Roh Memberikan Keberanian Roh Memberikan Hidup dalam Kekudusan

118 Kelas X SMASMK mereka. Namun apabila ada yang bertanya, kiranya guru dapat menjawabnya dengan baik. Di dalam bahan ini kita hanya akan menyinggung dua sisi kehidupan yang dibimbing oleh Roh Kudus, yaitu keberanian dan kehidupan yang kudus. Kedua topik ini sesungguhnya saling berkaitan. Kehidupan yang kudus diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari, dan pembuktian itu seringkali membutuhkan keberanian karena kehidupan itu ternyata sering berlawanan dengan gaya hidup atau nilai-nilai yang diberlakukan dalam masyarakat. Kedua topik ini dirasakan akan menolong peserta didik di dalam kehidupan mereka sehari-hari.

D. Roh Memberikan Keberanian

Ada dua contoh yang diberikan dalam bahan ini, yaitu riwayat hidup Robert Wolter Monginsidi, pahlawan nasional Indonesia, dan kehidupan tokoh-tokoh Alkitab seperti Daud, serta tokoh-tokoh dalam sejarah gereja yaitu Polikarpus dan Martin Luther. Dari kehidupan orang-orang ini kita dapat membayangkan seperti apa keberanian para murid Tuhan Yesus dari gereja perdana yang berubah dari nelayan-nelayan sederhana dan berpendidikan rendah menjadi para rasul yang dengan keberaniannya memberitakan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia dari Yerusalem ke Yudea dan Samaria, hingga ke ujung dunia bdk. Kis. 1:8.

E. Roh Memberikan Hidup dalam Kekudusan

Kehidupan yang dipimpin oleh Roh adalah juga kehidupan yang kudus. Mengapa? Karena Allah itu kudus, maka kita pun harus hidup kudus 1 Ptr. 1:16; bdk. Im. 19:2; 20:7, 26. Kehidupan kita sebagai anak-anak Allah haruslah mencerminkan sifat-sifat Allah, yang antara lain adalah kekudusan. “Kudus”, seperti yang dipahami dalam bahasa Ibrani kadosh, berarti “dipisahkan atau disucikan secara khusus untuk tujuan-tujuan yang khusus.” Bagaimanakah kekudusan itu tampak dalam hidup kita? Sebagian orang akan menyebutkan hidup kudus sebagai hidup yang menjauhi rokok, minuman keras, mabuk-mabukan, perilaku seks bebas, dan lain-lain. Semua itu sangat baik dan perlu. Namun hal ini harus dilakukan dengan hati-hati, sebab bukan tidak mungkin mereka yang tidak melakukan semua itu menjadi tinggi hati dan legalistik. Artinya, seperti orang-orang Farisi, mereka jadi suka sekali memperhatikan kehidupan orang lain, menilainya, tetapi tidak kritis terhadap diri sendiri. Mereka terjebak ke dalam kesombongan rohani yang sangat 119 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti berbahaya, dan menganggap diri lebih tinggi, lebih suci, daripada teman- teman mereka. Sementara itu, mereka tidak menunjukkan kepedulian kepada orang-orang yang menderita dan tersingkirkan. Tuhan Yesus sendiri menunjukkan bahwa hidup kudus yang Ia jalani adalah berani mengatakan apa yang benar, melaksanakannya, menunjukkannya dengan kasih dan ketulusan hati dengan menolong orang lain, berkurban bagi mereka yang tersisihkan, bahkan mati untuk orang berdosa. Dengan demikian, kekudusan yang Tuhan Yesus perlihatkan berseberangan dengan kekudusan orang-orang Farisi.

F. Penjelasan Bahan Alkitab