Pengembangan Perikanan Tangkap PENDAHULUAN

33 kemakmuran bangsa Indonesia. Keunggulan kompetitif perikanan ini akan terwujud apabila lingkungan bisnisnya yang meliputi kebijakan fiskal dan moneter, prasarana dan sarana, sistem hukum dan kelembagaan, serta sumber daya manusia dan iptek, bersifat kondusif bagi tumbuh suburnya usaha perikanan secara efisien, produktif dan berdaya saing tinggi Dahuri, 2002. Bila dilihat dari sisi ekologis, proses pengembangan perikanan saat ini kurang memperhatikan kelanjutan sumber daya perikanan itu sendiri. Kondisi perikanan tangkap lebih menimpa pada beberapa stok ikan di perairan pantai utara Jawa, Samudera Indonesia, Selat Malaka dan Laut Sulawesi, pencemaran perairan laut, kerusakan lingkungan dan habitat seperti terumbu karang hampir terjadi di semua wilayah pesisir Indonesia Dahuri, 2002. Oleh karena itu, pengembangan perikanan dalam rangka pemanfaatan sebagaimana yang diharapkan, maka yang pertama harus dilakukan adalah menyatukan kesamaan visi pembangunan perikanan, yaitu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumber daya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama nelayan dan petani ikan secara berkelanjutan. Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan umum pembangunan perikanan. Apabila hal ini dapat disepakati, maka syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia haruslah memenuhi kriteria berikut: 1. Menyediakan kesempatan kerja yang baik 2. Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan 3. Menjamin produksi yang tinggi untuk penyediaan protein hewani 4. Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan biasa diekspor 5. Tidak merusak kelestarian sumber daya ikan Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan, pada dasarnya adalah penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik-teknik yang dipakai, termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu lainnya yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing tempat. Namun modernisasi dapat menghasilkan peningkatan produksi, demikian pula tercapai peningkatan produksi, tapi belum tentu menghasilkan peningkatan pendapatan bersih nelayan. 34 Oleh karena itu, introduksi teknik-teknik penangkapan ikan yang baru harus didahului dengan penelitian dan percobaan secara intensif dengan hasil yang meyakinkan. Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang memang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Tetapi dengan pemanfaatan iptek itu pulalah kita diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumber daya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial-budaya dan ekonomi Barus et al, 1991. Saat ini, nelayan Indonesia belum dapat memanfaatkan sumber daya laut dengan benar karena terbentur pada kualitas sumber daya manusia SDM dan teknologi. Untuk dapat memiliki SDM di bidang kelautan yang handal memang membutuhkan waktu dan kemauan, karena itu semua pihak diharapkan ikut berperan. Nuitja 1998 menyatakan bahwa pengetahuan yang tergolong rendah membuat para nelayan kurang memiliki daya nalar untuk menyerap teknologi inovasi di bidang IPTEK kelautan, ditambah lagi dengan keterbatasan modal usaha yang membuat para nelayan terus terbelit dalam kemiskinan. Untuk pengembangan produksi atau pemanfaatan sumber daya perikanan di masa mendatang, langkah-langkah yang harus dikaji dan kemudian diusahakan pelaksanaannya Ditjen Perikanan, 1990 adalah: 1 Pengembangan prasarana perikanan 2 Pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan di bidang perikanan 3 Pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluh perikanan 4 Pengembangan sistem informasi manajemen perikanan Pengembangan perikanan juga tidak dapat dipacu terus tanpa melihat batas kemampuan sumber daya yang ada ataupun daya dukungnya. Pada perikanan yang telah berkembang pesat, upaya pengendalian sangat diperlukan dan apabila upaya ini dilaksanakan maka berarti telah menerapkan pembangunan perikanan 35 yang berkelanjutan, sehingga kelestarian sumber daya dan kegiatan perikanan dapat di jamin keberadaannya Martosubroto, et al, 1991. Menurut Bahari 1989, pengembangan kegiatan perikanan tangkap secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan sisi positif dari beberapa faktor yang berpengaruh, yaitu : 1 Faktor biologi, yang berkaitan dengan sumber daya ikan, penyebaran ikan, komposisi dan jenis sumber daya ikan. 2 Faktor teknis, yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung, seperti unit penangkapan ikan kapal, alat tangkap dan nelayan, pelabuhan perikanan, sarana dan prasarana transportasi produk perikanan, dan jalur komunikasi perikanan. 3 Faktor sosial, yang berkaitan dengan pengembangan sistem kemitraan, kelembagaan, pengorganisasian nelayan dan tenaga kerja pendukung usaha perikanan. 4 Faktor ekonomi, yang berkaitan dengan hasil produksi, pemasaran, pengeluaran produksi, pendapatan usaha dan lainnya.

2.5. Trade-off Ekonomi

Judul Disertasi ini Pembangunan Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung: Suatu Analisis Trade-off Ekonomi Berbasis Lokal, dan memakai istilah trade-off ekonomi. Dalam aktivitas perdagangan Trade dapat dilakukan dengan cara penjualan langsung, baik dalam paket-paket tertentu jumlah kecil ataupun dalam jumlah besar, yang secara umum dapat dijual kembali, atau secara retail, dalam paket-paket kecil parsel. Definisi off adalah akan menjadi atau menjauhtidak melekat lagi, menjaga jarak, berada disampingnya, dipisahkan, dihitung, dll. Sedangkan istilah Trade off artinya adalah menukar sesuatu untuk atau dengan sesuatu yang lainnya to exchange something for or with another. Atau juga didefinisikan sebagai cara untuk mereduksi atau mengurangi satu atau lebih keinginan yang ingin dicapai sebagai ganti atas meningkatnya atau bertambahnya keinginan yang lain untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh atau efektifitas misalnya antara 36 harga dan hasil pada keadaan yang telah ada. Namun kadang didefinisikan juga sebagai suatu situasi pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai dengan melibatkan kehilangan satu kualitas yang lain. Trade-off biasanya akan mendudukkan seseorang dalam suatu kondisi tersulit ketika akan mengambil keputusan dalam bidang ekonomi. Artinya, apapun keputusan yang akan diambil, di satu sisi menimbulkan dampak menguntungkan, tapi di sisi lain harus ada yang dikorbankan. Hal ini terjadi karena segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat terbatas Misalnya, trade-off yang paling klasik adalah trade-off antara keadilan dan pertumbuhan. Ketika pemerintah mengutamakan keadilan dengan mengutamakan pembagian pendapatan secara merata, yaitu dengan memberikan subsidi kepada rakyat miskin dengan menggunakan pajak yang dipungut dari orang kaya, maka pertumbuhan ekonomi akan terancam. Sebab, si miskin yang terus menerus disubsidi akan malas bekerja, begitu juga si kaya yang terus menerus dirongrong pajak yang tinggi. Sebaliknya, jika pemerintah mengutamakan pertumbuhan ekonomi, maka mestilah pemerintah tidak boleh terlalu campur tangan dalam urusan ekonomi. Akibatnya adalah, si kaya yang punya modal akan semakin kaya karena dapat mengeksploitasi si miskin dengan seenaknya, dan si miskin yang hanya mengandalkan upah akan semakin miskin karena terus menerus di manfaatkan tenaganya oleh si kaya untuk menumpuk kekayaannya. scarcity. Contoh lain trade-off yang juga cukup klasik adalah trade-off antara senjata gun dan mentega cheese. Jika suatu negara terus menerus memperkuat angkatan perangnya, maka pembangunan ekonomi negara itu akan terancam. Lihatlah Amerika Serikat yang saat ini menghadapi ancaman ekonomi serius akibat terlibat perang berkepanjangan di Irak dan Afganistan. Sebaliknya, jika suatu negara hanya fokus mengembangkan ekonominya, maka pertahanan dan keamanan di negara tersebut biasanya melemah. Lihatlah kondisi Hankam Indonesia saat ini yang tidak mampu menyediakan peralatan perang yang mumpuni. Sekali lagi trade-off membuat suatu keputusan menjadi sulit. Lihatlah juga trade-off yang muncul ketika kita ingin berbuat baik. Ketika kita memberikan sedekah kepada pengemis di jalanan misalnya, di satu sisi kita membantu si pengemis untuk tetap bertahan hidup. Tapi di sisi lain kita telah memicu