1 Diagram Skenario Evaluasi
Berdasarkan hasil analisis skenario evaluasi program sea farming dengan menggunakan software Decision Criterium Plus DCP dapat digambarkan
mengenai kerangka pengambilan keputusan identifikasi skenario evaluasi program melalui mekanisme multi-criteria Gambar 21.
Evaluasi Sea Farming Lingkungan
Sosial Ekonomi Kelembagaan
Pengelolaan program luas kegiatan sea farming
Jumlah RT yang tersosialisasi
Peran institusi terkait pencapaian tujuan Keterlibatan masyarakat
Efisiensi dan efektifitas anggaran Skenario C
Tata kelembagaan program Skenario B
Kesesuaian dengan tujuan program Kemampuan dan keterampilan SDM
Skenario A
Pengalaman berusaha SDM Mekanisme koordinasi
Perilaku SDM kejujuran, tanggung jawab Pengembalian dana pinjaman
2 Hasil Skenario Evaluasi
Dari hasil analisis Delphi dengan menggunakan alat bantu Decision Criterium Plus DCP diperoleh hasil bahwa dari domain lingkungan, opsi yang optimal
adalah skenario B, yaitu program dapat dilanjutkan dengan perbaikan signifikan dengan kontribusi skor sekitar 0,19, lebih besar dari opsi-opsi yang
lain, dimana skenario A memiliki kontribusi skor sekitar 0,08 Gambar 22.
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20
Skenario B Skenario A
Skenario C Lingkungan
Contributions to Lingkungan from Level:main criteria
Gambar 22 Identifikasi opsi skenario evaluasi berbasis domain lingkungan dengan menggunakan teknik Delphi.
Gambar 21 Kerangka hirarki skenario evaluasi program sea farming
Sementara itu, dalam konteks kriteria domain sosial ekonomi, skenario B juga menempati rangking tertinggi dengan kontribusi skor sekitar 0,41 kemudian
diikuti skenario A dengan kontribusi skor sekitar 0,16. Gambar 23 menyajikan skor skenario evaluasi program menurut domain sosial ekonomi.
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40 0.45
Skenario B Skenario A
Skenario C Sosial Ekonomi
Contributions to Sosial Ekonomi from Level:main criteria
Gambar 23 Identifikasi opsi skenario evaluasi berbasis domain sosial ekonomi dengan menggunakan teknik Delphi.
Selanjutnya dalam konteks kelembagaan, opsi skenario B tetap menjadi pilihan dengan skor tertinggi yaitu sekitar 0,17 dibandingkan skenario A
dengan skor sekitar 0,08 Gambar 24.
0.00 0.02
0.04 0.06
0.08 0.10
0.12 0.14
0.16 0.18
Skenario B Skenario A
Skenario C Kelembagaan
Contributions to Kelembagaan from Level:main criteria
Gambar 24 Identifikasi opsi skenario evaluasi berbasis domain kelembagaan dengan menggunakan teknik Delphi.
Sementara itu, dalam konteks domain pengelolaan program, opsi skenario B tetap menjadi opsi paling optimal dibandingkan dengan skenario A dan
skenario C. Hal ini ditunjukkan dari kontribusi skor yang secara diagram disajikan pada Gambar 25.
0.00 0.01
0.02 0.03
0.04 0.05
0.06 0.07
Skenario B Skenario A
Skenario C Pengelolaan program
Contributions to Pengelolaan program from Level:main criteria
Gambar 25 Identifikasi opsi skenario evaluasi berbasis domain pengelolaan program dengan menggunakan teknik Delphi.
Dengan menggunakan analisis agregat untuk seluruh domain, opsi skenario B memiliki skor tertinggi, yaitu 0,84 yang kemudian diikuti oleh opsi
skenario A dengan skor 0,35, dan skenario C 0,0. Opsi optimal bagi skenario evaluasi program sea farming tersaji pada Gambar 26.
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
Skenario B Skenario A
Skenario C Sosial Ekonomi
Lingkungan Kelembagaan
Pengelolaan program
Contributions to Evaluasi Tata Kelola Sea Farming from Level:main criteria
Gambar 26 Analisis agregat opsi skenario evaluasi program sea farming.
3 Analisis implikasi skenario
Berdasarkan Gambar 26 di atas, evaluasi terhadap skenario menghasilkan skenario B program dapat dilanjutkan dengan syarat perbaikan yang
signifikan sebagai skenario optimal. Lebih lanjut, domain kelembagaan dan pengelolaan program menjadi domain prioritas yang perlu diperhatikan karena
memiliki skor rata-rata yang rendah dibandingkan domain yang lain. Dalam konteks ini perbaikan sistem kelembagaan dan pengelolaan program menjadi
sangat krusial untuk dilaksanakan sebelum program dilanjutkan. Dengan demikian diperlukan kajian mendalam terhadap upaya perbaikan kelembagaan
dan proses pelaksanaan program tersebut sehingga output optimal terhadap prasyarat ini dapat dihasilkan. Karena kajian terhadap upaya perbaikan
kelembagaan dan proses pelaksanaan program memerlukan waktu, maka program dapat diterminasi untuk sementara dan dapat dilanjutkan setelah
rekomendasi perbaikan mekanisme kelembagaan dan proses pelaksanaan program dihasilkan. Sehingga secara diagramatis, implikasi skenario terpilih
disajikan pada Gambar 27 di bawah ini.
Gambar 27 Kerangka implikasi skenario terpilih Pelaksanaan skenario di atas memiliki justifikasi yang kuat berdasarkan
analisis implikasi dari Skenario B yang mengkaji parameter kepercayaan masyarakat, kesan stakeholders kunci, konsekuensi hukum dan konvergensi
dengan program daerah. Uraian implikasi skenario B terhadap beberapa parameter penting terkait dengan pentingnya kelanjutan program sea farming
tersaji pada Tabel 19. Tabel 19 Uraian implikasi pentingnya kelanjutan program sea farming
No. Parameter
Implikasi
1. Kepercayaan
masyarakat Program sea farming merupakan program yang sudah berjalan dan
masyarakat dan pemerintah daerah berkepentingan terhadap keberlanjutan program ini mengingat kepercayaan masyarakat akan
turun apabila program ini dihentikan total. Selain itu, telah banyak upaya yang dilakukan sehingga program ini secara garis besar perlu
dilanjutkan.
2. Kesan image
Stakeholders kunci Mengingat tujuan program sea farming yang cukup baik, maka
kesan image stakeholders kunci seperti pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, perguruan tinggi, serta pihak swasta yang berkepentingan perlu dipertahankan. Keberhasilan
program ini merupakan taruhan kesan para stakeholders utama sehingga kelanjutan program ini menjadi sangat penting setelah
upaya perbaikan signifikan terhadap proses, mekanisme dan kelembagaan pengelolaan program ini dilakukan.
3. Konsekuensi hukum
Efektifitas penggunaan dana dan hasil yang dicapai dapat menjadi basis bagi upaya untuk meningkatkan kinerja dan keragaan program
sea farming. Hal ini untuk menghindari konsekuensi hukum yang mungkin terjadi sehingga perbaikan signifikan dari sistem perlu
dilakukan secara komprehensif.
4. Konvergensi dengan
program daerah Program peningkatan kesejahteraan masyarakat dan konservasi
konvergen dengan misi pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dimana lingkungan kawasan strategis perlu
dilestarikan. Program
Sea Farming
Tahap 1 Senario B :
Program Sea Farming dapat
dilanjutkan dengan perubahan
signifikan Kompleksitas
masalah Tahap 1
Perbaikan Sistemik
Program Sea Farming
Tahap 1 Program
Pengelolaan Sea Farming
Dilanjutkan Tahap 2
Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pilihan Skenario B adalah yang terbaik mengingat pentingnya program pengelolaan sea farming
bagi para stakeholders maupun bagi keberlanjutan kelestarian sumberdaya ikan di perairan Kepulauan Seribu.
7.8. Desain Kelembagaan Pengelolaan Sea Farming ke Depan
Perbaikan sistemik dari program sea farming perlu dilakukan untuk mendukung keberlanjutan program. Dengan demikian diperlukan desain
kelembagaan yang adaptif didasarkan pada karakteristik sumberdaya, lingkungan maupun pengelolaannya. Merencanakan suatu desain kelembagaan pengelolaan
sea farming merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan, mengingat berbagai komponen yang mempunyai kepentingan dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan. Desain kelembagaan ini harus dilakukan dengan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat dimana tidak terjadi perubahan di dalam
fungsi dan karakternya. Bromley 1988 mengatakan jika kondisi-kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat berubah, maka struktur kelembagaan yang ada tidak akan cocok lagi untuk dipakai. Anggota-anggota masyarakat akan berusaha merancang suatu
aransemen kelembagaan yang baru yang lebih sesuai dengan keadaan, keterbatasan, teknologi maupun selera masyarakat pada kondisi saat itu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk mewadahi kepentingan masing-masing aktor yang terlibat, maka perlu dibuat suatu lembaga khusus
dengan struktur, keanggotaan, mekanisme pengambilan keputusan dan kewenangan yang harus disepakati oleh para aktor. Ada tiga hal penting yang
harus mendapatkan kesepakatan dari para aktor tersebut yaitu:
1. Format lembaga. Struktur lembaga harus disusun sedemikian rupa sehingga
kepentingan masing-masing aktor secara proporsional dapat terwakili dalam lembaga tersebut. Kepentingan-kepentingan itu harus terpresentasikan dalam
konfigurasi keanggotaan yang akan dipilih berdasarkan mekanisme yang disepakati sebelumnya.
2. Mekanisme pengambilan keputusan. Sebagai sebuah lembaga yang
melibatkan multi kepentingan, maka sejak awal perlu ditetapkan mekanisme pengambilan keputusan. Secara teoritik, mekanisme pengambilan keputusan
itu dapat berupa musyawarah-mufakat, pemungutan suara atau kombinasi keduanya.
3. Kewenangan Lembaga. Kewenangan dari lembaga kerjasama tersebut juga
harus disepakati, diantaranya adalah pemetaan wilayah kewenangan daerah laut, identifikasi potensi sumberdaya perikanan dan sumberdaya sosial
kelembagaan, perumusan kerangka kebijakan pengembangan kawasan, serta mekanisme resolusi konflik.
Berdasarkan hasil analisis dalam tata kelola kelembagaan sebelumnya, maka lembaga yang direkomendasikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu KAKS, harus melibatkan komponen masyarakat
pembudidaya, pemerintah, pihak swastausaha dan perguruan tinggi. Upaya ini dalam rangka mengintegrasikan masing-masing aktor ke dalam suatu tatanan
kelembagaan pengelolaan yang baik dan terpadu sehingga masing-masing kepentingan dapat terwakili dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
ikan. Secara lengkap, desain kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan dapat dilihat pada Gambar 28.
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya maka lembaga yang direkomendasikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu harus melibatkan masyarakat, pemerintah, pihak swastausaha dan perguruan tinggi. Lembaga tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua level.
Pertama level penentu kebijakan Collective Choice Level. Level ini
berperan dalam penentuan berbagai kebijakan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Pada level ini kelompok yang terlibat adalah :
1 Pemerintah yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di sekitar wilayah perairan Kelurahan Pulau Panggang KAKS terdiri atas Suku Dinas
Kelautan dan Pertanian KAKS sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan
sumberdaya perikanan. Selanjutnya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bupati KAKS serta Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI
Jakarta, ketiga lembaga tersebut bersifat pemberi instruksi kepada Suku Dinas Kelautan dan Pertanian KAKS. Disamping itu Taman Nasional Kepulauan