88
Kelas X SMASMK
Indikator:
• Menjelaskan bagaimana Roh Kudus berperan dalam terbentuknya gereja
perdana. •
Menunjukkan beberapa contoh tentang gereja sebagai komunitas baru yang inklusif terbuka terhadap orang-orang yang ditolak masyarakat.
• Menyusun langkah-langkah untuk menjadikan gerejanya lebih inklusif.
A. Pengantar
Pada bagian ini peserta didik belajar tentang pembaharuan yang terjadi pada gereja. Sebetulnya, kita perlu memahami bahwa gereja sendiri – yang
terbentuk pada abad pertama Masehi setelah peristiwa turunnya Roh Kudus Pentakosta – adalah buah dari pembaharuan yang Allah lakukan melalui Roh
Kudus-Nya terhadap umat Yahudi pada waktu itu.
Dari masa ke masa kita melihat bagaimana kehidupan beragama mengalami naik dan turun. Orang beragama ternyata tidak selamanya menunjukkan di
dalam hidupnya bahwa mereka menaati Allah. Kitab Ulangan, misalnya, sangat terkenal sebagai kitab yang melukiskan kehidupan bangsa Israel sebagai sebuah
siklus: Israel diselamatkan Allah – Israel berpaling dari Allah dan mengingkari perjanjiannya dengan Allah – Israel ditimpa kemalangan dan jatuh ke tangan
musuh – Israel bertobat dan kemudian Allah mengirimkan seorang pemimpin untuk menyelamatkan mereka, dst. Ul. 31:20-21, dst.. Siklus ini berlangsung
terus, jatuh-bangun. Gambaran ini menjadi sangat terkenal karena menjadi ciri khas penyampaian sejarah Israel di mata penulis Ulangan.
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan. 4.3
Menyajikan presentasi berkaitan dengan peran
Roh Kudus sebagai pembaharu dengan
mengacu pada Alkitab
4.5 Membuat karya yang
berkaitan dengan peran Allah sebagai pembaharu
kehidupan manusia dan alam
89
Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Selain kejatuhan ke dalam dosa dan berpalingnya umat Allah kepada allah- allah lain, kehidupan beragama pun bisa berubah hanya menjadi sekadar suatu
formalitas belaka. Orang menjalankan perintah-perintah agama hanya sebagai ritual, tanpa mengerti mengapa mereka harus melakukan semua itu.
Dalam kegiatan rutin seperti itu, akhirnya orang kehilangan pegangan dan ajaran agama tidak lagi dihayati sebagai perintah yang harus dihayati demi
mewujudkan keadilan kepada sesama manusia, seperti yang Allah kehendaki. Dalam Mikha 6:8, dikatakan, “Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu:
selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Apa yang kita temukan dalam praktik kehidupan orang Farisi di masa Tuhan Yesus, misalnya, cukup jelas menunjukkan bagaimana formalisme agama
menjadi pola hidup keagamaan yang berlaku saat itu. Orang-orang Farisi sangat suka mencari-cari kekurangan dan “kesalahan” orang lain dalam praktik
keagamaan mereka. Misalnya, mereka selalu mengamat-amati sesama mereka, apakah orang-orang itu menaati aturan hari Sabat yang melarang orang
bekerja. Mereka juga sangat suka memamerkan kesalehan mereka, misalnya dengan berdoa di tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang
Mat. 6:5.
Kehadiran gereja perdana merupakan bentuk pembaruan terhadap agama Yahudi pada waktu itu. Orang banyak diajak untuk kembali kepada inti ajaran
yang dituntut oleh Allah, yaitu hidup adil dan, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.
Di Abad Pertengahan, kehidupan orang Kristen pun mengalami banyak kemunduran. Gereja menjual surat-surat penebusan dosa, sehingga dengan
membeli surat itu, seseorang otomatis akan diampuni dosanya. Bukan hanya itu saja. Orang juga bisa membeli surat penebusan dosa itu untuk kerabat mereka
yang sudah mati. Dengan demikian banyak orang yang membeli surat-surat penebusan dosa untuk ayah, kakek, kakek buyut, nenek moyang mereka, dan
lain-lain. Jumlah orang-orang yang ingin mereka selamatkan bisa bertambah terus dengan sekadar mencari silsilah nenek moyang dan menambahkan
mereka dalam daftar orang-orang yang ingin mereka tebus dengan surat-surat itu.
Ada banyak lagi penyimpangan lain dalam ajaran gereja pada Abad Pertengahan. Orang bisa membeli relikui benda-benda suci, seperti rambut,
tulang, kuku, gigi, dan lain-lain. dari orang-orang suci. Yang lebih parah lagi, seringkali orang tidak tahu apakah memang benda-benda itu berasal
90
Kelas X SMASMK
dari orang-orang suci itu, ataukah dari orang-orang lain yang sudah lama meninggal. Bagaimana orang bisa membuktikan bahwa benda-benda itu
berasal dari – misalnya, Rasul Petrus atau Rasul Yohanes? Pasar seperti ini bisa penuh dengan penipuan yang luar biasa. Sementara itu, sumber keselamatan
yang mestinya hanya pada Allah sendiri, menjadi kabur.
Dengan pemahaman ini maka kita mengerti mengapa di Abad Pertengahan gereja mengalami pembaharuan, dan hingga kini pembaharuan-pembaharuan
itu harus tetap berjalan. Reformasi tidak cukup hanya dengan gerakan pembaharuan gereja pada abad ke-16 atau ke-17 saja, melainkan harus
berjalan terus, bahkan sampai sekarang dan yang akan datang.
B. Reformasi Awal Gereja