106 Berdasarkan Tabel 6, usaha perikanan pancing tonda, payang, jaring
insang tetap JIT, jaring insang lingkar JIL, jaring insang hanyut JIH, sero, pukat pantai, bagan perahu, bagan tancap, bubu, pukat udang, dan trammel net
mempunyai nilai ROI di atas 1. Hal ini menunjukkan bahwa kedua belas usaha perikanan tangkap tersebut mempunyai tingkat pengembalian investasi ROI
bagus, dan dari waktu yang dibutuhkan termasuk normal. Jermal mempunyai nilai ROI di bawah 1, berarti bahwa ada kemacetan nyata dalam pengusahaan jermal
yang secara mutlak tidak bisa mengembalikan investasi yang ada. Tingkat pengembalian investasi yang paling baik terjadi pada sero, pancing tonda dan
bubu yang ditandai oleh nilai ROI yang tinggi, yaitu masing-masing 10,31; 9,19; dan 8,10.
Untuk nilai Payback Period PP, semua usaha perikanan tangkap kecuali jermal mempunyai nilai PP di bawah 1. Nilai PP paling rendah dimiliki oleh sero,
yaitu 0,10. Nilai PP sero yang rendah tersebut menunjukkan bahwa perputaran usaha sero termasuk yang paling cepatsingkat di Kabupetan Belitung. Hal ini bisa
jadi karena trip penangkapan menggunakan sero dapat hanya dalam hitungan hari dan bahkan dapat dilakukan 2-3 kali sehari tergantung kesediaan nelayan
pengguna. Hasil tangkapan sero dapat diambil hanya dengan menggunakan perahu kecil, karena sero dipasang statis di laut, sehingga dapat lebih leluasa dan
dapat dilakukan dengan biaya yang murah. Jermal adalah usaha perikanan tangkap di Kabupaten Belitung yang kurang bagus perputaran usahanya karena memiliki
nilai PP 1. Hal ini bisa jadi karena hasil tangkapan jermal umumnya dibuat kering dan dikumpulkan dulu sebelum dijual, sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mendapatkan pendapatan setiap kali operasinya. Namun demikian, tingkat pengembalian investasi dan perputaran usaha ini
bukanlah jaminan usaha perikanan tangkap tersebut untuk memberi manfaat nyata bagi nelayan dan masyarakat sekitar di Kabupaten Belitung. Oleh karena
kepantasan pendapatan, kelebihan setelah dikurangi pembiayaan termasuk simpanan untuk pengembalian investasi, dan lainnya menjadi hal yang juga
penting untuk layak tidaknya suatu usaha perikanan tangkap tersebut dikembangkan. Bagian 5.3.3 membahas pertimbangan semua hasil analisis dari
parameter finansial yang digunakan.
107
5.3.3 Status kelayakan usaha perikanan tangkap
Pada bagian ini, hasil analisis kelima parameter finansial akan dipadukan sehingga didapatkan suatu keputusan final tentang mana saja usaha perikanan
tangkap yang layak dilanjutkan dalam mendukung perikanan terpadu di Kabupaten Belitung, dan mana saja usaha perikanan tangkap yang tidak layak
dilanjutkan. Pertimbangan menyeluruh semua parameter finansial tersebut penting karena jenis usaha perikanan tangkap yang akan dikembangkan ke depan benar-
benar merupakan usaha perikanan tangkap terbaik sehingga potensi dan komoditas unggulan perikanan yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan, dan dapat menjadi kebanggaan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Belitung. Tabel 7 menyajikan status kelayakan tiga belas jenis usaha
perikanan tangkap di Kabupaten Belitung.
Tabel 7 Status kelayakan usaha perikanan tangkap
Usaha Perikanan Tangkap
NPV BC
Ratio IRR
ROI PP
Keputusan
Pancing Tonda S
S S
S S
Layak Payang
S S
S S
S Layak
JIT TS
TS TS
S S
Tidak Layak JIL
TS TS
TS S
S Tidak Layak
JIH S
S S
S S
Layak Sero
S S
S S
S Layak
Pukat Pantai S
S S
S S
Layak Bagan Perahu
TS TS
TS S
S Tidak Layak
Bagan Tancap TS
TS TS
S S
Tidak Layak Bubu
S S
S S
S Layak
Jermal TS
TS TS
TS TS
Tidak Layak Pukat Udang
TS TS
TS S
S Tidak Layak
Trammel net S
S S
S S
Layak Keterangan : S = Sesuai, TS = Tidak Sesuai
Berdasarkan Tabel 7, usaha perikanan pancing tonda, payang, jaring insang hanyut JIH, sero, pukat pantai, bubu, dan trammel net merupakan usaha
perikanan tangkap yang layak dan unggulan untuk dikembangkan lebih lanjut di Kabupaten Belitung. Ketujuh alat tangkap tersebut layak dikembangkan karena
mempunyai nilai NPV, BC ratio, IRR, ROI, dan PP yang sesuai dengan standar
108 kelayakan yang dipersyaratkan. Dalam kaitan ini, tidak ada kekhawatiran apapun
dalam pengembangan ketujuh usaha perikanan tangkap tersebut terutama untuk mengangkat kesejahteraan nelayan dan perekonomian masyarakat pesisir di
Kabupaten Belitung. Dalam kaitan ini, ketujuh usaha perikanan tangkap tersebut dapat menjadi opsi pilihan dalam setiap program pesisir yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta yang fokus pada upaya pemberdayaan nelayan dan pembangunan perikanan laut.Terkait dengan pukat pantai yang secara tradisionil
dilaksanakan oleh nelayan di Kecamatan Membalong, mereka melakukan di pantai yang sudah dijadikan tempat untuk menangkap ikan dengan pukat pantai.
Secara priodik mereka bergiliran antara kelompok yang sudah ada disana, sehingga dari segi penghasilan, penggunaan pukat pantai sudah terbagi secara
merata untuk kelompok nelayan yang ada disana. Jaring insang tetap JIT, jaring insang lingkar JIL, bagan tancap, bagan
perahu, jermal, dan pukat udang tidak layak dikembangkan di Kabupaten Belitung. Jermal merupakan usaha perikanan tangkap yang tidak memenuhi
kelayakan dari semua parameter finansial yang ada. Pemerintah dapat melakukan pembinaan dan pengarahan kepada nelayan yang mengusahakan keenam usaha
perikanan tangkap tersebut supaya usaha perikanan tangkap diganti dengan yang lebih layak. Kondisi wilayah perairan dan potensi perikanan yang ada kurang
cocok untuk pengembangan keenam usaha perikanan tangkap tersebut. Perimbangan hasil tangkapan, pendapatan, dan pembiayaan yang dibuat dari hasil
analisis lima paramater finansial itu, menjadi bukti ilmiah dari ketidaklayakan usaha perikanan tersebut.