Hasil Analisis Data Pembahasan Hasil Penelitian
ada pengalaman yang memalukan. Siswa sendiri yang mengetahui tentang hal tersebut. Komponen yang terjadi di lapangan adalah
pemodelan, yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Siswa mampu bercerita
dengan baik saat pengambilan nilai posttest sehingga mendapatkan nilai KKM dan di atas KKM karena siswa melihat cara temannya bercerita,
guru bercerita di kelas, dan bacaan yang dibaca siswa sehingga tiga hal tersebut menjadi model yang membuat siswa meniru yang menyebabkan
nilai posttest lebih bagus dibanding nilai pretest. Selain itu komponen pendekatan CTL refleksi membuat siswa
yang pada awal pembelajaran belum mengetahui cara menyusun cerita dan menyampaikan cerita dengan runtut dan mudah dipahami. Setelah
diberikan perlakuan siswa menjadi tahu cara menyusun cerita yang urut dan menyampaikannya dengan bahasa yang dipahami oleh orang yang
mendengarkannya dengan hal demikian siswa mampu mengetahui kesalahannya dan memperbaiki kesalahan tersebut serta menjadi
pengetahuan baru bagi siswa itu sendiri. Komponen yang membedakan pembelajaran konvensional dan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL berikutnya, yaitu penilaian otentik, yaitu proses pengumpulan berbagai data yang dapat
memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Penilaian otentik dilakukan selama dan sesudah pembelajaran. Penilaian otentik
yang dilakukan adalah keterampilan berbicara yang kriteria dan aspek penilaiannya sudah ditentukan serta divalidasi oleh dosen ahli. Peneliti
mengamati saat menilai siswa diawal atau pretest, saat proses pembelajaran, dan menilai diakhir yaitu posttest terdapat perbedaan. Di
awal siswa kurang mampu menyampaikan cerita, isi cerita yang disampaikan kurang sesuai dengan tema dan ada beberapa siswa yang isi
ceritanya tidak sesuai dengan tema dengan pendekatan CTL siswa mampu menyampaikan cerita sesuai dengan tema yang mereka ingin
sampaikan. Selain itu, yang peneliti amati kemampuan siswa dalam
menyampaikan cerita yang sebelumnya kurang lancar menjadi lancar dan sudah mulai tidak terbata-bata artinya siswa sudah menguasai cerita
yang akan disampaikan. Kata dan kalimat yang digunakan saat bercerita sudah mulai tersusun rapi walaupun masih ada beberapa siswa yang
belum tepat dalam menggunakan imbuhan. Namun dengan adanya treatment yang diberikan guru saat pembelajaran seperti menyusun
cerita, mengurutkan cerita yang sudah di acak, mendengarkan guru dan teman bercerita, pengetahuan siswa menjadi bertambah sehingga
mendapatkan nilai yang baik di akhir pembelajaran. Pembelajaran menggunakan CTL ini juga sejalan dengan
karakteristik perkembangan kognitif anak menurut Piaget, usia SD 7-11 tahun yang mengalami periode operasional konkret, dimana pada
periode ini anak proses berpikirnya menjadi terorganisir ke sistem proses mental yang lebih besar yaitu penalaran anak menyerupai orang dewasa
namun masih terbatas pada realitas konkret sehingga materi yang diajarkan berdasarkan pengalaman siswa sehingga siswa mampu
menyusun cerita dan menyampaikan ceritanya sendiri dengan logis. Hal ini juga sejalan dengan psikologi perkembangan bahasa anak
yang terdapat di dalam buku Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip yang berjudul Psikologi Perkembangan Anak Usia MISD, yang menyatakan
bahwa kemampuan bahasa anak berkaitan dengan kemampuan kognitif anak karena saat anak akan mengucapkan sesuatu anak melakukan
aktivitas mental, mengingat, mengenal, dan menyampaikan yang diekspresikan dalam aktivitas gerak motorik haluskasar yang
merupakan sesuatu yang komplek dan pada usia sekolah dasar kemampuan bahasa anak berkembang lebih kompleks. Indikasinya dapat
dilihat dari penggunaan kalimat yang kompleks saat membuat cerita dan penggunaan bahasa dalam bercerita.
Penelitian ini membuktikan teori Piaget yang menyatakan bahwa kata-kata membuat anak mempresentasikan dan memikirkan secara
mental objek-objek dan peristiwa-peristiwa eksternal. Hal ini dapat
dibuktikan dalam proses pembelajaran yang terjadi, yaitu siswa memanggil kembali memori pengalaman yang mengesankan untuknya
yang kemudian disusun menjadi cerita yang utuh dan berurutan agar dapat disampaikan dan dibagikan kepada orang lain. Dengan demikian
bahasa berkaitan dengan kognitif seseorang. Penjabaran tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, pada saat
siswa menuliskan cerita dan menceritakannya kepada temannya siswa melakukan aktivitas mental berupa mengingat kembali cerita yang
pernah dialami, mengenal tokoh, tempat, dan waktu cerita, dan menyampaikan ceritanya dengan ekspresi yang menggambarkan cerita
pengalamannya kembali. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa kelas III MI Pembangunan sudah menyelesaikan tugas berbicara yang
dijelaskan dalam buku Psikologi Perkembangan Anak Usia MISD yang disusun oleh Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, tugas berbicara yang
harus dikuasai, yaitu pemahaman indikasinya siswa mampu mengulang cerita dan menentukan informasi yang terdapat di dalam cerita,
perkembangan perbendaharaan kata dan penyusunan kata menjadi kalimat yang ditunjukkan dalam menyusun cerita dan menyampaikan
ceritanya, dan siswa mampu mengimitasi atau meniru ucapan suara yang didengarnya hal ini sesuai dengan proses penelitian, yaitu saat
menyampaikan cerita siswa bercerita dengan menggunakan kalimat seperti orang dewasa bercerita sehingga cerita yang disampaikan
dipahami oleh orang lain dan bercerita dengan kalimat yang runtut. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melatih kemampuan
berbicara siswa agar menjadi seorang yang terampil dalam berbicara. Berbicara sendiri menurut Novi Resmini dan Dadan Juanda yang
menyatakan bahwa berbicara diartikan suatu penyampaian maksud ide, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasan lisan sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Esti Ismawati dan Faraz
Umaya diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan. Kegiatan ini yang dilatih oleh peneliti dengan pendekatan CTL agar siswa dapat menyampaikan gagasan dan cerita dengan bahasa lisan
yang mudah dipahami oleh orang lain sehingga bisa menjadi pembicara yang baik. Dengan menggunakan pendekatan CTL siswa mampu
menyampaikan maksud dan pesannya melalui cerita yang disampaikan. Hal yang diharapkan dari peneliti adalah dengan dibiasakannya
kegiatan berbicara siswa diharapkan terbiasa menyampaikan ide dan gagasan, selain itu siswa mampu berbicara dengan runtut dan mudah
dipahami oleh lawan bicaranya sehingga bisa menjadi pembicara yang baik. Seorang yang dianggap pembicara yang baik menurut Arsjad dan
Mukti U.S dalam buku Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang disusun Isah Cahyani dan Hodijah adalah seorang pembicara
harus mampu menguasai masalah yang sedang dibicarakan. Hal ini terbukti siswa kelas III MI Pembangunan mampu menjadi pembicara
yang baik dengan menguasai materi yang diceritakan sehingga siswa mampu berbicara dengan baik dengan kalimat yang runtut dan mudah
dipahami. Diharapkan saat sudah dimasyarakat siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan menjadi pembicara yang terampil.
Tujuan berbicara menurut Djago Tarigan ada empat, yaitu menghibur, menginformasikan, menstimulasi, dan mengerakkan. Dalam
penelitian ini peneliti bertujuan melatih siswa menginformasikan dan membagikan informasi kepada orang lain melalui cerita yang
disampaikannya. Sedangkan menurut Esti Ismawati dan Faraz Umaya tujuan utama pembelajaran berbicara di sekolah dasar adalah melatih
siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai hal tersebut guru dapat menggunakan bahan
pembelajaran berbicara, misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah didengar atau
dibaca, mengungkapkan pengalaman pribadi, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan siswa dilatih dengan
menggunakan bahan pembelajaran menceritakan pengalaman yang
mengesankan sehingga dilatih untuk menyampaikan informasi kepada orang lain dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Hasil penelitian ini pun mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Evi Maspiah pada tahun 2011 dengan judul
penelitian “Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar Pada
Konsep Bioteknologi ”. Hasil penelitian dari Evi Maspiah adalah
pengaruh pendekatan CTL dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar pada konsep bioteknologi. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan perolehan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berikutnya penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyanah pada tahun 2013 dengan judul penelitian
“Peranan Model CTL dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa V Pada Mata Pelajaran PKN
”. Hasil penelitian dari Mulyanah adalah penerapan model CTL dalam pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuan minat dan hasil belajar mata pelajaran PKN. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan perolehan nilai dari siklus I sampai II secara
signifikan. Selain itu dapat dilihat dari hasil wawancara dengan siswa yang menyatakan bahwa dengan model CTL mudah memahami materi
dan meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu juga penelitian ini juga mendukung penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Intan Kartika pada tahun 2015 dengan judul penelitian
“Pengaruh Model Pembelajaran CTL Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa
”. Hasil penelitian dari Intan Kartika adalah pengaruh model CTL dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa
belajar IPS. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata motivasi belajar siswa yang menggunakan model CTL lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata motivasi belajar siswa yang menggunakan model konvensional. Dari penjabaran mengenai penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh para peneliti terdapat perbedaan variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini meneliti tentang
pengaruh pendekatan CTL terhadap keterampilan berbicara siswa. Namun keefektifan pendekatan ini dapat dibuktikan melalui ketiga
penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh para peneliti yang sudah dijabarkan di atas. Pendekatan ini mampu meningkatkan hasil
belajar, motivasi belajar, dan minat belajar siswa. Tidak hanya siswa sekolah dasar tapi juga siswa sekolah menengah pertama.
Dari penelitian di atas terdapat perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti meneliti pengaruh pendekatan CTL terhadap
keterampilan berbicara siswa dan terbukti mampu memberikan pengaruh kepada keterampilan berbicara siswa. Dibuktikan dengan rata-rata nilai
posttest keterampilan berbicara kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol. Dengan demikian pendekatan CRL
dapat meningkatkan dan mempengaruhi hasil belajar, motivasi belajar, minat belajar, dan keterampilan belajar siswa.
Selain hasil positif yang didapatkan dari pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Pendekatan CTL juga memiliki
kelebihan yang harus dipertimbangkan untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas, beberapa kelebihannya dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional, yaitu pertama pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional yang pemilihan informasi ditentukan oleh guru. Kedua, selalu mengaitkan informasi dengan kemampuan awal yang telah
dimiliki siswa berbeda dengan pembelajaran konvensional yang memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya
diperlukan. Ketiga, menerapkan penilaian autentik tidak hanya melalui kegiatan akademik berupa ujianulangan sehingga guru dapat menilai
siswa secara langsung sehingga guru mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, kiranya
kelebihan pembelajaran CTL yang diuraikan pada bab sebelumnya telah terpenuhi. Ini merupakan salah satu indikator pemilihan pendekatan
pembelajaran yang baik, terbukti dengan adanya pengaruh positif dari
pendekatan contextual teaching and learning terhadap keterampilan berbicara pada siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta. Pengaruh
positif tersebut terbukti dari skor keterampilan berbicara siswa yang naik, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Dari hasil penelitian dan uraiannya dapat disimpulkan bahwa, pendektan contextual teaching and learning memiliki pengaruh positif
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta.