Arena Aksi dalam Pengelolaan Sea Farming

3 Menganalisis pengaruh dan kepentingan aktor Hasil pemetaan stakeholder berdasarkan derajat kepentingan dan pengaruhnya di dalam pengelolaan sea farming di Pulau Panggang tersaji pada Gambar 14. Gambar 14 Pemetaan stakeholder pengelolaan sea farming di Pulau Panggang. 4 Membuat aktor grid Berdasarkan hasil pemetaan stakeholder dalam pengelolaan sea farming di Pulau Panggang Gambar 14 maka dapat diketahui aktor stakeholder yang berperan dan pengelolaan sea farming, yaitu : • Kotak A subyek ditempati oleh masyarakat anggota pembudidaya ikan, Kelompok Sea Farming Pulau Panggang, pendeder dan pedagang pengumpul. Kelompok ini menunjukkan kelompok yang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap kegiatan tetapi rendah pengaruhnya dalam perumusan kebijakan. Ketergantungan tinggi disini terkait dengan proses hasil budidaya dan pemasaran hasil produksi perikanan. Selama ini hasil budidaya oleh pembudidayaanggota sea farming biasanya disalurkan kepada pendeder dan pihak pedagang pengumpul untuk kemudian dijual ke pasar. • Kotak B pemain ditempati oleh Pemerintah KAKS, Pengelola TNKS dan perguruan tinggi PKSPL IPB yang merupakan kelompok aktor yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan melalui perumusan berbagai kebijakan. Pemerintah KAKS melalui dinas teknisnya Suku Dinas Perikanan dan Kelautan berhak mengatur pemanfaatan tradisional budidaya. Sedangkan Pengelola TNKS melalui regulasinya menetapkan wilayah perairan Pulau Panggang sebagai bagian dari zona pemanfaatan tradisional. Melalui berbagai kajian dan penelitian, akademisi mampu mempengaruhi pengelolaan sea farming di Pulau Panggang lewat berbagai program pemerintah. • Kotak C penonton ditempati oleh aparat desa. Keberadaan mereka dinilai tidak telalu tergantung terhadap sumberdaya perikanan dan juga tidak terlalu berpengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan. Aparat desa mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam mencari sumber perekonomian desa selain kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang. • Kotak D aktor merupakan aktor yang berpengaruh tetapi rendah kepentingannya dalam pencapaian tujuan dan hasil kebijakan, ditempati oleh pihak keamanan Polairud dan Dinas Perhubungan. Melalui penegakan hukum yang sesuai dengan peraturan mampu mempengaruhi pengelolaan sea farming di Pulau Panggang. Aktor sangat bervariasi jika dilihat dari derajat pengaruh dan kepentingannya. Aktor ini dapat diketegorikan sesuai dengan banyak atau sedikitnya pengaruh dan kepentingan relatifnya terhadap keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam. Kategori aktor dalam pengelolaan sea farming menurut Brown et al. 2001 adalah sebagai berikut : a. Aktor primer, yaitu masyarakat anggota pembudidaya ikan, Kelompok Sea Farming, pendeder dan pedagang pengumpul yang memiliki pengaruh rendah terhadap hasil kebijakan tetapi kesejahteraannya penting bagi pengambil kebijakan. b. Aktor sekunder, yaitu Pemerintah bersama unsurnya, yang dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat. Hal ini disebabkan karena aktor ini adalah sebagian besar merupakan pengambil kebijakan dan terlibat dan implementasi kebijakan. Secara relatif pihak ini tidak penting, demikian pula dengan tingkat kesejahteraannya bukan suatu prioritas. c. Aktor eksternal, yaitu akademisiperguruan tinggi PKSPL IPB, yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses melalui lobby kepada pengambil keputusan. Berdasarkan hasil analisis aktor pengelolaan sea farming di wilayah Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu teridentifikasi bahwa selama ini masing-masing aktor dalam menjalankan perannya, dilakukan berdasarkan keputusan masing-masing aktor. Hal ini disebabkan belum adanya suatu lembaga formal yang khusus dapat mengkoordinasikan masing-masing kepentingan di antara aktor. Sehingga tidak jarang di lapangan sering terjadi konflik antar aktor yang terlibat dalam menjalankan aktifitasnya.

7.4. Pola Interaksi Antar Aktor Dalam Pengelolaan Sea Farming

Ostrom 1990 menyatakan bahwa dalam menganalisis hubungan antar aktor dalam sistem kelembagaan, perlu dibedakan berdasarkan tingkatannya level, yaitu pertama, level konstitusi constitutional, yaitu lembaga yang berperan dalam menyusun aturan main untuk level collective choice. Kedua, level pilihan kolektif collective choice, yaitu lembaga yang berperan dalam menyusun peraturan untuk dilaksanakan oleh lembaga operasional. Ketiga, lembaga operasional operational, yaitu lembaga yang secara langsung melaksanakan kebijakan di lapangan. Berdasarkan kerangka pemikiran Ostrom 1990 tersebut, aktor-aktor pengelolaan sea farming di Kabupaten Kepulauan Seribu yang tergolong dalam level penentu kebijakan collective choice level adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Seribu. Kelompok ini berperan dalam menyusun dan menentukan kebijakan dan aturan main formal dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Seribu. Sementara itu, yang termasuk ke dalam level operasional operational choice level adalah kelompok masyarakat formal kelompok sea farming. Untuk melihat hubungan antar kelembagaan dan aktor yang terlibat dalam pengelolaan sea farming dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Hubungan antar kelembagaan dan aktor pengelolaan sea farming di Kepulauan Seribu. Berdasarkan pemetaan konflik, terdapat tiga sumber yang menjadi penyebab terjadinya konflik pengelolaan sumberdaya ikan, yaitu banyaknya ikan yang rusak dan menimbulkan kematian ikan yang banyak, penyaluran benih yang semakin sedikit, keberpihakan pemerintah, khususnya Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terhadap kelompok masyarakat tertentu Tabel 17. Pemerintah Pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu Perguruan Tinggi PKSPL IPB Kelompok sea farming Kelompok Masyarakat formal Pembudidaya Pembudidaya Kelompok masyarakat Konflik Konflik Collective Choice Level Operational Choice Level Kelompok Pemerintah Koordinasi kegiatan Koordinasi kegiatan Koordinasi kegiatan Konsultasi Pendampingan Konflik Konflik