Model Micro-Macro Link II
130 Gambar 33 Model micro-macro link II pembangunan perikanan tangkap
Bila dibandingkan dengan model micro-macro link I, maka model micro- macro link II ini dimodifikasi lebih lanjut dengan mengembangkan enam link
antar komponen model dalam bentuk kovarian yaitu : d1 - d2, d2 - d3, d3 - d4, e2 - e5, Market output - e2 dan z1 - z2 serta tiga link antar komponen model dalam
bentuk regresi, yaitu antara X3 - X1, Growth - X5, dan GDP - Ekonomi Regional Babel. Hasil modifikasi yang dikembangkan dalam model micro-macro link II
dengan sejumlah data yang dimasukkan kedalam model yang saling berhubungan seperti hubungan regresi antara profit x3 dengan produksi x1 memperlihatkan
bahwa dengan bertambahnya produksi, akan menambah profit yang bisa diterima. Itu dilihat dalam sekala lokal. Dari segi pertumbuhan dalam skala regional dapat
dilihat hubungan antara growth dengan pertumbuhan market output,sebagai hasil produksi yang dapat menambah penghasilan nelayan, sedangkan dalam skala
nasional dapat dilihat dari hasil regresi Gross Domestic Product GDP dengan Ekonomi Regional mempunyai pengaruh yang cukup signifikan. Hal ini
Usaha Perikanan
Belitung
X4 .54
d4 1.00
1 X3
.33 d3
.38 1
X2 .17
d2 .42
1 X1
.18 d1
-.36 1
.33
Market Output
.22
Market Input
Wilayah Basis
-2.11
Kebijakan Nasional
Ekonomi Regional Babel
Trade .22
GDP
Res Base
.07 e1
1
Ser Base
.18 e2
.56 1
Fiskal
.15 e3
Moneter
.11 e4
1.09 1
27.82 Z2
-.40
Grow th
.15 e5
1 .01
-.02 X5
X6 -.06
-.03 .02
Chi-Square=114.403 Probability = .000
CMINDF=2.600 RMSEA = .094
GFI = .915 TLI = .832
CFI = .905
.25
1.00 .30
.08
1.00 1.00
.02 Z1
1
-.05 .20
.08 .08
-.07
.44
1.85 1
1 -.04
1.00 .19
-.26
.06 1.00
-.05 .01
.05 -17.07
.96 -.03
-.03
MICRO MACRO
131 menunjukkan bahwa model micro-macro link II merupakan model yang bisa
dikembangkan untuk mengetahui hubungan antara situasi lokal, regional dan nasional dalam suatu analisis trade-off ekonomi berbasis lokal. Hasil uji terhadap
kriteria goodness-of-fit yang dipersyaratkan untuk model micro-macro link II pembangunan perikanan tangkap ini disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Hasil uji kesesuaian model micro-macro link II terhadap kriteria goodness-of-fit
Kriteria Goodness-of-
Fit Syarat
Kinerja Model
Keterangan
Chi-square Diharapkan Kecil
114,403 Baik
Significance probability
≥ 0,05 0,100
Cukup baik CMINDF
≤ 2,50 2,600
Cukup baik RMSEA
≤ 0,08 0,094
Cukup baik GFI
≥ 0,80 0,915
Baik TLI
≥ 0,90 0,832
Cukup baik CFI
≥ 0,90 0,905
Baik
Sumber: Hasil analisis model 2010
Berdasarkan Tabel 14 Hasil uji kesesuaian model micro-macro link II ternyata hasil Chi-square sebagai salah satu kriteria model fit menunjukkan
penurunan dari 233,935 pada model micro-macro link I menjadi 114,403 pada model micro-macro link II yang berarti lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, jika
dilihat dari nilai kriteria goodness-of-fit lainnya, yaitu CMINDF = 2,600, RMSEA = 0,094, dan TLI = 0,832, maka model yang dikembangkan dapat
dikatakan sudah berada pada jalur kesesuaian fitting. Sedangkan bila dilihat dari nilai GFI = 0,915 dan CFI =905, maka model yang dikembangkan sudah
memenuhi kriteria goodness-of-fit yang dipersyaratkan. Oleh karena secara umum model micro-macro link II ini sudah masuk jalur kesesuaian fitting dan sudah
mempunyai keserupaan yang tinggi dengan sistem nyatanya, maka model relatif dapat diterima dan dapat digunakan untuk menjelaskan interaksi link komponen
terkait dalam pembangunan perikanan baik dalam lingkup mikro usaha perikanan
132 tangkap di Kabupaten Belitung maupun lingkup makro terkait perekonomian
nasional. 7.2
Pengembangan Kebijakan Strategis Pembangunan Perikanan Tangkap 7.2.1
Pengembangan kebijakan teknis berbasis kewilayahan
Pengembangan kebijakan teknis berbasis kewilayahan ini dikaji untuk menyusun pola interaksi link antara komponen usaha perikanan tangkap di
Kabupaten Belitung berdasarkan potensi setiap wilayah basis, sehingga dapat menjadi andalan bagi Kabupaten Belitung. Beberapa tradisi kebiasaan yang
berkembang dalam suatu wilayah, mempengaruhi kebijakan teknis berbasis kewilayahan, karena dengan kuatnya basis usaha perikanan tangkap ini dapat
diharapkan mengangkat kontribusi sektor perikanan dalam lingkup lebih luas yang kemudian menjadi primadona dan sektor andalan utama di regional Propinsi
Bangka Belitung umumnya dan Kabupaten Belitung pada khususnya Dalam hal ini, situasi Trade-off ekonomi yang menjadi titik tolak penelitian di Kabupaten
Belitung, merupakan suatu hal yang baru untuk mengetahui, apakah kondisi basis kewilayahan dapat dikembangkan dan bukanlah suatu hal yang mustahil untuk
dapat dilaksanakan, bila pengelolaan perikanan dilakukan secara maksimal dengan menjadikan wilayah yang memiliki potensi sebagai basis pengembangan
perikanan tangkap dan pelaksanaannya didukung oleh kebijakan teknis perikanan yang tepat, serta tidak deskriminatif terhadap sektor lainnya yang ada di lokasi
penelitian. Dalam hal pengelolaan berbasis kewilayahan, maka komunitas wilayah setempat menjadi pertimbangan utama untuk dijadikan prioritas pengembangan
wilayah. Dengan pengelolaan berbasis komunitas, pengaturan dengan aturan masyarakat setempat nampaknya akan cenderung lebih efektif karena pelaksanaan
peraturan dilakukan oleh masyarakat sendiri dan adanya keuntungan langsung dengan keberhasilan yang mereka rasakan secara berkelanjutan.
Murdiyanto,2004. Dengan demikian, pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Belitung yang selama ini dilaksanakan dengan pola tradisional, dapat
bergerak ke arah yang lebih fokus untuk peningkatan ekonomi masyarakat nelayan, baik secara lokal maupun regional yang didukung oleh pemerintah
133 daerah dan sinergikan dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang
sama seperti para penanam modal Tabel 15 Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total dalam
interaksi link usaha perikanan Belitung
Komponen Direct Effects
DE Indirect Effects
IE Total Effects
TE
Trade Kebijakan_Nasional
Ekonomi_Regional Babel Usaha_Perikanan_Belitung
Fiskal Growth
X3 0.378
0.378 X6
X5 Moneter
Ser Base Res Base
Wilayah Basis -2.114
-2.114 X1
-0.359 0.07
-0.288 X2
0.425 0.425
X4 1
1 Sumber: Hasil analisis model 2010
Kebijakan perikanan yang tepat bagi usaha perikanan tangkap di Kabupaten Belitung merupakan kebijakan yang dapat mengakomodasi kebutuhan
pengembangan pancing tonda, payang, jaring insang hanyut JIH, sero, pukat pantai, bubu, dan trammel net sebagai usaha perikanan tangkap yang layak dan
unggulan di Kabupaten Belitung. Pada Tabel 15 disajikan koefisien pengaruh langsung direct effect, pengaruh tidak langsung indirect effect, dan pengaruh
total total effect untuk setiap komponen yang berinteraksi dengan usaha perikanan di Kabupaten Belitung. Koefisien pengaruh tersebut merupakan respon
interaksi yang terjadi pada model micro-macro link II sebagai model yang dinyatakan layak dan memenuhi kesesuaian fitting. Dari pengaruh tersebut, ada
empat komponen yang dipengaruhi secara langsung dan ada satu komponen yang dipengaruhi secara tidak langsung. Faktor produksi X1 merupakan yang
134 dipengaruhi secara tidak langsung oleh usaha perikanan Kabupaten Belitung,
yaitu dengan koefisien 0,07. Pengaruh langsung merupakan pengaruh yang langsung diterima oleh
suatu komponen sistem dari link atau interaksinya dengan komponen sistem lainnya, dimana pengaruh tersebut terlihat dan terasa secara langsung. Oleh
karena sifat pengaruhnya yang demikian, maka link tersebut menjadi perhatian dominan. Berdasarkan Tabel 15 pengaruh langsung usaha perikanan di Kabupaten
Belitung dalam link terjadi terhadap faktor produksi X1, tenaga kerja X2, profit X3, produktifitas X4, dan wilayah basis masing-masing dengan
koefisien – 0,359, 0,425, 1,000, 0,378, dan -2,114. Pengaruh positif usaha perikanan di Kabupaten Belitung terhadap tenaga kerja X2, profit X3, dan
produktivitas X4 memberi indikasi bahwa jika usaha perikanan berkembang di Kabupaten Belitung, maka ada kecenderungan terjadi peningkatan dalam
penyerapan tenaga kerja, keuntungan atau profit usaha yang meningkat, dan produktifitas dari usaha perikanan tersebut juga meningkat karena adanya adopsi
beberapa teknologi baru dalam usaha penyediaan alat tangkap yang dikembangkan diperairan Kabupaten Belitung. Diantara komponen yang
dipengaruhi secara positif tersebut, pengaruh terhadap profit termasuk yang signifikan. Pengaruh usaha perikanan di Kabupaten Belitung terhadap faktor
produksi X1 dan wilayah basis yang negatif menunjukkan bahwa jika usaha perikanan di Kabupaten Belitung berkembang, maka ada kecenderungan akan
meninggalkan trade-off faktor produksi yang tumbuh dan berkembang secara lokal dan basis kegiatan perikanan yang ada ditinggalkan.
Namun demikian, apakah kecenderungan tersebut berpengaruh signifikan dan serius dalam pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Belitung dan
regional Propinsi Bangka Belitung? Hal ini dapat ditentukan oleh probabilitas P pengaruh interaksi link usaha perikanan Kabupaten Belitung terhadap setiap
komponen tersebut. Menurut Ferdinand 2001, suatu pengaruh dikatakan signifikan atau berdampak serius bila mempunyai probabilitas 0,05, artinya
probabilitas pengaruh interaksi link usaha perikanan dikatakan mirip dengan sistem nyata kalau nilai model yang dikembangkan tersebut kecil dari 0,05.
135 Pada Tabel 16 dapat dilihat nilai probabilitas pengaruh interaksi link
atas usaha perikanan Kabupaten Belitung terhadap profit x3, produktifitas x4, ketersediaan tenaga kerja x2 dan wilayah basis yang dapat diandalkan untuk
pengembangan pembangunan perikanan di Kabupaten Belitung.
Tabel 16 Probabilitas pengaruh interaksi link usaha perikanan Kab. Belitung.
Link Estimate
S.E. C.R.
P Label
X3 --
Usaha_Perikanan_ Belitung
0.378 0.246
1.541 0.123
par-1 X4
-- Usaha_Perikanan_
Belitung 1
X2 --
Usaha_Perikanan_ Belitung
0.425 0.235
1.806 0.071
par-2 X1
-- Usaha_Perikanan_
Belitung -0.359
0.255 -1.406
0.16 par-3
Wilayah Basis
-- Usaha_Perikanan_
Belitung -2.114
0.794 -2.664
0.008 par-4
Berdasarkan Tabel 16, usaha perikanan Kabupaten Belitung
mempengaruhi wilayah basis dengan probabilitas P 0,05, yaitu 0,008, sedangkan tiga komponen lainnya dipengaruhi dengan probabilitas 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya wilayah basis yang dipengaruhi signifikan oleh usaha perikanan Kabupaten Belitung. Terkait dengan ini, maka kebijakan teknis
pembangunan perikanan di Kabupaten Belitung perlu diperhatian dengan serius, terutama terhadap pengembangan wilayah basis, yang dilakukan dengan
mengembangkan usaha perikanan tangkap yang telah menjadi sektor basis di masing-masing wilayah. Koefisien pengaruh dengan nilai -0,359 menunjukkan
bahwa pengembangan perikanan yang terjadi cenderung meninggalkan usaha perikanan lokal unggulan yang berkembang pada wilayah basis perikanan bila
tidak ada kebijakan teknis yang mengatur dan mengendalikannya. Pembahasan pada Bab 6 menunjukan usaha perikanan unggulan sektor basis pada empat
wilayah basis yang ada di Kabupaten Belitung, yaitu pancing tonda, sero dan bubu dengan wilayah basis Kecamatan Sijuk, payang dan jaring insang hanyut JIH
dengan wilayah basis Kecamatan Tanjung Pandan, trammel net dengan wilayah basis Kecamatan Badau, dan pukat pantai dengan wilayah basis Kecamatan
Membalong.
136 Terkait dengan ini, maka kebijakan teknis perikanan harusnya dibuat
berbasiskan kewilayahan sehingga usaha perikanan yang menjadi unggulan dan basis ekonomi masyarakat nelayan dapat berkembang dengan baik. Bila hal ini
dilakukan, maka usaha perikanan tangkap dapat terus menjadi andalan dan primadona Kabupaten Belitung maupun Provinsi Bangka Belitung, karena
bersesuaian dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat nelayan sekitar sebagai pelaku utamanya.