lokal, sehingga dapat mengakomodir setiap aspirasi masyarakat serta pembuat kebijakan lebih memahami kondisi daerahnya Satria et.al 2002.
2.8. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Menurut Fisher et al. 2000, ada 9 alat bantu dalam penelitian untuk menganalisis konflik, yaitu:
1 Penahapan konflik. Konflik berubah setiap saat, melalui berbagai aktivitas, intensitas, ketegangan dan kekerasan yang berbeda. Tahapan penahapan ini
terdiri atas : 1 Pra konflik, ini merupakan periode dimana terhadap suatu
ketidaksesuaian sasaran di antara dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik.
2 Konfrontasi, pada tahap ini konflik menjadi semakin terbuka. 3 Krisis, ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan danatau
kekerasan terjadi paling hebat. 4 Akibat, suatu krisis pasti akan menimbulkan suatu akibat. Satu pihak
mungkin menaklukkan pihak lain, atau mungkin melakukan gencatan senjata.
5 Pasca konflik, akhirnya situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan
mengarah ke labih normal di antara kedua pihak. 2 Urutan kejadian. Urutan kejadian merupakan daftar waktu dan menggambarkan
kejadian-kejadian secara kronologis. Tujuan penggunaan urutan kejadian bukan untuk mendapatkan sejarah yang benar atau obyektif, tetapi untuk
memahami pandangan orang-orang yang terlibat. 3 Pemetaan konflik. Pemetaan merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
menggambarkan konflik secara grafis, menghubungkan pihak-pihak dengan masalah dan dengan pihak lainnya.
4 Segitiga Sikap-Perilaku-Konteks SPK, merupakan suatu analisis berbagai faktor yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan konteks bagi masing-masing
pihak utama. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengidentifikasi ketiga faktor tersebut di setiap pihak utama, menganalisis bagaimana faktor-faktor
tersebut saling mempengaruhi, menghubungkan faktor-faktor tersebut dengan
berbagai kebutuhan dan ketakutan masing-masing pihak, dan mengidentifikasi titik awal intervensi dalam suatu situasi.
5 Analogi bawang Bombay atau donat, merupakan suatu cara untuk menganalisis perbedaan pandangan tentang konflik dari pihak-pihak yang
berkonflik. 6 Pohon konflik, merupakan suatu alat bantu, menggunakan gambar sebuah
pohon untuk mengurutkan isu-isu pokok konflik. 7 Analisis kekuatan konflik, merupakan cara untuk mengidentifikasi kekuatan-
kekuatan yang mempengaruhi konflik. 8 Analogi pilar, merupakan alat bantu yang didasarkan pada keyakinan bahwa
situasi tertentu tidak benar-benar stabil, tetapi ditahan oleh berbagai faktor atau kekuatan, yaitu pilar-pilar. Alat bantu ini menggunakan ilustrasi berupa
grafik dari elemen-elemen atau kekuatan-kekuatan yang menahan situasi yang tidak stabil.
9 Piramida, merupakan alat bantu grafik yang menunjukkan tingkat-tingkat stakeholders dalam suatu konflik.
2.9. Transaksi
Ekonomi klasikneoklasik berasumsi bahwa transaksi bersifat free of cost. Dengan kata lain, transaksi dapat berlangsung mengikuti mekanisme pasar tanpa
perlu keluar biaya. Pandangan ini bertolak belakang dengan pemikiran ekonomi kelembagaan baru yang beranggapan sebaliknya. Pasar tidak akan berjalan
sempurna bila pelaku ekonomi tidak memiliki informasi mengenai barang yang akan ditransaksikan. Untuk itu, sebagian ekonom berkeyakinan bahwa transaksi
dapat berjalan bila ada informasi. Pengumpulan informasi memerlukan biaya. Karena itu, asumsi bahwa transaksi dapat berjalan tanpa biaya menjadi
tergoyahkan. Dengan demikian, biaya transaksi menjadi unit analisis penting dalam ekonomi kelembagaan.
Untuk memahami apa itu biaya transaksi, berikut disampaikan berbagai pengertian yang disampaikan oleh para pakar. Williamson sebagai salah satu
penggiat ternama ekonomi kelembagaan berpendapat bahwa transaksi adalah transferperpindahan barang dari satu tahap ke tahap lain melalui teknologi yang
terpisah. Satu tahapan selesai dan tahap berikutnya dimulai Williamson 1985.