Analisis Manfaat Ekonomi dalam Pengelolaan Sea Farming
1 Jumlah lubang keramba dari awal usaha
Berdasarkan hasil monitoring PKSPL IPB tahun 2009, perkembangan jumlah lubang keramba anggota kelompok sea farming dari tahun 2006 sampai dengan
2008 mengalami peningkatan pada setiap angkatan. Jumlah lubang keramba anggota Angkatan I mengalami peningkatan, tahun 2006 sebanyak 34 lubang,
tahun 2007 sebanyak 58 lubang dan tahun 2008 sebanyak 84 lubang. Angkatan II juga mengalami peningkatan, tahun 2006 sebanyak 45 lubang, tahun 2007
sebanyak 95 lubang dan tahun 2008 sebanyak 174 lubang. Begitu pula dengan Angkatan III, tahun 2007 sebanyak 50 lubang dan tahun 2008 sebanyak 74
lubang. Selengkapnya data perkembangan keramba anggota kelompok sea
farming tersaji pada Lampiran 4. 2 Jumlah benih yang dipinjamkan kepada anggota
Berdasarkan hasil monitoring PKSPL IPB tahun 2009, perkembangan jumlah benih yang dipinjamkan kepada anggota kelompok sea farming juga
mengalami peningkatan. Jumlah benih ikan kerapu yang telah disalurkan melalui mekanisme revolving fund selama periode 2006-2009 sebanyak 34.680
ekor benih, yang terdiri atas 32.200 ekor benih ikan kerapu macan dan 2.480 ekor benih ikan kerapu bebek Gambar 16. Rekapitulasi peminjaman benih
anggota Kelompok sea farming selengkapnya tersaji pada Lampiran 5.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
2006 2007
2008 2009
Jumlah Kerapu macan
Kerapu bebek
Gambar 16 Jumlah benih yang disalurkan kepada anggota sea farming periode 2006-2009.
Tahun Ekor
3 Laju pengembalian pinjaman anggota
Sesuai dengan konsep pengembangan kelembagaan sea farming, kegiatan marikultur sebagai target antara dilakukan dengan pendekatan community-
based fisheries business. Dalam konteks ini, sistem dana bergulir revolving fund menjadi basis pembinaan kegiatan kelompok melalui pembelian benih
ikan kerapu. Pada inisiasi awal, dari total 43 anggota kelompok sea farming Pulau Panggang, 24 orang mendapat dana bergulir pertama. Data peminjaman
dan pengembalian dana bergulir Kelompok Sea Farming dari tahun 2006 –
2009 tersaji pada Lampiran 5. Perbandingan jumlah anggota yang meminjam
dan anggota yang panen dan mengembalikan pinjaman benih tersaji pada Gambar 17.
10 20
30 40
50 60
2006 2007
2008 2009
Rata- rata
Anggota yang meminjam Anggota yang panen dan
mengembalikan pinjaman
Gambar 17 Jumlah anggota sea farming yang meminjam benih dan anggota yang panen dan mengembalikan pinjaman periode 2006-2009
Jumlah anggota yang panen dan mengembalikan pinjaman tahun 2006 sebanyak 26 orang dari 35 orang yang meminjam. Tahun 2007 sebanyak 33
orang dari 51 orang yang meminjam. Tahun 2008 sebanyak 27 orang dari 45 orang yang meminjam. Tahun 2009 sebanyak 1 orang dari 3 orang yang
meminjam. Sehingga rata-rata anggota yang panen dan mengembalikan pinjaman sebanyak 22 orang dari 33 orang yang meminjam. Persentase anggota
yang panen dan mengembalikan pinjaman sebanyak 64,9. Sistem dana bergulir revolving fund yang diterapkan seringkali tidak berjalan lancar. Hal
Tahun
tersebut disebabkan adanya permasalahan kegagalan panen serta ketidakpatuhan anggota kelompok sea farming dalam mengembalikan
pinjaman.
4 Jumlah penjualan hasil panen
Sebelum melakukan usaha budidaya kerapu perlu dilakukan kajian perencanaan usaha budidaya kerapu dalam keramba jaring apung KJA di
kawasan perairan Kelurahan Pulau Panggang KAKS. Berdasarkan data salah seorang anggota Kelompok sea farming Syaifudin, 2005 dan PKSPL IPB
2007, diperoleh perkiraan biaya investasi, yang meliputi pembuatan jaring, misalnya dengan 4 lubang tebar masing-masing berukuran 4m x 4m, rumah
jaga, sampan, dan peralatan pendukung dengan total perkiraan biaya investasi sebesar Rp 15.667.000,00. Perkiraan usia investasi selama 5 tahun, maka
diperoleh biaya penyusutan sebesar Rp 3.133.400,00 per tahun Lampiran 6.
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri atas biaya pemeliharaan sebesar Rp 2.400.00,00 per tahun dan biaya penyusutan
sebesar Rp 3.133.400,00 per tahun. Biaya variabel terdiri atas pembelian bibit 1.000 ekor Rp 10.000,00, pakan 3.360 kg Rp 2.000,00 dan obat-obatan
sebesar Rp 100.000,00 per tahun, sehingga diperkirakan total biaya produksi atau Total Cost TC sebesar Rp 22.353.400,00. Harga Pokok Produksi HPP
ikan kerapu macan diperoleh dari biaya produksi total dibagi total produksi, sehingga diperoleh nilai HPP sebesar Rp 49.674,00 per kg.
Produksi ikan kerapu macan yang dihasilkan dari penebaran 1.000 ekor dengan panen 90 populasi 10 kematian dengan asumsi berat ikan 0,5 kg per ekor,
diperoleh produksi sebesar 450 kg per tahun. Jika harga jual ikan kerapu macan Rp 75.000,00 per kg, maka perkiraan penerimaan penjualan atau Total Revenue
TR sebesar Rp 33.750.000,00, sehingga perkiraan keuntungan usaha budidaya ikan kerapu selama satu tahun
π sebesar Rp 11.396.600,00 atau tingkat keuntungannya mencapai 50,98 per tahun pada investasi total Rp
15.667.000,00 untuk 5 tahun. Payback Period PP diperoleh dari jumlah investasi dibagi keuntungan,
sehingga diperoleh nilai PP = 1,37 tahun atau sama dengan 17 bulan. Sedangkan RC Ratio diperoleh dari penerimaan total atau Total Revenue TR
dibagi dengan biaya total atau Total Cost TC, sehingga diperoleh RC = 1,5, berarti dari setiap Rp 100,00 yang ditanamkan pada usaha budidaya ikan
kerapu macan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 150,00 atau diperoleh keuntungan sebesar Rp 50,00.
Dari jumlah benih yang telah disalurkan kepada anggota sea farming, 28 telah dipanen dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat. Jumlah panen
tersebut relatif rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kematian massal ikan akibat penyakit dan gangguan lingkungan, benih yang
disalurkan tidak sehat, anggota yang tidak melaporkan hasil panennya, pencurian ikan di keramba dan lain-lain. Disamping itu lamanya pemeliharaan
ikan kerapu untuk mencapai ukuran panen 0,5 kg per ekor yaitu selama 8 bulan, sehingga benih-benih kerapu yang telah disalurkan masih dalam proses
pemeliharaan. Jumlah produksi ikan kerapu tahun 2006 mencapai 4.840 ekor atau 2.007 kg. Tahun 2007 mencapai 4.842 ekor atau 2.228 kg. Tahun 2008
mencapai 170 ekor atau 100 kg. Tahun 2009 menunjukkan belum adanya anggota yang panen. Sehingga total produksi mencapai 9.852 ekor atau 4.395
kg. Selengkapnya data produksi panen ikan kerapu anggota sea farming
selama periode 2006-2009 dapat dilihat pada Gambar 18 dan Lampiran 6.
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000 10000
2006 2007
2008 2009
Jumlah Ekor
Kg
Gambar 18 Produksi ikan kerapu anggota sea farming periode 2006-2009
Selama periode 2006-2009, hasil penjualan ikan kerapu macan dengan asumsi rata-rata harga ikan kerapu macan Rp 100.000,00kg adalah sebesar Rp
405.300.000,00. Hasil penjualan ikan kerapu bebek dengan asumsi rata-rata harga ikan kerapu bebek Rp 350.000,00kg adalah sebesar Rp 119.700.000,00.
Sehingga total penjualan ikan kerapu sebesar Rp 525.000.000,00. Data hasil penjualan ikan kerapu periode 2006-2009 tersaji pada Gambar 19.
50 100
150 200
250 300
350 400
450
2006 2007
2008 2009
Jumlah Kerapu macan dalam Rp
1.000.000,-
Kerapu bebek dalam Rp 1.000.000,-
Gambar 19 Hasil penjualan ikan kerapu anggota kelompok sea farming Pulau
Panggang periode 2006-2009 dalam Rupiah.
Berdasarkan data penjualan di atas dan data anggota yang panen, maka dapat terlihat pendapatan rata-rata yang diterima oleh setiap anggota sea farming
Gambar 20. Berdasarkan rata-rata pendapatan yang diterima setiap anggota periode 2006-2009, maka rata-rata setiap anggota sea farming memperoleh Rp
4.537.097,00 setiap kali panen ikan kerapu macan selama periode 8 bulan atau Rp 6.805.645,00tahun setelah dikurangi besaran pinjaman yang harus
dikembalikan dengan catatan pendapatan ini berasal dari benih yang dipelihara oleh anggota berkisar 200-400 ekor sesuai mekanisme pinjaman benih
kelompok dan infrastruktur keramba yang sederhana. Artinya skala usahanya masih terbatas akibat keterbatasan modal dan benih yang tersedia.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
2006 2007
2008 2009
Rata- rata
Rata-rata pendapatan per anggota Rp 1.000
untuk ikan kerapu macan
Rata-rata pendapatan per anggota Rp 1.000
untuk ikan kerapu bebek
Gambar 20 Rata-rata pendapatan yang diterima setiap anggota sea farming
yang panen periode 2006-2009 dalam Rupiah
Berdasarkan data PKSPL IPB tersebut di atas, maka kegiatan ekonomi dalam pengembangan sea farming di Pulau Panggang sudah terlihat nyata. Dalam
konteks pemberdayaan ekonomi masyarakat, nilai pendapatan ini cukup menunjang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Langkah selanjutnya
adalah bagaimana meningkatkan skala usaha anggota sea farming ini melalui mekanisme permodalan dan teknologi. Berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan oleh PKSPL-IPB 2007, menyebutkan bahwa untuk memperoleh pendapatan Rp 2.000.000,- per bulan, maka setiap anggota sea farming harus
mendapatkan pinjaman benih sebanyak 1.500 ekor kerapu macan dengan KJA yang mempunyai 6 lubangjaring. Oleh karena itu langkah sederhana yang
dapat diambil oleh pembuat kebijakan adalah menyediakan benih dengan perhitungan apabila jumlah anggota ada sebanyak 100 orang, maka dibutuhkan
150.000 ekor benih ikan kerapu macan ditambah dengan perbaikan keramba
sehingga mencapai 6 lubangjaringanggota.