Status kelayakan usaha perikanan tangkap

108 kelayakan yang dipersyaratkan. Dalam kaitan ini, tidak ada kekhawatiran apapun dalam pengembangan ketujuh usaha perikanan tangkap tersebut terutama untuk mengangkat kesejahteraan nelayan dan perekonomian masyarakat pesisir di Kabupaten Belitung. Dalam kaitan ini, ketujuh usaha perikanan tangkap tersebut dapat menjadi opsi pilihan dalam setiap program pesisir yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta yang fokus pada upaya pemberdayaan nelayan dan pembangunan perikanan laut.Terkait dengan pukat pantai yang secara tradisionil dilaksanakan oleh nelayan di Kecamatan Membalong, mereka melakukan di pantai yang sudah dijadikan tempat untuk menangkap ikan dengan pukat pantai. Secara priodik mereka bergiliran antara kelompok yang sudah ada disana, sehingga dari segi penghasilan, penggunaan pukat pantai sudah terbagi secara merata untuk kelompok nelayan yang ada disana. Jaring insang tetap JIT, jaring insang lingkar JIL, bagan tancap, bagan perahu, jermal, dan pukat udang tidak layak dikembangkan di Kabupaten Belitung. Jermal merupakan usaha perikanan tangkap yang tidak memenuhi kelayakan dari semua parameter finansial yang ada. Pemerintah dapat melakukan pembinaan dan pengarahan kepada nelayan yang mengusahakan keenam usaha perikanan tangkap tersebut supaya usaha perikanan tangkap diganti dengan yang lebih layak. Kondisi wilayah perairan dan potensi perikanan yang ada kurang cocok untuk pengembangan keenam usaha perikanan tangkap tersebut. Perimbangan hasil tangkapan, pendapatan, dan pembiayaan yang dibuat dari hasil analisis lima paramater finansial itu, menjadi bukti ilmiah dari ketidaklayakan usaha perikanan tersebut. 6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN

6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

di Kabupaten Belitung Supaya tujuh usaha perikanan tangkap yang dinyatakan layak pancing tonda, payang, jaring insang hanyut JIH, sero, pukat pantai, bubu, dan trammel net dapat dikembangkan secara optimal di Kabupaten Belitung, maka pengembangannya harus dilakukan pada wilayah yang tepat sesuai dengan pola pengembangan alat tangkap yang digunakannya. Bila hal ini dapat dilakukan, maka komoditas perikanan tangkap yang menjadi unggulan di Kabupaten Belitung dapat dikembangkan dengan mudah karena pengembangan dilakukan dengan pola yang ada pada wilayah dan masyarakat pesisirnya. Pengembangan berbasis wilayah ini, juga dapat mengakomodasi pola pengembangan pasar, dimana komoditas perikanan biasanya di-trade-kan dengan berbasiskan kewilayahan. Jaringan pasar komoditas akan mudah berkembang bila suatu wilayah menyediakan supplay komoditas yang cukup. Pemusatan produksi komoditas perikanan tertentu pada suatu wilayah yang sesuai akan menjamin terciptanya supplay komoditas yang memadai dan kontinyu pada pasar komoditas. Kabupaten Belitung merupakan kabupaten yang dihuni oleh berbagai etnis, yaitu etnis melayu, cina, jawa, dan bugis. Keempat etnis tersebut mempunyai akar budaya yang kuat dan berbeda, dan akar budaya tersebut umumnya mempengaruhi perilaku keseharian mereka, sehingga kondisi ini dapat mempengaruhi pola pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Belitung, termasuk pada usaha perikanan tangkap. Usaha ekonomi yang tidak dikembangkan dengan melihat atau mempertimbangkan pada potensi dan kecenderungan yang ada pada setiap wilayah, akan sulit dikembangkan dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan ketujuh jenis usaha perikanan tangkap yang dinyatakan layak dan unggulan haruslah berdasarkan potensi yang ada pada setiap wilayah pesisir di Kabupaten Belitung. Kabupaten Belitung berada dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan dunia, yaitu Selat Malaka. Disamping itu, Kabupaten Belitung juga cukup dekat 110 dengan pasar potensial untuk komoditas perikanan tangkap, yaitu Batam, Singapura, dan Jakarta. Kondisi ini tentu membuka peluang besar bagi pemasaran komoditas usaha perikanan tangkap di Kabupaten Belitung. Namun di era globalisasi saat ini, peluang pasar tidak akan bisa diraih bila usaha perikanan tersebut tidak tumbuh kuat dan mengakar di lokasi. Usaha perikanan tangkap yang sesuai dengan potensi wilayahnya akan menjadi perkembangan yang lebih baik pada usaha perikanan tangkap tersebut terutama dapat memenuhi permintaan pasar yang ada. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang dikeluarkan oleh Kabupaten Belitung pada tahun 2006, dijelaskan tentang rencana penggunaan lahan di setiap wilayah Kabupaten Belitung termasuk wilayah pesisir untuk menjadi lokasi usaha perikanan. Secara umum, RTRW tersebut menekankan tentang pentingnya pengembangan dan pemanfaatan wilayah termasuk dengan usaha ekonomi yang berbasis perikanan, agar dilakukan berdasarkan potensi yang ada pada wilayah tersebut. Usaha ekonomi tersebut diharapkan supaya dapat memberikan manfaat maksimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengacu kepada hal tersebut, maka pengembangan usaha perikanan pancing tonda, payang, jaring insang hanyut JIH, sero, pukat pantai, bubu, dan trammel net, hendaknya dilakukan pada wilayah yang sesuai dengan potensi yang ada saat ini di wilayah Kabupaten Belitung. Salah satu ukuran penting dari potensi atau karakteristik suatu wilayah dalam mendukung usaha ekonomi termasuk usaha perikanan tangkap adalah mata pencaharian atau keahlian yang dimiliki oleh anggota masyarakat nelayan di wilayah tersebut. Jenis tenaga kerja yang ada akan menentukan layak tidaknya suatu usaha ekonomi dikembangkan di wilayah tersebut. Ketidak-sesuaian usaha ekonomi dengan keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerjanya tidak akan membuat usaha ekonomi tersebut bertahan lama, apalagi berkembang menjadi lebih baik.

6.2. Location Quotients LQ bagi Usaha Perikanan Tangkap Unggulan

Secara umum, wilayah pesisir Kabupaten Belitung yang berkembang usaha perikanan tangkapnya adalah Kecamatan Sijuk, Kecamatan Tanjung Pandan, Kecamatan Badau, dan Kecamatan Membalong. Selama ini, kecamatan-