58
Kelas X SMASMK
Indikator:
• Menjelaskan alasan-alasan mengapa hidup bertanggung jawab itu
penting. •
Mendeskripsikan beberapa contoh kehidupan yang bertanggung jawab sebagai ciri-ciri kedewasaan pribadi dan iman.
A. Pengantar
Setiap orang mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Ada yang mempunyai tanggung jawab yang besar karena kepadanya diberikan
kepercayaan yang lebih besar. Sebaliknya, orang lain memiliki tanggung jawab yang kecil karena kepercayaan yang diberikan kepadanya lebih kecil.
B. Pemahaman tentang Tanggung jawab di Indonesia
Bahan Bab 3 disusun dengan memperlihatkan kepada peserta didik lingkaran tanggung jawab dari tingkat yang paling kecil hingga yang paling
luas. Pertama-tama kita dapat menganalisis bagaimana cara berpikir bangsa kita tentang tanggung jawab, seperti yang dapat kita lihat dari bahasa kita.
Secara tidak sadar barangkali kita juga sering mengelak dari tanggung jawab kita. Dalam bahasa Inggris, misalnya, bila seseorang memecahkan gelas, ia
akan mengatakan, “I broke the glass.” Artinya, “Saya yang memecahkan gelas itu.” Dalam bahasa Indonesia kita jarang sekali berkata demikian, bukan? Kita
biasanya akan mengatakan, “Wah, gelasnya pecah” Dalam bentuk kalimat seperti itu subyeknya dihilangkan mungkin dengan sengaja, sehingga tidak
ada seorangpun yang bertanggung jawab atas pecahnya gelas tersebut.
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan. 4.1 Membuat karya yang
berkaitan dengan ciri- ciri pribadi yang terus
bertumbuh menjadi dewasa 4.4 Membuat proyek mengenai
kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan
identitas
59
Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Mengingat hal di atas, dalam bahan ini diberikan contoh dari dunia politik dan kepemimpinan, seperti yang diucapkan oleh Presiden AS, Theodore
Roosevelt, “The buck stops here.” Dengan kata-katanya itu, Roosevelt ingin menyatakan dirinya yang bertanggung jawab atas suatu masalah yang
terjadi. Maka muncullah ungkapan “The buck stops here.” Artinya, “Tidak perlu lagi melempar tanggung jawab, atau saling menuduh, karena sayalah yang
bertanggung jawab penuh di sini.”
Sikap bertanggung jawab berhubungan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang. Seorang anak kecil tidak bisa dituntut bertanggung jawab pada
tingkat yang sama seperti seorang yang sudah dewasa, karena itulah di dunia peradilan pelaku pelanggaran yang masih di bawah umur biasanya diajukan
ke pengadilan yang khusus untuk anak-anak. Kalaupun mereka dijatuhi hukuman, biasanya baca: seharusnya, mereka tidak ditempatkan di lembaga
pemasyarakatan yang sama dengan orang-orang dewasa. Mereka dianggap tidak cukup dewasa dan mampu berpikir matang untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Mereka akan ditempatkan di lembaga pembinaan anak negara lih. UU RI No. 112012 tentang Sistem Peradilan Anak.
Dengan demikian, orang yang dewasa mestinya dituntut tanggung jawab lebih besar daripada seorang anak atau remaja. Malangnya, ternyata di dalam
masyarakat kita banyak orang dewasa yang justru mencoba mengelak dari tanggung jawabnya, termasuk para pejabat pemerintahan kita. Itulah sebabnya
kita melihat betapa rusaknya bangsa kita. Bagaimana memperbaikinya? Itu semua harus dimulai dengan memperbaiki sistem kerja bangsa kita serta
sistem kepemimpinannya. Kita harus memilih pejabat-pejabat yang dewasa dan mempunyai integritas penuh, sehingga mereka bersedia dituntut
pertanggung jawabannya untuk semua tindakannya.
C. Tanggung jawab sebagai Remaja