Kebijakan pengembangan perikanan Kebijakan Perikanan

39 terwujud apabila lingkungan bisnisnya yang meliputi kebijakan fiskal dan moneter, prasarana dan sarana, sistem hukum dan kelembagaan, serta sumber daya manusia dan iptek, bersifat kondusif bagi tumbuh suburnya usaha perikanan secara efisien, produktif dan berdaya saing tinggi Dahuri, 2002. Bila dilihat dari segi ekologis, kebijakan pengembangan perikanan saat ini kurang memperhatikan kelanjutan sumber daya perikanan itu sendiri. Selama ini banyak orang menilai masalah Kelautan dan Perikanan adalah masalah investasi dan promosi, sehingga seolah dengan investasi dan promosi besar-besaran sektor kelautan dan perikanan akan mengalami kemajuan. Mengingat dimensi sektor kelautan dan perikanan tidak semata masalah ekonomi, tetapi juga menyangkut ekologi, sosial budaya dan bahkan politik, maka selain promosi juga diperlukan regulasi, seperti kebijakan pengelolaan sumberdaya fisheries management yang memungkinkan seluruh dimensi itu tersentuh Arif Satria,2004. Kebijakan pengembangan perikanan dalam rangka pemanfaatan sebagaimana yang diharapkan, maka yang pertama harus dilakukan adalah menyatukan kesamaan visi pembangunan perikanan, yaitu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumber daya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama nelayan dan petani ikan secara berkelanjutan. Kebijakan pengembangan perikanan yang dilakukan harus selalu bertolak pada dasar hukum dan peraturan yang berlaku. Hukum tidak akan terlepas dari roda pemerintahan, baik dalam menjalankan kebijakan maupun dalam pengambilan keputusan. Hukum adalah seluruh norma-norma hukum yang mengatur hubungan antara seseorang, sekelompok orang atau badan hukum, termasuk lembaga pemerintahan dengan sumber daya perikanan tangkap. Hubungan ini meliputi hubungan fisik cara pemanfaatan sumber daya, hubungan administrasi perizinan dan hubungan geografis lokasi penangkapan ikan. Norma-norma hukum ini dibuat oleh lembaga eksekutif dan legislatif dalam bentuk peraturan perundang-undangan sesuai tingkatannya, dan ditegakkan oleh lembaga eksekutif dan legislatif. Kebijakan terkait pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan umum pembangunan 40 perikanan. Kebijakan pengembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia haruslah mengakomodir : 1. Penyediaan kesempatan kerja yang baik 2. Jaminan pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan 3. Jaminan produksi yang tinggi untuk penyediaan protein hewani 4. Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan biasa diekspor 5. Tidak merusak kelestarian sumber daya ikan Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan, pada dasarnya adalah penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik-teknik yang dipakai, termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu lainnya yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing tempat. Namun modernisasi dapat menghasilkan peningkatan produksi, demikian pula tercapai peningkatan produksi, tapi belum tentu menghasilkan peningkatan pendapatan bersih nelayan. Oleh karena itu, introduksi teknik-teknik penangkapan ikan yang baru harus didahului dengan penelitian dan percobaan secara intensif dengan hasil yang meyakinkan. Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang memang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Tetapi dengan pemanfaatan iptek itu pulalah kita diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumber daya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial-budaya dan ekonomi Barus et al., 1991. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengendalikan penangkapan ikan dan meningkatkan perikanan budidaya merupakan langkah tepat. Masa depan perikanan dunia tergantung kepada perikanan budidaya, mengingat perikanan tangkap produksinya makin menurun, sementara kebutuhan ikan dunia makin meningkat. Status perikanan dunia pada saat ini berdasarkan statistik tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat keempat dalam produksi. Peringkat diatasnya yaitu RRC, Peru dan USA. Apabila peringkat ini dijadikan acuan menggunakan angka statistik akhir tahun 2008, dimungkinkan Indonesia 41 dapat naik peringkat menjadi ketiga. Hal ini tergantung upaya pemerintah dan dukungan masyarakat terutama dari masyarakat nelayan Committee on FisheriesCOFI, 2009. Saat ini, nelayan Indonesia belum dapat memanfaatkan sumber daya laut dengan benar karena terbentur pada kualitas sumber daya manusia SDM, teknologi dan modal. Untuk dapat memiliki SDM di bidang kelautan yang handal memang membutuhkan waktu dan kemauan, karena itu semua pihak diharapkan ikut berperan. Nuitja 1998 menyatakan bahwa pengetahuan yang tergolong rendah membuat para nelayan kurang memiliki daya nalar untuk menyerap teknologi inovasi di bidang IPTEK kelautan, ditambah lagi dengan keterbatasan modal usaha yang membuat para nelayan terus terbelit dalam kemiskinan. Dalam hal produksi atau pemanfaatan sumber daya perikanan di masa mendatang, kebijakan pengembangan perikanan perlu mencakup pengembangan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pengembangan prasarana perikanan 2. Pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan di bidang perikanan 3. Pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluh perikanan 4. Pengembangan sistem informasi manajemen perikanan Citra Indonesia dalam fora perikanan internasional maupun regional semakin baik bila dilihat dari produksi, pengelolaan dan keanggotaannya.Issue yang menonjol dalam sidang dan berkait dengan kepentingan Indonesia ada 5 lima yaitu: 1. Illegal, Unregulated, and Unreported IUU Fishing; 2 Fishing Capacity, atau tingkat ketersediaan stok sumber daya ikan; 3 Small Scale Fisheries, atau perikanan skala kecil; 4 Fish Trade, atau perdagangan internasional; dan 5 Aquaculture, atau budidaya perikanan. Pengelolaan perikanan ke depan memerlukan upaya bersama dan serius dalam mengendalikan penangkapan fishing capacity dan pemberantasan IUU fishing melalui berbagai instrumen antara lain, Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF atau tatanan perikanan yang bertanggung jawab, Port State Measure, Global Record, yaitu system pencatatan semua data kapal yang ada, serta fish trade. 42 Pengembangan perikanan juga tidak dapat dipacu terus tanpa melihat batas kemampuan sumber daya yang ada ataupun daya dukungnya. Hal ini perlu menjadi perhatian dalam perumusan kebijakan untuk pengembangan perikanan terutama di daerah dengan sumber daya yang terbatas. Pada perikanan yang telah berkembang pesat, upaya pengendalian sangat diperlukan dan apabila ini dilaksanakan maka berarti telah menerapkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, sehingga kelestarian sumber daya dan kegiatan perikanan dapat dijamin keberadaannya Martosubroto, et al, 1991.

2.7 Matriks Penelitian Terdahulu di Kabupaten Belitung

PenelitiTahun Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Alfino Nedi2005Strategi Peningkatan Peranan Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Tanjung Pandan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Nelayan di Kabupaten Belitung Mengetahui peranan pelabuhan perikanan ditinjau dari aspek pelayanan fasilitas pelabuhan Sebagian besar layanan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan telah berjalan dengan baik namun belum mampu memberikan layanan yang optimal karena kurangnya kapasitas layanan fasilitas dermaga, layanan fasilitas pelelangan, layanan air bersih, layanan penyediaan es dan layanan Bahan Bakar Minyak serta layanan pembinaan mutu hasil perikanan. Kontribusi terhadap nilai dan jumlah produksi perikanan Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan secara langsung ataupun tidak langsung memberi kontribusi besar terlihat dari Indeks Relatif Nilai Produksi sebesar 1.24, produktivitas kapal meningkat rata-rata 13.92 dalam enam tahun terakhir serta nilai Location Quotient sebesar 1.51. Peranan dalam peningkatan kesejahteraan nelayan kesejahteraan nelayan tidak banyak mengalami perubahan setelah berubahnya status pelabuhan perikanan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara. Namun dilihat per indikator, terdapat perubahan berupa peningkatan pada indikator pendapatan, pengeluaran dan kondisi perumahan. Sedangkan indikator pendidikan, kesehatan dan fasilitas rumah tidak memperlihatkan perubahan 43 Merumuskan prioritas strategi dan program peningkatan peranan pelabuhan perikanan Program Jangka Pendek: 1 Menetapkan prioritas program kerja yang disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan, antara lain rencana penambahan panjang dermaga dan pengembangan fasilitas layanan lainnya 2 Menyusun prosedur operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan antara lain berupa pengaturan bongkar muat dan sandar kapal serta pengelolaan pelelangan ikan 3 Mengevaluasi program dan kegiatan yang selama ini kurang mengarah pada program strategi yang direkomendasikan seperti pengadaan kapal pancing ukuran 5 GT dan pengadaan kapal pengawas ukuran 5 GT 4 Menyusun rencana kegiatan pendidikan dan pelatihan guna peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat dan nelayan 5 Menyusun standar dan prosedur baku agar memenuhi semua kriteria sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara 6 Sosialisasi peraturan perundang- undangan dan program kerja 7 Membangun jaringan informasi dan komunikasi bagi Stake Holder di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan. Program Jangka Menengah : 1 Membangun dan mengembangkan kapasitas layanan fasilitas pelabuhan perikanan terutama penambahan panjang dermaga, pembangunan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan LPPMHP, fasilitas layanan air bersih, penyediaan es dan penyediaan bahan bakar minyak 2 Mengoptimalkan pemanfaatkan kawasan pelabuhan melalui penyusunan zonasi tata ruang kawasan pelabuhan 3 Mengintensifkan usaha perbaikan mutu hasil perikanan melalui sosialisasi dan kemudahan pelayanan pembinaan mutu hasil perikanan agar jumlah kegiatan pengiriman ikan antar pulau dan ekspor