itu dapat berupa musyawarah-mufakat, pemungutan suara atau kombinasi keduanya.
3. Kewenangan Lembaga. Kewenangan dari lembaga kerjasama tersebut juga
harus disepakati, diantaranya adalah pemetaan wilayah kewenangan daerah laut, identifikasi potensi sumberdaya perikanan dan sumberdaya sosial
kelembagaan, perumusan kerangka kebijakan pengembangan kawasan, serta mekanisme resolusi konflik.
Berdasarkan hasil analisis dalam tata kelola kelembagaan sebelumnya, maka lembaga yang direkomendasikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu KAKS, harus melibatkan komponen masyarakat
pembudidaya, pemerintah, pihak swastausaha dan perguruan tinggi. Upaya ini dalam rangka mengintegrasikan masing-masing aktor ke dalam suatu tatanan
kelembagaan pengelolaan yang baik dan terpadu sehingga masing-masing kepentingan dapat terwakili dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
ikan. Secara lengkap, desain kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan dapat dilihat pada Gambar 28.
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya maka lembaga yang direkomendasikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu harus melibatkan masyarakat, pemerintah, pihak swastausaha dan perguruan tinggi. Lembaga tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua level.
Pertama level penentu kebijakan Collective Choice Level. Level ini
berperan dalam penentuan berbagai kebijakan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Pada level ini kelompok yang terlibat adalah :
1 Pemerintah yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di sekitar wilayah perairan Kelurahan Pulau Panggang KAKS terdiri atas Suku Dinas
Kelautan dan Pertanian KAKS sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan
sumberdaya perikanan. Selanjutnya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bupati KAKS serta Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI
Jakarta, ketiga lembaga tersebut bersifat pemberi instruksi kepada Suku Dinas Kelautan dan Pertanian KAKS. Disamping itu Taman Nasional Kepulauan
Seribu TNKS mempunyai fungsi koordinasi dengan Suku Dinas Kelautan dan Pertanian KAKS dalam hal pengelolaan zona pemanfaatan.
2 Kelompok Masyarakat, yang tergabung dalam musyawarah kelompok masyarakat pengelola sumberdaya perikanan. Lembaga ini merupakan
lembaga yang dibentuk untuk bersama-sama mendiskusikan persoalan- persoalan yang dihadapi oleh kelompok pembudidaya dan nelayan, baik yang
formal maupun informal. Hasil dari rapat koordinasi lembaga ini biasanya akan merupakan masukan kepada pihak pengambil kebijakan dalam
menentukan arah kebijakan yang terkait dengan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang ada di Kelurahan Pulau Panggang KAKS.
3 Akademisi berperan dalam memberikan masukan kepada pemerintah daerah atau lembaga lain yang membutuhkan mengenai hasil-hasil penelitian ilmiah
sehingga dapat dijadikan dasar pijak bagi pengambilan keputusan oleh pemerintah atau pihak-pihak lain terkait pengelolaan dan pengembangan
sumberdaya ikan di KAKS. Akademisi ini beranggotakan unsur-unsur perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
Kedua, level operasional Operational Choice Level. Level ini berperan
dalam mengimplementasikan berbagai kesepakatan yang telah dilakukan oleh lembaga musyawarah kelompok masyarakat di Kelurahan Pulau Panggang
KAKS. Selain itu level ini juga bertugas memberi dukungan dan mengkoordinasikan aspek usaha pengelolaan sumberdaya perikanan di Kelurahan
Pulau Panggang KAKS. Kelompok ini terdiri atas: 1 Kelompok lembaga pengelolaan sumberdaya ikan yang berada di Kelurahan
Pulau Panggang KAKS. Lembaga ini terdiri dari kelompok pembudidaya dan nelayan, Pernitas Perhimpunan Nelayan, Pedagang Ikan dan Tanaman Hias
dan Kelompok Sea Farming. 2 Kelompok lembaga pemasaran hasil perikanan, yang terdiri dari Koperasi,
Pernitas, Tempat Pelelangan Ikan TPI, swasta, pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai kelompok yang memasarkan hasil produksi perikanan dari
kelompok nelayan. Disamping itu, kelompok ini juga berperan dalam memberikan akses permodalan bagi pembudidaya dan nelayan yang akan
mengembangkan usaha perikanan.
3 Kelompok lembaga pengawas sumberdaya perikanan yang berfungsi untuk mengawasi wilayah perairan KAKS, dan juga bertugas sebagai lembaga
penegak hukum bagi pelanggaran aturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Lembaga ini terdiri dari Kepolisian dan Dinas Perhubungan. Dalam
menjalankan fungsinya, lembaga ini akan sering memantau keadaan laut serta aktifitas yang terjadi dalam pemanfaatannya.
Gambar 28 Desain kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Berdasarkan Gambar 28 di atas terlihat bagaimana peran dari masing- masing lembaga dan sistem koordinasi yang dibangun dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang KAKS. Peran dan fungsi masing-masing lembaga tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya
dimana masing – masing saling ada keterkaitan antar lembaga. Peran yang cukup menonjol adalah Lembaga Musyawarah Kelompok Masyarakat pengelola
sumberdaya perikanan. Hal ini disebabkan karena keberadaan lembaga tersebut menjadi jembatan antara kebijakan pemerintah dengan implementasi di tingkat
masyarakat. Oleh karena itu untuk memperkuat eksistensi lembaga tersebut harus mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Selain itu lembaga tersebut harus
merumuskan aturan-aturan main bagi masing-masing aktor yang menjadi anggotanya. Hal ini dimaksudkan agar interaksi masing-masing aktor dalam
lembaga dapat berjalan secara baik . Selain itu juga aturan main tersebut untuk menghindari berbagai konflik kepentingan yang dapat muncul dari masing-masing
aktor. Peran pemerintah daerah akan semakin berkurang karena para nelayan dan pembudidaya sudah memiliki aturan main dalam melakukan aktivitasnya.
7.9. Implikasi Kelembagaan
Berdasarkan konsep analisis IAD, karakteristik fisik sumberdaya pesisir di Kepulauan Seribu termasuk dalam sumberdaya bersama common property dan
akses terbuka open access dengan implikasi terhadap penurunan produksi tangkapan dan kelangkaan biota-biota laut tertentu akibat overfishing dan over-
exploitation. Sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yang ada di Kepulauan Seribu belum mampu mengatasi permasalahan yang
timbul akibat pemanfaatan sumberdaya yang bersifat open access, diantaranya adalah kurangnya pendampingan, organisasi dan tidak berjalannya aturan main
yang telah disepakati. Berdasarkan hasil analisis aktor pengelolaan sea farming, menunjukkan bahwa selama ini masing-masing aktor dalam menjalankan
perannya dilakukan berdasarkan keputusan masing-masing aktor. Hal ini disebabkan belum adanya suatu lembaga formal yang khusus dapat
mengkoordinasikan masing-masing kepentingan di antara aktor. Sehingga tidak jarang menimbulkan konflik antar aktor yang terlibat dalam menjalankan
aktifitasnya.
Pengembangan skala usaha bertujuan untuk meningkatkan manfaat ekonomi dari pengelolaan usaha sea farming. Kegiatan ekonomi dalam
pengembangan sea farming di Pulau Panggang sudah terlihat nyata. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah keramba pembudidaya, jumlah benih yang telah
disalurkan, jumlah produksi ikan yang dipanen, jumlah pinjaman yang telah dikembalikan serta jumlah pendapatan yang diterima. Dalam konteks
pemberdayaan ekonomi masyarakat, nilai pendapatan yang diperoleh cukup menunjang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keefektifan biaya
transaksi dalam menjaga mekanisme internal pelaksanaan organisasi Kelompok sea farming sudah relatif efektif.
Program sea farming merupakan program yang sudah berjalan dan masih bertahan keberadaannya. Masyarakat dan pemerintah daerah berkepentingan
terhadap keberlanjutan program ini mengingat kepercayaan masyarakat terhadap program ini semakin meningkat. Selain itu, telah banyak upaya yang dilakukan
sehingga program ini secara garis besar perlu dilanjutkan. Dari hasil analisis evaluasi skenario program, maka dapat disimpulkan bahwa pilihan Skenario B
program dapat dilanjutkan dengan syarat perbaikan yang signifikan sebagai skenario optimal dan yang terbaik mengingat pentingnya program pengelolaan
sea farming bagi para stakeholders maupun bagi keberlanjutan kelestarian sumberdaya ikan di perairan Kepulauan Seribu.
Dalam implementasi pengelolaan sumberdaya pesisir, khususnya pengelolaan sea farming, maka diperlukan adanya sebuah institusilembaga yang
berfungsi sebagai jembatan antara kebijakan pemerintah dengan implementasi di tingkat masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang timbul di antara para
stakeholders dan kelompok masyarakat, seperti timbulnya konflik. Lembaga tersebut adalah Lembaga Musyawarah Kelompok Masyarakat pengelola
sumberdaya perikanan. Yang perlu difokuskan adalah pelaksanaan program sesuai yang telah disepakati oleh seluruh stakeholders dan kelompok masyarakat dan
lebih dikembangkan serta ditekankan pada fungsi peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pesisir, khususnya pembudidaya ikan dan nelayan. Mengingat
keberadaan lembaga ini akan meningkatkan biaya manajerial organisasi, namun nilai ekonomi sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional dapat