Subsistem Pelabuhan Perikanan, Fungsionalitas dan Aksesibilitas
27 ketersediaan sumber air. Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan karena tidak
semua unsur pendukung dapat tersedia dan mudah diperoleh disuatu lokasi. Oleh karenanya, lokasi yang ideal jarang ditemukan sehingga penempatan lokasi
industri harus dipilih berada di antara lokasi-lokasi yang paling menguntungkan. Dalam ilmu perencanaan wilayah dan perkotaan, setiap tata guna lahan
memiliki beberapa ciri dan persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam perencanaan dan perancangannya. Daerah pemukiman, industri, pertokoan
fasilitas hiburan dan fasilitas sosial, semuanya memiliki beberapa persyaratan teknis dan non-teknis yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasinya.
Beberapa ciri teknis yang sering dipakai adalah kondisi morfologi datar, bukit, pegunungan, kesuburan tanah dan geologi. Akibatnya, lokasi kegiatan tersebar
secara heterogen di dalam ruang yang ada yang menyebabkan perlu adanya pergerakan atau transportasi yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan.
Transportasi merupakan satu kesatuan antara aspek alam iklim, morfologi, keadaan tanah dan struktur geologi dan aspek manusianya aktivitas ekonomi,
politik dan teknologi. Alam sangat berpengaruh terhadap keberadaan jaringan transportasi, baik darat, laut maupun udara. Adanya transportasi memungkinkan
hubungan antar daerah, hubungan antara daerah yang maju dan terbelakang, serta menimbulkan dampak sosial ekonomi penduduk dan penggunaan lahan Tamin,
2000. Contohnya adalah sebagian besar daerah Pantai Selatan Jawa yang secara
geo-morfologi berada pada lokasi yang kurang strategis untuk kegiatan industri perikanan. Lokasi yang terisolir, dengan bentuk permukaan bumi yang berbukit-
bukit dan berlereng terjal, infrastruktur jalan belum dibangun secara memadai, serta sarana transportasi yang kurang memadai merupakan faktor-faktor
penghambat berkembangnya kegiatan industri perikanan di daerah Pantai Selatan Jawa. Biaya transportasi yang tinggi kurang mendukung bagi upaya untuk
mendistribusikan ikan ke tempat-tempat tujuan pemasaran, dan berpotensi untuk meningkatkan biaya faktor-faktor produksi. Contohnya seperti di Cilacap yang
memiliki morfologi relatif datar, sarana infrastruktur berupa jalan dan sarana transportasi telah terbangun dengan baik, dan hubungan dari Cilacap dengan
28 daerah-daerah Bandung, Semarang, Jakarta dan kota-kota tujuan pasaran lainnya
dapat dilakukan dengan lebih mudah. Aspek geo-topografi terkait juga dengan pemilihan lokasi wilayah daratan
yang tepat untuk pembangunan pelabuhan perikanan. Lokasi pelabuhan perikanan mensyaratkan wilayah daratan yang cukup luas dengan bentuk permukaan hampir
rata, dan yang tidak kalah pentingnya adalah arah arus yang terdapat disekitar pelabuhan harus betul-betul dihitung, karena jangan sampai pelabuhan terbangun,
terjadi pendangkalan. Areal tanah yang cukup luas diperlukan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas seperti tempat pelelangan ikan, tempat pengolahan
ikan, bengkel, pabrik es, cold storage, areal parkir, dan lain-lain Murdiyanto, 2002. Kondisi permukaan tanah yang rata memungkinkan untuk memudahkan
transpor aliran barang dari satu fasilitas ke fasilitas lainnya di dalam lokasi pelabuhan. Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya akan lebih mudah dibangun pada
permukaan tanah yang datar, daripada permukaan tanah yang berbukit-bukit. Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai sarana penunjang untuk
meningkatkan kerja. Fungsinya meliputi beberapa aspek yaitu sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat
pendaratan ikan hasil tangkapan, tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan, pusat pemasaran dan distribusi, pusat pembinaan, penyuluhan
dan pengumpulan data. Kramadibrata 1985 menyatakan bahwa untuk dapat merealisasikan suatu pembangunan pelabuhan minimal ada tujuh data-data pokok
yang dibutuhkan, yaitu: 1 asal, tujuan dan jenis muatan;
2 klimatologi, yang meliputi angin, pasang-surut dan sifat air laut; 3 topografi, geologi dan struktur tanah;
4 rencana pembiayaan, ukuran-ukuran keberhasilan secara ekonomis dalam tinjauan investasi;
5 pendayagunaan modal ditinjau dari segi operasional, terutama dalam penanganan muatan;
6 kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang berlabuh dan sarana prasarana angkutan lain, yang mendukung kegiatan pelabuhan dengan
daerah dukungannya secara keseluruhan;
29 7 kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalulintas
dan sistem jaringan guna mendukung perdagangan.