Standar Sarana dan Prasarana Program Keahlian Tata Boga

28 tertentu agar peserta didik tersebut dapat langsung bekerja setelah lulus nanti, dan dapat menopang kehiduan ekonominya.

3. Jenis-jenis Sekolah Menengah Kejuruan

Berdasarkan lampiran keputusan Direktur Jenderal Pedidikan Menengah nomor 7013DKP2013 Pendidikan Menengah Kejuruan terbagi menjadi 128 paket keahlian, 46 Program Keahlian, dan 9 bidang keahlian, bidang keahlian yang ada yaitu Teknologi dan Rekayasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kesehatan, Agrobisnis dan Agroteknologi, Perikanan dan Kelautan, Bisnis dan Manajemen, Pariwisata, Seni Rupa dan Kriya, dan Seni Pertunjukan. Dari beberapa bidang keahlian tersebut tata boga termasuk kedalam bidang keahlian pariwisata. Tata boga terbagi lagi menjadi 2 paket keahlian, yaitu jasa boga dan patiseri. Tata boga dalam kamus bahasa Indonesia Em Zul dan Ratu Aprilia, hal 797 adalah teknik mengolah dan menyediakan serta menghidangkan makanan. Sedangkan menurut dokumen pada website SMK Baranansiang Bogor, Jasa Boga adalah Kompetensi Keahlian yang berada di bawah Program Studi Keahlian Tata Boga, Bidang Studi Keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwisata. Kompetensi Keahlian Jasa Boga memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik di bidang pengolahan, penyajian dan pelayanan makanan dan minuman. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tata boga merupakan keterampilan yang berkaitan dengan teknik mengolah, penyajian dan pelayanan dibidang makanan dan minuman. Agar setiap peserta didik bisa memiliki keterampilan dalam mengolah dan menyajikan makanan, maka program keahlian 29 harus didukung oleh berbagai faktor, salah satunya dengan ketersediaan sarana praktik, sarana praktik yang tersedia juga harus dikelola dengan baik.

4. Pengelolaan Sarana Praktik Program Keahlian Tata Boga

Pengelolaan sarana praktik sama halnya dengan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pengelolaan sarana dan prasarana adalah suatu proses penataan yang berkaitan dengan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pengelolaan sarana dan prasarana tersebut terdapat beberapa kegiatan pengelolaan. Kegiatan pengelolaan menurut Ibrahim bafadal 2004:8 terdiri dari pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi dan yang terakhir penghapusan. sedangkan menurut Barnawi dan M. Arifin 2012:48 “proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan. Pendapat lainnya, kegiatan administrasi sarana dan prasarana menurut Hartati Sukirman hal: 29 meliputi perencanaan kebutuhan dan biaya dan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan, dan inventarisasi dan penghapusan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perencanaan dan pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan. Adapun, rincian kegiatan pengelolaan tersebut sebagai berikut: 30

a. Perencanaan dan Pengadaan

Proses perencanaan dan pengadaan sarana praktik pendidikan seringkali menjadi satu kegiatan, karena antara perencanaan dan pengadaan saling terkait satu sama lain. Kegiatan perencanaan dilakukan untuk menghindari terjadinya sebuah kesalahan sebuah organisasi, dalam hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pengadaan sarana praktik. Barnawi dan M. Arifin 2012:51 menyatakan bahwa “perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisirehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah”. Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal 2004:26 berpendapat “perencanaan perlengkapan pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa y ang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Ary H. Gunawan 1996:177 “perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan, dan penentuan skala prioritas bagi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya untuk dilaksanakan yang sesuai dengan tersedianya dan tingkat kepentingan”. Berdasarkan pengertian-pengertian tentang perencanaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan sarana dan prasarana merupakan proses perancangan pengadaan, baik pengadaan sarana maupun prasarana di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan yang baik didasarkan pada analisis kebutuhan dan skala prioritas.