30 Menurut Purwaka 2003 kelembagaan merupakan suatu perangkat
perundang-undangan yang mengatur tata kelembagaan institutional arrangement dan mekanisme tata kerja kelembagaan institutional framework. Kelembagaan
memiliki kapasitas daya dukung carrying capacity dan kapasitas daya tampung atau daya lentur absorptive capacity. Kinerja dari suatu kelembagaan merupakan
fungsi dari tata kelembagaan, mekanisme kelembagaan dan kapasitas kelembagaan yang dimilikinya. Kelembagaan dapat diartikan dalam dua
pengertian, yaitu: 1 Kelembagaan sebagai institusi, merupakan lembaga atau organisasi
berbadan hukum untuk mengelola suatu kegiatan; dan 2 Kelembagaan sebagai pelembaga nilai atau institutionalized.
Kelembagaan sebagai organisasi merupakan kumpulan orang yang tergabung dalam satu wadah yang disatukan untuk bekerjasama mencapai suatu
tujuan. Kelembagaan sebagai organisasi mencakup beberapa komponen, yaitu 1 orang, merupakan pelaksana tugas; 2 teknologi, merupakan sarana yang
digunakan untuk melaksanakan tugas; 3 informasi, merupakan pengetahuan untuk menunjang pelaksanaan tugas; 4 struktur, merupakan peraturan dan
pembagian tugas; serta 5 tujuan, merupakan maksud dan alasan dari pelaksanaan yang dilembagakan yang dihasilkan oleh lembaga tersebut, misalnya peraturan
perundang-undangan. Dalam konsep pengelolaan sumber daya perikanan, faktor kelembagaan
merupakan faktor penting yang berperan untuk menggerakkan kinerja dari pengelolaan tersebut. Kelembagaan sebagai aturan main rule of the game
mencakup himpunan aturan mengenai tata hubungan di antara orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya. Kelembagaan memberikan ketentuan
terhadap anggotanya mengenai hak-haknya, kewajiban dan tanggung-jawabnya. Kelembagaan memberikan suatu kondisi bahwa setiap anggota menerima apa
yang telah menjadi ketentuan, merasa aman dan hidup sewajarnya.
31
2.3 Usaha Perikanan Tangkap
Menurut UU RI tahun No. 12 Tahun 2008 Pasal 3 bahwa wilayah Daerah Provinsi, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1, terdiri atas wilayah darat
dan wilayah laut sejauh dua belas mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Selanjutnya pasal 10 ayat 2 bahwa
kewenangan Daerah di wilayah laut, sebagaimana dimaksud pasal 3 meliputi hal- hal sebagai berikut :
1 Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut tersebut.
2 Pengaturan kepentingan administrasi 3 Pengaturan tata ruang
4 Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah.
5 Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan Negara. Selanjutnya pasal 10 ayat 3 menjelaskan bahwa kewenangan daerah
kabupaten dan daerah kota di wilayah laut, sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah sejauh sepertiga dari batas laut daerah provinsi. Usaha perikanan menurut
Syafrin 1993 adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan penyimpanan,
mendinginkan atau mengawetkan ikan tujuan komersil atau mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan. Usaha perikanan laut terbagi dua aspek, yaitu
penangkapan yang dilakukan di laut, muara sungai, laguna dan sebagainya yang dipengaruhi pasang surut. Aspek usaha perikanan yang lainnya adalah budidaya di
laut yaitu semua kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di laut atau perairan yang terletak di muara sungai dan laguna.
Menurut UU No. 45 Tahun 2009, penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau
cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah danatau mengawetkannya.
Kegiatan penangkapan ikan ditargetkan pada satu atau lebih spesies di dalam suatu ekosistem. Akan tetapi kegiatan penangkapan ikan sering pula
mempengaruhi komponen lain dari ekosistem, misalnya hasil tangkapan
32 sampingan dari spesies lain, kerusakan fisik pada ekosistem atau melalui efek
rantai makanan. Pengelolaan perikanan tersebut terhadap ekosistem sebagai suatu keseluruhan, termasuk keanekaragaman hayatinya dan harus berupaya untuk
penggunaan secara lestari seluruh ekosistem berikut komunitas biologi. Jumlah total atau massa ikan yang ditangkap dalam suatu periode yang
ditetapkan akan tergantung pada konsentrasi ikan di kawasan penangkapan, banyaknya usaha penangkapan yang digunakan. Hubungan ini menunjukkan
bahwa ada sejumlah pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatur penangkapan total yang berarti dapat mengatur moralitas penangkapan.
Sebagian besar usaha penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan yang dalam memasarkan hasil tangkapan berada dalam posisi yang lemah sehingga
sering mendapatkan harga yang tidak wajar. Di lain pihak, harga ikan di tingkat konsumen relatif tinggi karena panjangnya mata rantai pemasaran. Oleh karena
itu, untuk mewujudkan harga yang wajar bagi konsumen dan menguntungkan bagi nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan usahanya sekaligus
memperpendek rantai pemasarannya, maka penjualannya harus melalui pelelangan. Sehingga pemerintah harus menyediakan tempat pelelangan ikan.
2.4 Pengembangan Perikanan Tangkap
Pengembangan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan
pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik Bahari, 1989. Nelayan merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan baik secara
sosial, ekonomi maupun politik dan belum berdaya secara ekonomi dan politik, masih terkungkung pada ikatan-ikatan tradisional dengan para toke atau
tengkulak, belum ada institusi yang mampu menjamin kehidupan nelayan dan secara politik, nelayan masih dijadikan obyek mobilisasi massa untuk
kepentingan-kepentingan tertentu. Arif Satria,2004 Apabila pengembangan perikanan, dari subsistem produksi, pasca panen penanganan dan pengolahan
hasil, sampai pemasaran dikerjakan secara profesional dan berbasis iptek, maka keunggulan komparatif yang dimiliki perikanan akan menjelma menjadi
keunggulan kompetitif yang merupakan aset utama bagi kemajuan dan