RC Rasio Usaha Ternak

102 skala pengusahaan besar bernilai positif daripada usaha ternak skala kecil, dengan rata-rata pendapatan bersih per ekor sebesar Rp 35.379,43 pada tahun 2011. Sementara pendapatan bersih per ekor yang dihasilkan usaha ternak skala kecil secara riil atau secara total mengalami kerugian bersih sebesar Rp 43.807,04 per ekor per tahun pada peternak bermitra dan Rp 134.089,37 per ekor per tahun pada peternak yang tidak bermitra. Kemudian, setelah dibayarkan bunga dan pokok pinjaman selama satu tahun, maka penghasilan bersih per ekor pada usaha ternak yang dikembangkan usaha ternak skala besar dan bermitra adalah Rp 26.799,61 selama tahun 2011. Sementara, pengusahaan ternak pada skala kecil menghasilkan kerugian bersih per ekor sebesar Rp 70.654,89 pada peternak bermitra selama satu tahun 2011. Penghasilan bersih menunjukkan keuntungan bersih usaha ternak yang sebenarnya setelah memperhitungkan nilai penerimaan dan biaya tidak tunai. Berdasarkan ukuran ini, maka dapat disimpulkan bahwa skala pengusahaan ternak lebih mempengaruhi keuntungan sebenarnya yang dihasilkan usaha ternak dibandingkan dengan faktor kemitraan. Kemudian, ukuran lainnya yaitu penghasilan bersih keluarga yang menggambarkan kesejahteraan riil dari peternak dikontribusi sebesar 41,86 persen dari penerimaan luar usaha ternak dan 58,14 persen berasal dari usaha ternak ayam buras petelur. Hal ini menyimpulkan kembali bahwa dengan pengusahaan skala usaha ternak, peternak dapat meningkatkan kesejahteraan secara total atau riil dari usaha ternak ayam buras yang dikembangkan per ekor per tahun.

6.2.6. RC Rasio Usaha Ternak

Ukuran revenue cost ratio merupakan ukuran yang menunjukkan efisiensi penerimaan usaha ternak yang dikembangkan atas setiap rupiah biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan untuk setiap ekor selama pengusahaan ternak pada tahun 2011 Tabel 39. Secara umum, usaha ternak ayam buras petelur yang dibudidayakan dengan kemitraan oleh Kelompok Hidayah Alam selama satu tahun 2011 telah efisien secara total atau riil dengan nilai RC rasio yang lebih besar dari satu, sedangkan pengusahaan ternak yang tidak dijalankan dengan kemitraan belum efisien. 103 Tabel 39. Revenue Cost Ratio RC Rasio Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Keterangan Peternak Bermitra Tidak Bermitra Skala Besar Skala Kecil Pendapatan Kotor Rp 199.651,83 Rp 160.801,04 Rp 73.739,51 Biaya Tunai Rp 138.523,55 Rp 142.738,22 Rp 142.080,03 Biaya Diperhitungkan Rp 25.748,85 Rp 61.869,87 Rp 65.748,85 Biaya Total Rp 164.272,40 Rp 204.608,09 Rp 207.828,88 RC Rasio atas Biaya Tunai 1,44 1,13 0,52 RC Rasio atas Biaya Total 1,22 0,79 0,35 Pengusahaan ternak dengan skala besar dan bermitra memiliki nilai RC rasio atas biaya tunai per ekor sebesar 1,44 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai usaha ternak per ekor yang dikeluarkan pada tahun 2011 akan menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 1,44 per ekor. Nilai RC rasio atas biaya tunai per ekor pada pengusahaan ternak skala kecil, baik yang bermitra maupun tidak bermitra yaitu masing-masing 1,13 dan 0,52 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai per ekor usaha ternak skala kecil yang dikeluarkan pada tahun 2011 akan memberikan pendapatan kotor usaha ternak sebesar Rp 1,13 per ekor untuk usaha yang bermitra dan pendapatan kotor sebesar Rp 0,52 per ekor untuk usaha yang tidak bermitra. Secara tunai, pengembangan kemitraan usaha ternak ayam buras petelur dapat memperbaiki efisiensi usaha ternak hingga 117,06 persen lebih baik dan pengembangan skala usaha ternak dapat memperbaiki efisiensi usaha ternak sebesar 27,94 persen lebih baik. Berdasarkan biaya total per ekor yang dikeluarkan selama satu tahun, maka secara umum usaha ternak ayam buras petelur yang dikembangkan dengan bermitra dan skala besar telah efisien atas seluruh biaya total yang dikeluarkan dalam satu tahun. Nilai RC rasio atas biaya total per ekor pada usaha ternak dengan skala besar yaitu 1,22 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan pada tahun 2011, baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai per ekor dapat memberikan pendapatan kotor sebesar Rp 1,22 per ekor. Nilai RC rasio atas biaya total per ekor pada pengusahaan ternak dengan skala kecil, baik yang bermitra maupun tidak bermitra masing-masing yaitu 0,79 dan 0,35 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya per ekor yang dikeluarkan pada 104 tahun 2011 akan memberikan pendapatan kotor sebesar Rp 0,79 per ekor untuk usaha bermitra dan Rp 0,35 per ekor untuk usaha yang tidak bermitra. Berdasarkan efisiensi atas biaya total per ekor usaha ternak yang dikeluarkan selama satu tahun 2011, pengembangan dengan kemitraan usaha ternak dapat memperbaiki efisiensi atas biaya total per ekor sebesar 121,5 persen lebih baik dan pengembangan dengan skala usaha ternak dapat memperbaiki efisiensi atas biaya total per ekor yang dikeluarkan sebesar 54,65 persen lebih baik selama satu tahun 2011. Dengan demikian, pengembangan melalui faktor kemitraan usaha ternak dapat secara nyata meningkatkan efisiensi usaha ternak, baik atas biaya tunai maupun atas biaya total per ekor secara lebih baik.

6.3. Analisis Keuntungan Investasi Usaha Ternak