kelancaran.
51
Aspek penilaian tersebut hanya sebagai acuan dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan aspek yang ingin
dikembangkan oleh pendidik. Dalam penilaian keterampilan berbicara ada dua komponen, yaitu ketepatan pesan dan bahasa.
Untuk pembelajar tingkat awal lebih besar penilaiannya untuk komponen ketepatan bahasa sedangkan untuk pembelajar tingkat
lanjut lebih tinggi penilaiannya untuk komponen ketepatan isi pesan. Namun komponen tersebut harus ada dalam penilaian hanya
porsinya saja yang berbeda sesuai dengan tingkatannya.
52
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian keterampilan berbicara menyangkut dua hal, yaitu dalam
hal isi pembicaraan dan cara penyampaian isi pembicaraan. Kedua hal ini harus seimbang dan sesuai dengan porsinya disetiap
tingkatan kelas siswa. Selain itu penilaian juga harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dinilai oleh guru. Dalam
penelitian ini indikator yang dinilai berdasarkan teori Burhan Nurgiyantoro, yaitu ketepatan isi cerita, logika bercerita, ketepatan
kata dan kalimat serta kelancaran siswa dalam bercerita.
g. Praktik Kemampuan Berbicara
Dalam berbicara terdapat berbagai praktik dalam berbicara, seperti berdialog, menyampaikan pengumuman, debat, bercerita,
bermusyawarah, berdiskusi, dan pidato. Dalam penelitian ini keterampilan berbicara yang akan diteliti adalah keterampilan
dalam bercerita. Pembelajaran bercerita di sekolah dasar meliputi: menceritakan kegiatan sehari-hari, menceritakan ceritadongeng
yang pernah didengar, menceritakan gambar, menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dan menceritakan pengalaman yang
berkesan. Peneliti mengambil tema menceritakan pengalaman yang
51
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFY: 2010, h. 410.
52
Ibid, h. 391.
berkesan. Menurut Djago Tarigan, rancangan pelaksanaan tema tersebut, sebagai berikut:
1 Mendaftar pengalaman yang berkesan
2 Menyeleksi pengalaman yang berkesan
3 Menyusun urutan pengalaman yang berkesan
4 Membaca sekali lagi draft pengalaman yang berkesan
5 Memperbaiki bagian draft yang belum sempurna
6 Menyalin draft yang sudah diperbaiki
7 Menghafal isi draft pengalaman yang berkesan
8 Menceritakan pengalaman yang berkesan di depan kelas.
53
Praktik dalam berbicara memiliki beberapa bentuk tugas menurut Burhan Nurgiyantoro, yaitu berbicara berdasarkan
gambar, berbicara berdasarkan suara, berbicara berdasarkan visual dan suara, bercerita, wawancara, berdiskusi atau berdebat, dan
berpidato. Untuk melatih praktik berbicara terutama dalam bercerita dapat memilih tugas berbicara berikut ini: 1 berbicara
berdasarkan gambar ialah untuk mempermudah peserta didik dalam mengungkap kemampuan berbicara dalam suatu bahasa, gambar
dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik. Gambar yang dijadikan rangsangan berupa gambar objek dan gambar cerita, 2
berbicara berdasarkan
rangsang suara,
lazimnya dalam
mengungkap kemampuan berbicara peserta didik dengan rangsang suara biasanya suara yang digunakan berasal dari siaran radio atau
rekaman yang sudah ada atau sengaja dibuat, 3 berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara
berbicara berdasarkan gambar dan berbicara berdasarkan suara. Biasanya menggunakan siaran televisi atau menggunakan video, 4
bercerita, saat bercerita praktik yang bisa digunakan adalah dengan
53
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005, cet. 17, h. 6.18.
menceritakan kembali buku cerita yang dibaca atau pengalaman yang pernah dialami seperti ketika berlibur ke suatu tempat.
54
Praktik berbicara di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara dan telah ditentukan standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya di dalam peraturan menteri nomor 22 tahun 2006. Guru hanya perlu mengembangkan dalam pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan siswa. Misalnya dalam penelitian ini siswa diharapkan mampu bercerita pengalaman yang mengesankan
sehingga peneliti meneliti penerapan cara bercerita siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Evi Maspiah jurusan Pendidikan Biologi dalam skripsinya tahun 2011
yang berjudul “Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Konsep Bioteknologi di SMPN 1 Kota Cisauk ”. Hasil menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa, hal ini dibuktikan pada hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi
65,4 dibandingkan kelas kontrol 57,06. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Evi Maspiah dengan peneliti
adalah sama-sama
menggunakan pendekatan
CTL. Sedangkan
perbedaannya adalah penelitian Evi Maspiah meneliti hasil belajar Biologi sedangkan peneliti, meneliti keterampilan berbicara.
2. Intan Kartika jurusan Pendidikan Guru MI dalam skripsinya tahun 2015
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran CTL Motivasi Belajar IPS Siswa pada kelas V SDN 01 Cirendeu
”. Hasil menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran CTL terhadap motivasi belajar IPS siswa,
hal ini ditunjukkan pada t
hitung
8,97 lebih besar dari t
tabel
1,67. Persamaan penelitian yang dilakukan Intan Kartika dengan peneliti
adalah sama-sama menggunakan CTL dan menggunakan quasi eksprimen. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Intan Kartika
meneliti motivasi belajar sedangkan peneliti meneliti keterampilan berbicara.
54
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 402-409.