Berbagai Ajaran Sesat pakrisbp kurtilas x bukuguru rev2017 terampilmatematika blogspot com

49 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Jika kau bisa mengisi menit yang menentukan Dengan menempuh jarak lari enam puluh detik yang tak ternilai – Bumi dan segala isinya akan menjadi milikmu, Dan – yang lebih penting – kau akan menjadi Seseorang anakku Puisi Kipling ini sangat terkenal di dunia berbahasa Inggris. Di India, missalnya, salinan puisi ini dibingkai dan digantungkan di dinding di hadapan meja-meja belajar para calon perwira di Akademi Pertahanan Nasional, di Pune. Di Inggris, baris ketiga dan keempat dari bait kedua puisi ini, “Jika kau dapat meraih kemenangan dan menderita musibah kekalahan, Dan memperlakukan sama kedua tipuan semu itu,” ditulis pada dinding pintu masuk ke Lapangan Tengah di All England Lawn Tennis and Croquet Club, tempat Kejuaraan Tenis Wimbledon yang bergengsi tingkat dunia itu diselenggarakan. Apa yang dapat kita simpulkan dari puisi Kipling ini? Dari sini kita bisa melihat bahwa kedewasaan terutama sekali adalah masalah kematangan jiwa dan kepribadian dan bukan berapa tingginya badan seseorang atau seberapa pintarnya orang itu. Kematangan jiwa itu dapat dilihat dari bagaimana seseorang menghadapi kekalahan, bahkan kehancuran kariernya. Orang yang matang dan berkarakter kuat tidak akan mudah takluk oleh hal-hal seperti itu. Ia akan segera bangkit dan membangun kembali dari puing-puing kehancurannya. Orang yang dewasa dan berkarakter pun tidak akan mudah dipengaruhi oleh kekuasaan. Kipling mengatakan, orang itu tidak canggung bergaul dengan raja-raja ataupun rakyat jelata. Semua baginya sama saja.

C. Berbagai Ajaran Sesat

Di tengah masyarakat kita ada banyak aliran gereja dan agama yang semuanya mengklaim paling benar, paling baik, satu-satunya yang memberikan jaminan keselamatan, sementara semua yang lainnya keliru bahkan sesat. Dalam pelajaran ini, disinggung kelompok “The Family International” yang berkembang dari kelompok “Children of God” yang berkembang di Indonesia pada tahun 1970-an, dan bukan mustahil masih ada di Indonesia sampai sekarang. Pada beberapa waktu terakhir ini berkembang ajaran yg diberi nama Hyper Grace. Ajaran hyper grace atau yang biasa dikenal dengan “kasih karunia” dikembangkan dan dipopulerkan oleh Joseph Prince, Gembala Senior di New 50 Kelas X SMASMK Creation Church, Singapura. Dalam pemahaman hyper grace, manusia tidak perlu mengakui dosanya dan memohon ampun pada Allah karena Yesus Kristus sudah datang dan menebus dosa manusia. Menurut Joseph Prince,” Semua dosa manusia – di masa lalu, masa kini, dan masa depan sudah dibasuh oleh darah Yesus yang kudus. Menusia sepenuhnya diampuni saat menerima Yesus sebagai Juru selamat. Manusia tidak lagi dianggap bertanggung jawab atas dosa-dosanya. Berdasarkan pemahaman ini, seolah-olah orang percaya tidak perlu mengoreksi diri, menyadari dosanya, bahkan kalau ada suara hati dan pikiran yang menunjukkan dosanya, itu dianggap suara dari iblis, karena dosa orang percaya sudah diampuni. Joseph Prince mengajarkan,”Strategi iblis adalah membuat orang beriman merasa tidak layak untuk memasuki hadirat Tuhan” Ajaran hyper grace menunjukkan seolah-olah anugerah Allah itu “murahan” tanpa disertai dengan tanggung jawab sebagai response atas anugerah- Nya. Bahkan terbuka kemungkinan bagi orang Kristen untuk hidup menurut keinginan dirinya sendiri atau hidup semaunya tanpa berpedoman pada Alkitab. Padahal Yesus Kristus sendiri mengatakan kepada murid-murid- Nya: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku Matius 16:24. Kita harus menyangkal diri untuk suatu tujuan, harus menyangkal diri bagi Kristus, bagi kehendak- Nya dan kemuliaan-Nya, dan melayani kepentingan-Nya di dunia ini. Kita harus menyangkal diri demi saudara-saudara kita dan demi kebaikan mereka. Dan kita harus menyangkal diri demi kebaikan diri kita sendiri, menyangkal nafsu tubuh jasmani demi kebaikan jiwa kita. Mungkin ada yang bertanya, mengapa pemerintah tidak melarang saja aliran-aliran sesat seperti itu? Masalahnya tidak sederhana. Sebagai negara yang berasaskan demokrasi, Indonesia menganut kebebasan berpikir dan juga kebebasan untuk percaya atau tidak percaya kepada sesuatu agama atau ajaran. Karena itulah, untuk menghadapi ajaran-ajaran yang sesat seperti itu, kita harus memperkuat diri sendiri, memperkuat anak-anak didik kita, supaya mereka tidak mudah dipengaruhi dan terseret ke dalamnya. Ajaran sesat tidak hanya berbentuk ajaran agama, tetapi juga berbagai rayuan yang mengajarkan bahwa hidup kita akan jadi sempurna dan bahagia apabila kita membeli dan memiliki sebuah benda tertentu, misalnya HP, sepeda motor tertentu, tas tertentu yang bermerek dan lain-lain. Atau ada pula iklan yang mengatakan bahwa laki-laki akan menjadi perkasa apabila ia mengisap rokok tertentu, dan perempuan akan menjadi anggun bila ia melakukan hal yang sama. Sudah tentu, pendapat seperti itu tidak benar, karena rokok 51 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti sesungguhnya berisi berbagai zat beracun yang sangat berbahaya dan bisa menyebabkan penyakit kanker yang membawa kepada kematian. Ajaran sesat lainnya adalah hedonisme, ajaran yang menganjurkan agar kita menikmati segala kenikmatan jasmani, isik, dan lain-lain. Misalnya, menikmati makanan dan minuman yang serba mahal, berpesiar ke luar negeri, berbelanja pakaian atau tas yang bermerek terkenal, berfoya-foya, dan lain-lain. Orang-orang yang termakan dengan pikatan seperti ini seringkali kemudian disadarkan bahwa kemampuan keuangan mereka ternyata tidak memadai. Akibatnya, banyak orang yang kemudian terjerumus ke dalam praktik korupsi. Itulah yang terjadi di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini. Pelajaran ini dimaksudkan untuk mengarahkan nilai-nilai yang dipegang oleh para peserta didik, agar mereka tidak begitu saja terpengaruh oleh materialisme, hedonisme, dan pemuasan kebutuhan isik yang sesaat saja. Para peserta didik – dan kita semua – perlu belajar bagaimana hidup dengan apa yang ada pada kita, tanpa harus berutang kepada orang lain, atau bahkan mendorong orangtua supaya korupsi.

D. Kedewasaan Penuh