam menangkap ikan pelagis besar.
97
- 5,000,000
10,000,000 15,000,000
20,000,000 25,000,000
30,000,000 35,000,000
1 2
3 4
5 6
5 8
9
Operasi Tahun Ke-
P em
b iayaan
R p
Pancing Tonda Payang
JIT JIL
Gambar 28 Perilaku pembiayaan usaha perikanan pancing tonda, payang, JIT, dan JIL selama tahun operasi
Pada Gambar 28 tersebut, pembiayaan semua usaha perikanan tangkap sangat tinggi pada tahun ke 0. Hal ini karena tahun ke 0 merupakan persiapan
dimana usaha perikanan tangkap mengeluarkan biaya untuk investasi alat tangkap dan alat pendukung penangkapan. Biaya untuk investasi usaha perikanan pancing
tonda, payang, jaring insang tetap JIT, dan jaring insang lingkar JIL berturut- turut mempunyai nilai sebesar Rp. 28.204.431, Rp. 28.092.767, Rp. 31.397.799,
dan Rp. 21.034.483. Pancing tonda dan jaring insang tetap JIT termasuk usaha perikanan
tangkap dengan produk utama ikan pelagis besar yang mempunyai biaya operasional tahunan relatif besar di Kabupaten Belitung. Untuk usaha perikanan
pancing tonda, biaya operasional tertinggi diluar biaya investasi terjadi pada operasi tahun ke 3, yaitu sekitar Rp. 19.938.139, sedangkan untuk jaring insang
tetap JIT, biaya operasional tertinggi tersebut terjadi pada operasi tahun ke 2, yaitu sekitar Rp. 9.915.094. Tingginya biaya operasional tersebut diduga karena
adanya penambahan beberapa alat bantu yang belum disiapkan pada tahap persiapanmemulai usaha perikanan tangkap tersebut. Beberapa peralatan tersebut
diantaranya mata pancing dan senar pada usaha perikanan pancing tonda dan