100 menunjukkan bahwa usaha ternak yang dijalankan dengan kemitraan telah
menguntungkan secara tunai selama tahun 2011, dimana peternak skala kecil menghasilkan kelebihan uang tunai 73,92 persen per ekor per tahun lebih rendah
dibandingkan dengan kelebihan uang tunai per ekor per tahun peternak skala besar.
Kelebihan uang tunai per ekor per tahun yang dihasilkan oleh peternak bermitra skala besar dikontribusi dari pendapatan tunai usaha ternak sebesar 97,09
persen dan pinjaman tunai yang telah dibayarkan bunga dan pinjaman pokok sebesar 2,9 persen per ekor per tahun. Sementara, kelebihan uang tunai positif
pada pengusahaan ternak bermitra dengan skala kecil dikontribusi dari pendapatan tunai usaha ternak sebesar 65,17 persen dan pinjaman tunai yang telah dibayarkan
bunga dan pinjaman pokok sebesar 34,83 persen per ekor per tahun. Kemudian, berdasarkan ukuran pendapatan tunai keluarga, dapat disimpulkan bahwa secara
tunai peternak telah sejahtera karena rata-rata pendapatan tunai rumah tangga yang dihasilkan bernilai positif dan menguntungkan.
Namun, kontribusi usaha ternak ayam buras petelur terhadap pendapatan tunai rumah tangga yang dihasilkan peternak paling besar adalah pengusahaan
peternak bermitra dengan skala besar sebesar 76,99 persen terhadap pendapatan tunai keluarga per ekor per tahun. Sementara, pendapatan tunai keluarga yang
dihasilkan peternak bermitra dengan skala kecil dikontribusi dari usaha ternak sebesar 17,99 persen per ekor per tahun. Selain itu, kontribusi penerimaan dari
luar usaha ternak yang dihasilkan peternak tidak bermitra dapat menutupi kekurangan uang tunai, sehingga usaha ternak dapat dijalankan dengan
menggunakan penerimaan di luar usaha ternak. Dengan demikian, berdasarkan ukuran pendapatan tunai keluarga ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan
skala usaha ternak ayam buras dapat secara nyata meningkatkan kontribusi usaha ternak ayam buras terhadap pendapatan tunai rumah tangga per ekor per tahun.
6.2.5. Pendapatan Usaha Ternak
Setelah ukuran arus uang tunai menggambarkan keadaan neraca usaha ternak secara tunai dan kemampuan kredit dalam membiayai usaha ternak serta
kemampuan peternak dalam mengembalikan modal pinjaman, maka selanjutnya
101 berikut ini disajikan beberapa tabel untuk menunjukkan pendapatan usaha ternak
yang sebenarnya dengan memperhitungkan penerimaan dan biaya tidak tunai per ekor dalam satu tahun untuk masing-masing peternak. Berdasarkan perhitungan
yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini, terdapat beberapa ukuran pendapatan usaha ternak yaitu pendapatan bersih usaha ternak, penghasilan bersih usaha
ternak dan penghasilan keluarga per ekor per tahun. Secara umum, pendapatan usaha ternak per ekor yang dikembangkan
peternak skala besar yang bermitra lebih baik dibandingkan dengan peternak skala kecil dan pendapatan usaha ternak per ekor pada usaha ternak skala kecil yang
bermitra lebih baik daripada usaha ternak skala kecil yang tidak bermitra dalam satu tahun. Pendapatan kotor yang dihasilkan dari usaha ternak skala besar yang
bermitra dan skala kecil yang tidak bermitra menjelaskan penerimaan kotor yang sebenarnya dihasilkan oleh usaha ternak tersebut. Secara umum, penerimaan tunai
per ekor pada usaha ternak ayam buras yang bermitra dengan skala besar dan usaha ternak tidak bermitra dengan skala kecil lebih besar daripada pendapatan
kotor per ekor yang dihasilkan, hal ini dikarenakan secara riil nilai ternak mengalami penurunan nilai.
Tabel 38. Pendapatan Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak
Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011
Keterangan dalam Rp Peternak
Bermitra Tidak Bermitra
Skala Besar Skala Kecil
Penerimaan Tunai Rp 210.278,16
Rp 155.298,27 Rp 91.649,09
Pendapatan Kotor Rp 199.651,83
Rp 160.801,04 Rp 73.739,51
Biaya Tunai Rp 138.523,55
Rp 142.738,22 Rp 142.080,03
Biaya Diperhitungkan Rp 25.748,85
Rp 61.869,87 Rp 65.748,85
Biaya Total Rp 164.272,40
Rp 204.608,09 Rp 207.828,88
Pendapatan Bersih Rp 35.379,43
Rp -43.807,04 Rp -134.089,37
Bunga Pinjaman Pokok Rp 8.579,82
Rp 26.847,85 Rp 0
Penghasilan Bersih Rp 26.799,61
Rp -70.654,89 Rp -134.089,37
Penerimaan Luar Usaha Ternak Rp 19.292,61
Rp 50.526,32 Rp 69.314,08
Penghasilan Keluarga Rp 46.092,22
Rp -20.128,57 Rp -64,775.29
Sementara, penerimaan tunai per ekor pada usaha ternak skala kecil yang bermitra 3,54 persen lebih rendah daripada pendapatan kotor per ekor per tahun,
dikarenakan secara riil adanya penambahan nilai ternak yang diusahakan. Secara total, pendapatan bersih per ekor per tahun yang dihasilkan usaha ternak dengan
102 skala pengusahaan besar bernilai positif daripada usaha ternak skala kecil, dengan
rata-rata pendapatan bersih per ekor sebesar Rp 35.379,43 pada tahun 2011. Sementara pendapatan bersih per ekor yang dihasilkan usaha ternak skala kecil
secara riil atau secara total mengalami kerugian bersih sebesar Rp 43.807,04 per ekor per tahun pada peternak bermitra dan Rp 134.089,37 per ekor per tahun pada
peternak yang tidak bermitra. Kemudian, setelah dibayarkan bunga dan pokok pinjaman selama satu
tahun, maka penghasilan bersih per ekor pada usaha ternak yang dikembangkan usaha ternak skala besar dan bermitra adalah Rp 26.799,61 selama tahun 2011.
Sementara, pengusahaan ternak pada skala kecil menghasilkan kerugian bersih per ekor sebesar Rp 70.654,89 pada peternak bermitra selama satu tahun 2011.
Penghasilan bersih menunjukkan keuntungan bersih usaha ternak yang sebenarnya setelah memperhitungkan nilai penerimaan dan biaya tidak tunai. Berdasarkan
ukuran ini, maka dapat disimpulkan bahwa skala pengusahaan ternak lebih mempengaruhi
keuntungan sebenarnya
yang dihasilkan
usaha ternak
dibandingkan dengan faktor kemitraan. Kemudian, ukuran lainnya yaitu penghasilan bersih keluarga yang menggambarkan kesejahteraan riil dari peternak
dikontribusi sebesar 41,86 persen dari penerimaan luar usaha ternak dan 58,14 persen berasal dari usaha ternak ayam buras petelur. Hal ini menyimpulkan
kembali bahwa dengan pengusahaan skala usaha ternak, peternak dapat meningkatkan kesejahteraan secara total atau riil dari usaha ternak ayam buras
yang dikembangkan per ekor per tahun.
6.2.6. RC Rasio Usaha Ternak