kebebasan dalam menyimpulkan pembelajaran yang sudah diajarkan.
7 Penilaian Otentik Authentic Assessment
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan
belajar siswa.
22
Karakteristik authentic assessment diantaranya adalah: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan performansi bukan mengingat fakta,
berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback.
23
Ketujuh komponen tersebut bila dipraktikan maka kelas tersebut dikatakan menggunakan pendekatan CTL. Untuk melakukan
hal tersebut tidaklah sulit, secara garis besar langkah penerapan CTL, sebagai berikut:
1 Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2 Laksanakanlah sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua
topik 3
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4
Ciptakan masyarakat belajar 5
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6
Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7
Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara
24
Semua komponen pendekatan CTL dan langkah-langkah penerapannya dalam pembelajaran harus diaplikasikan karena bila
salah satu komponen dan langkah pendekatan CTL tidak diaplikasi maka pembelajaran dikatakan tidak menggunakan pendekatan
tersebut. Pendekatan CTL dapat diterapkan diberbagai materi karena CTL merupakan pendekatan yang menghubungkan materi dengan
kehidupan dan pengalaman siswa.
22
Dindin Ridwanudin, op. cit., h. 103.
23
Yatim Riyanto, op. cit., h. 175.
24
Yatim Riyanto, op. cit., h. 168-169.
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa MISD yang masih dalam tahap operasional konket. Menurut Piaget pada
usia MISD anak memasuki tahap operasional konkret yang terjadi pada usia 6-11 tahun. Pada tahap ini proses berpikir anak menjadi
terorganisasi ke sistem proses mental yang lebih besar yang memudahkan mereka berpikir logis. Anak menyadari bahwa
perspektif dari perasaannya tidak selalu dialami oleh orang lain dan mungkin mencerminkan opini pribadi alih-alih realitas.
25
Dengan demikian maka indikator penilaian ketepatan logika bercerita siswa
dapat tercapai sesuai dengan perkembangan kognitif siswa dan pendekatan CTL sebagai perantara untuk mewujudkan hal tersebut.
d. Peran Guru dan Siswa
Dalam dunia pendidikan dikenal tiga tipe belajar, yaitu tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar dengan tipe belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru
saat menggunakan pendekatan CTL:
1 Siswa dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Peran guru bukan sebagai instruktur melainkan sebagai pembimbing agar mereka bisa belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
2 Setiap anak cenderung untuk belajar hal yang baru dan gemar
mencoba hal yang dianggap aneh dan baru baginya. Untuk itu peran guru memilih bahan belajar yang dianggap penting untuk
dipelajari oleh siswa.
3 Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Peran guru membantu siswa dalam menemukan keterkaitan
antara pengalaman baru dan pengalaman sebelumnya.
4 Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema
asimilasi yang telah ada atau pembentukan skema baru akomodasi. Untuk itu tugas guru memfasilitasi mempermudah
anak agar mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
26
25
Jeane Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Edisi Keenam, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2008, h. 45.
26
Wina Sanjaya, op. cit., h. 262-263.
Berdasarkan hal tersebut peran guru di sini hanya sebagai fasilitator sehingga siswa diharapkan aktif dalam pembelajaran. Guru
harus mampu menyediakan materi yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga perbedaan tipe belajar dapat teratasi agar setiap siswa
merasa senang. Dengan materi yang diajarkan tentang keterampilan berbicara siswa akan merasa hal baru yang diajarkan menarik
baginya karena keterampilan berbicara ini jarang diajarkan oleh guru sebelumnya. Materi yang diajarkan berupa pengalaman yang
mengesankan dengannya sehingga sesuai siswa akan dengan mudah menemukan keterkaitan materi dengan pengalamannya.
e. Kunci Pembelajaran CTL
The Northwest
Regional Educational
Laboratory USA
mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
1 Pembelajaran bermakna artinya siswa mengerti manfaat belajar
demi kehidupannya di masa depan. Prinsip ini sejalan dengan pembelajaran bermakna meaningfull learning yang diajukan
oleh Ausubel.
2 Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa memahami apa
yang dipelajari dan menerapkannya dalam kehidupan. 3
Berpikir tingkat tinggi, siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam pengumpulan data,
pemahaman suatu isu, dan pemecahan masalah. 4
Kurikulum yang dikembangkan, isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dunia kerja. 5
Responsif terhadap budaya, guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan dan kebiasaan siswa teman
pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu
individu siswa, kelompok siswa baik sebagai tim atau keseluruhan kelas, tatanan sekolah dan besarnya tatanan
komunitas kelas.
6 Penilaian autentik penggunaan berbagai strategi penilaian
misalnya penilaian proyek tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio, rubrik, dan lain-lain akan merefleksikan
hasil belajar sesungguhnya.
27
27
Dindin Ridwanudin, op. cit., h. 98-99.
Pembelajaran dengan menggunakan CTL ini mengajarkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi sehingga cocok digunakan dalam
pembelajaran bahasa pada keterampilan berbicara agar bahasa siswa berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa kemampuan bahasa siswa berkaitan dengan kemampuan kognitif anak, karena saat anak akan mengucap sesuatu
anak melakukan aktivitas mental, mengingat, mengenal, dan menyampaikan yang diekspresikan dalam aktivitas gerak motorik
haluskasar yang merupakan sesuatu yang kompleks.
28
Berdasarkan pendapat tersebut maka pendekatan CTL dalam pembelajaran bahasa keterampilan berbicara materi bercerita
pengalaman yang mengesankan dapat berperan meningkatkan kognitif siswa. Karena saat menyusun cerita siswa menggunakan
pemikirannya untu mengingat kembali cerita dan menyampaikannya. Selain itu membantu siswa mengetahui makna dari pembelajaran,
yaitu dengan mempraktikan kegiatan bercerita siswa mengetahui cara bercerita yang baik dan benar sehingga siswa bisa
mempraktikannya ketika bercerita kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Piaget, yaitu kata-kata membantu anak
mempresentasikan dan memikirkan secara mental objek-objek dan peristiwa-peristiwa eksternal dan bahwa bahasa memegang peranan
penting dalam pertukaran gagasan-gagasan secara sosial, yang memungkinkan anak berpikir secara logis dan tidak egosentris.
29
Dengan demikian pendekatan CTL ini membantu siswa untuk bersosialisasi dengan orang lain melalui bahasa yang digunakan
sehingga siswa tidak egosentris dan membantu guru menilai siswa secara langsung dan nyata sehingga guru mengetahui perkembangan
belajar siswa di kelas.
28
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MISD, h. 212.
29
Jeane Ellis Ormrod, op. cit., h. 68.
f. Perbedaan CTL dan Konvensional
Pendekatan CTL dengan pembelajaran sangat berbeda. CTL belajar tidak hanya mentransfer ilmu tetapi menemukan dan mengkontruksi
sendiri pengetahuannya sedangkan CTL hanya mentrasfer ilmu. Untuk mengetahui perbedaan lain dari pendekatan CTL dan
pembelajaran konvensional akan ditampilkan dalam tabel berikut:
30
Pembelajaran Konvensional Pendekatan CTL
Menyandarkan kepada hafalan Menyandarkan kepada memori
spasial Pemilihan informasi ditentukan
oleh guru Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan individu siswa Cenderung terfokus pada satu
bidang disiplin ilmu Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang disiplin
Memberikan tumpukan
informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan
Selalu mengaitkan
informasi dengan kemampuan awal yang
telah dimiliki siswa Penilaian hasil belajar hanya
melalui kegiatan
akademik berupa ujianulangan
Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam
pemecahan masalah
Berdasarkan tabel perbedaan pendekatan CTL dan pembelajaran konvensional maka dapat dilihat bahwa pendekatan CTL membuat
siswa terlibat dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa tidak hanya sekedar menghafal
pembelajaran namun mengetahui makna pembelajaran tersebut sehingga siswa diharapkan menguasai pembelajaran yang nantinya
pembelajaran tersebut dapat mereka gunakan untuk bekal dirinya dalam kehidupannya setelah lulus dari sekolah untuk mampu
bersaing dengan orang lain.
30
Dindin Ridwanudin, op.cit., h. 95.