Sistem Pengelolaan dan Alternatif Kebijakan

8 Peningkatan infrastruktur, kemampuan teknologi, produktivitas institusi dan individu, melalui pelatihan teknologi marikultur, pelatihan manajemen usaha, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan lain-lain. 9 Peningkatan arus manfaat secara lestari dari perikanan meliputi pengembangan pasar, kesejahteraan dan kualitas nelayan, sehingga dapat ditekan penjualan ikan ke luar Kepulauan Seribu sehingga struktur harga dapat ditentukan sendiri. Alternatif kebijakan yang dapat ditempuh diantaranya adalah : 1 Merancang program-program yang dapat meningkatkan daya saing dan pengembangan sistem dan teknologi alternatif yang dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat perikanan, seperti rumpon, pertanian laut, penyaluran BBM. 2 Penataan sistem produksi perikanan dan pemasaran yang lebih efisien dan kompetitif, termasuk pengembangan kemampuan buididaya laut yang lebih menghemat BBM. Disamping itu aparat penegak hukum menindak dan memberantas illegal fishing dan pungutan liar yang sangat membebani nelayan. 3 Pemerintah perlu mengembangkan sistem pengelolaan perikanan dan program pelestarian sumberdaya ikan melalui kegiatan penstokan ulang atau pertanian laut sea farming untuk jenis ikan yang tidak bermigrasi, seperti ikan kerapu. Program ini dapat dikembangkan pada daerah-daerah yang memiliki kondisi perairan yang khas seperti atol, goba, dan perairan semi tertutup semisal teluk.

VII. ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SEA FARMING

7.1. Program

Sea Farming sebagai Solusi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Persoalan yang timbul terkait pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir di Kepulauan Seribu yang termasuk common pool resources CPRs dengan karakteristik non excludable dan subtractable, belum dapat terpecahkan, terutama dalam hal kelembagaan. Kurangnya pendampingan dari pihak dinas terkait, lemahnya organisasi nelayanpembudidaya ikan serta belum berjalannya aturan main di antara pihak yang terlibat merupakan penyebab gagalnya kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kepulauan Seribu. Salah satu alternatif kebijakan yang dapat ditelaah seperti diuraikan pada Bab VI, adalah perlunya pengembangan sistem pengelolaan perikanan dan program pelestarian sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu melalui kegiatan penstokan ulang dan usaha budidaya laut yang dikenal dengan sea farming. Sea farming dapat didefinisikan sebagai kegiatan marikultur yang difokuskan tidak hanya untuk kepentingan komersial tapi juga untuk pengkayaan stok ikan stock enhancement. Pemilihan jenis ikan yang cocok untuk program sea farming adalah jenis ikan yang tidak bermigrasi, seperti ikan kerapu. Pada saat ini PKSPL IPB sedang mengembangkan program sea farming bersama dengan Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan masyarakat Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Program sea farming ini merupakan program pengelolaan sumberdaya dengan aktifitas utama marikultur dan aktifitas terkait lainnya marine tourism serta perbaikan kualitas dan kuantitas sumberdaya perairan maupun kualitas lingkungan laut berbasis masyarakat. Sistem sea farming bertujuan untuk meningkatkan stok sumberdaya ikan fish resources enhancement, kesejahteraan masyarakat pesisir, aktifitas berbasis kelestarian ekosistem laut ekowisata bahari sehingga tercapai keberlanjutan pengelolaan ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Pengelolaan sea farming didasarkan pada kondisi geofisik dan oseanografi di perairan Semak Daun dengan menerapkan kelembagaan pengelolaan berbasis masyarakat untuk melakukan aktifitas marikultur, seperti budidaya pen culture sistem kandang, cage culture sistem keramba jaring apung, longline dan sea ranching. Selain aktifitas marikultur, dilakukan pula perbaikan ekosistem laut terumbu karang, lamun dan mangrove dan mengembangkan aktifitas terkait seperti wisata bahari berbasis masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Kepulauan Seribu. Dukungan penguatan dan pengembangan kelembagaan menjadi prasyarat awal keberlanjutan program ini melalui pemberian hak pengelolaan kepada nelayan. Dengan demikian nelayan yang mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ikan tidak perlu lagi melaut terlalu jauh sehingga pada akhirnya akan menghemat biaya operasional. Kelebihan konsep sea farming jika dibandingkan dengan kegiatan budidaya yang selama ini berlangsung, antara lain: 1 Pelaku usaha pembesaran ditopang oleh banyak pemasok benih, sehingga kesinambungan kegiatan dapat terjaga. 2 Pelaku usaha pembesaran juga mendapatkan benih yang bermutu, karena sudah adapted dengan lingkungan, hal ini karena proses pendederan berlangsung di sekitar lokasi pembesaran. 3 Usaha pembudidayaan ikan menjadi relatif lebih singkat karena adanya diversifikasi ukuran panen. 4 Memungkinkan keterlibatan dari segenap lapisan masyarakat karena diterapkannya multi sistem budidaya, sesuai dengan kompetensi dan keinginan masyarakat. 5 Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam karena diterapkannya multi sistem budidaya, hampir semua habitat karang dalam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. 6 Peluang kesinambungan usaha budidaya relatif lebih tinggi karena banyaknya pelaku usaha yang terlibat. 7 Peluang pengembangan kegiatan budidaya ikutan lainnya yang dapat bersinergi dengan konsep sea farming juga lebih besar, seperti budidaya rumput laut serta budidaya tiram mutiarakonsumsi.