pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan adalah komunikasi yang aktif.
2 Rasa percaya diri
Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi, hal ini akan menghilangkan keraguan dan kegugupan
dalam berbicara dan pembicara akan merasa yakin dengan apa yang disampaikan.
3 Rasa kepemimpinan
Aminudin mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya
diri dari pembicara bahwa dirinya mampu mengatur, menguasai, dan menjalin suasana akrab dengan pendengarnya,
serta mampu menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki rasa kepemimpinan akan mampu
mengatur dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.
47
Untuk menjadi pembicara yang terampil tidak hanya menguasai isi pembicaraan namun juga harus memiliki sikap
mental seorang pembicara yang terampil seperti yang telah dijabarkan di atas. Untuk itu pembelajaran bahasa Indonesia
memiliki porsi yang banyak dalam seminggu, yaitu sebanyak tiga kali pertemuan. Hal ini seharusnya bisa dimanfaatkan guru untuk
melatih siswa agar memiliki sikap mental seorang pembicara. Dengan demikian diharapkan siswa menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dan mampu berkomunikasi dengan banyak orang karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia sehingga setiap warga Indonesia wajib menguasai bahasa Indonesia.
Selain itu tujuan diajarkannya bahasa Indonesia agar siswa bisa terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan aktif. Karena bila
siswa tidak menguasai bahasa Indonesia maka siswa akan kesulitan mengikuti pembelajaran di sekolah sebab bahasa pengantar di
sekolah adalah bahasa Indonesia.
47
Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h. 63-64.
f. Penilaian Keterampilan Berbicara
Menurut Suhendar yang dikutip oleh Isah Cahyani dan Hodijah dalam buku Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah
Dasar mengemukakan bahwa bila kita akan menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus
diperhatikan, yaitu lafal, struktur, kosakata, kefasihan, isi pembicaraan, dan pemahaman.
48
Sedangkan menurut Sapani yang dikutip oleh Isah Cahyani dan Hodijah dalam buku Kemampuan
Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar berpendapat mengenai penilaian keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini
mencakup tiga aspek, yaitu: 1
Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, serta gaya bahasa dan pragmatik.
2 Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi,
kuantitas isi, serta kualitas isi. 3
Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik dan mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, dan jalannya
pembicaraan.
49
Penilaian berbicara terutama dalam kegiatan bercerita harus dilaksanakan pada saat kegiatan bercerita berlangsung. Butir-butir
penilaiannya, antara lain: ketepatan isi cerita, sistematika jalan cerita, penggunaan bahasa, meliputi: pelafalan, intonasi, pilihan
kata, struktur kata, dan struktur kalimat serta kelancaran bercerita.
50
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro penilaian berbicara terutama dalam kegiatan bercerita memiliki aspek
penilaian yang bisa dijadikan acuan dalam menilai keterampilan berbicara pada siswa, yaitu: ketepatan isi cerita, ketepatan
penunjukkan detil cerita, ketepatan logika cerita, ketepatan makna keseluruhan cerita, ketepatan kata, ketepatan kalimat, dan
48
Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h. 64.
49
Ibid
50
Djago Tarigan, op. cit., h. 6.20.
kelancaran.
51
Aspek penilaian tersebut hanya sebagai acuan dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan aspek yang ingin
dikembangkan oleh pendidik. Dalam penilaian keterampilan berbicara ada dua komponen, yaitu ketepatan pesan dan bahasa.
Untuk pembelajar tingkat awal lebih besar penilaiannya untuk komponen ketepatan bahasa sedangkan untuk pembelajar tingkat
lanjut lebih tinggi penilaiannya untuk komponen ketepatan isi pesan. Namun komponen tersebut harus ada dalam penilaian hanya
porsinya saja yang berbeda sesuai dengan tingkatannya.
52
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian keterampilan berbicara menyangkut dua hal, yaitu dalam
hal isi pembicaraan dan cara penyampaian isi pembicaraan. Kedua hal ini harus seimbang dan sesuai dengan porsinya disetiap
tingkatan kelas siswa. Selain itu penilaian juga harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dinilai oleh guru. Dalam
penelitian ini indikator yang dinilai berdasarkan teori Burhan Nurgiyantoro, yaitu ketepatan isi cerita, logika bercerita, ketepatan
kata dan kalimat serta kelancaran siswa dalam bercerita.
g. Praktik Kemampuan Berbicara
Dalam berbicara terdapat berbagai praktik dalam berbicara, seperti berdialog, menyampaikan pengumuman, debat, bercerita,
bermusyawarah, berdiskusi, dan pidato. Dalam penelitian ini keterampilan berbicara yang akan diteliti adalah keterampilan
dalam bercerita. Pembelajaran bercerita di sekolah dasar meliputi: menceritakan kegiatan sehari-hari, menceritakan ceritadongeng
yang pernah didengar, menceritakan gambar, menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dan menceritakan pengalaman yang
berkesan. Peneliti mengambil tema menceritakan pengalaman yang
51
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFY: 2010, h. 410.
52
Ibid, h. 391.