Kondisi alat tangkap di Kabupaten Belitung
66 maupun udang dan biota laut non ikan. Alat tangkap yang dominan digunakan
diantaranya adalah pancing tonda, payang, jaring insang tetap JIT, jaring insang lingkar JIL, jaring insang hanyut JIH, sero, pukat pantai, bagan perahu, bagan
tancap, bubu, jermal, pukat udang, dan trammel net. Gambar 6 memperlihatkan jumlah rata-rata alat tangkap tersebut yang dioperasikan selama periode tahun
2000 – 2009 di Kabupaten Belitung.
1354 954
603 87
376 61
100 848
570 15475
17 2253
5840
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
18000
Pancing Tonda Payang
JIT JIL
JIH Sero
Pukat Pantai Bagan Perahu
Bagan Tancap Bubu
Jermal Pukat Udang
Trammel Net
Jum lah Alat Tangkap unit
Gambar 6 Pemakaian alat tangkap selama periode tahun 2000 – 2009 di Kabupaten Belitung
Berdasarkan Gambar 6, bubu merupakan alat tangkap yang jumlahnya paling banyak di Kabupaten Belitung, yaitu mencapai 15475 unit. Hal ini cukup
wajar karena bubu diusahakan oleh nelayan skala kecil di Kabupaten Belitung, dimana setiap nelayan dapat mempunyai 5-10 unit bubu. Bubu tersebut umumnya
dibuat dengan bahan utama berupa bambu yang relatif mudah ditemukan di Kabupaten Belitung, sehingga tidak begitu berat bagi nelayan untuk memilikinya
beberapa unit. Alat tangkap lainnya yang cukup tinggi jumlahnya adalah trammel net, pukat udang, dan pancing tonda, yaitu masing-masing 5840 unit, 2253 unit,
dan 1354 unit. Trammel net dan pukat udang banyak diandalkan nelayan dalam menangkap udang dan biota non ikan, yang kebutuhan dan potensinya cukup
67 tinggi di lokasi penelitian, serta harga jualnya yang mahal. Hal ini membuat
nelayan di Kabupaten Belitung banyak tertarik untuk mengusahakannya, meskipun secara finansial belum tentu lebih baik dari yang lainnya. Pukat udang
dan trammel net di Kabupaten Belitung termasuk alat tangkap yang mudah rusak karena lokasi pengoperasian pada umumnya adalah perairan dangkal. Perairan
Kabupaten Belitung dan sebagian besar Selat Malaka termasuk perairan dangkal, sehingga alat tangkap yang menangkap ikan demersal dan biota laut non ikan
sangat mudah tersangkut dengan karang atau benda-benda di dasar perairan. Jermal, sero dan jaring insang lingkar JIL termasuk alat tangkap yang
jumlahnya sedikit di Kabupaten Belitung, yaitu masing-masing 17 unit, 61 unit, dan 87 unit. Sedikitnya jumlah jermal lebih disebabkan oleh biaya investasinya
yang besar sehingga hanya orang tertentu yang bisa mengusahakannya. Sero dan jaring insang lingkar JIL juga hanya diusahakan dalam skala besar, dimana
setiap alat tangkap tersebut dapat mempekerjakan 8 – 15 nelayan. Lebih lanjut pembahasan tentang investasi ini disajikan dalam analisis kelayakan usaha pada
Bab 5.