Teori Organisasi Produksi Usahatani

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani

Menurut Rivai dalam Hernanto 1989 mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi usahatani yaitu usahatani sebagai suatu organisasi, dimana didalamnya terdapat pelaku yang mengorganisir dalam hal memimpin dan mengambil keputusan Hernanto 1989. Pelaku itu adalah petani dan keluarganya untuk mengorganisir faktor-faktor produksi yang dikuasai atau dapat dikuasai. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu ada dalam suatu usahatani faktor intern, diantaranya tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan manajemen. 1 Tanah sebagai Faktor Produksi Usahatani Tanah merupakan faktor produksi yang relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lain, distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Tanah memiliki beberapa sifat, antara lain: 1 Luasnya yang relatif tetap; 2 Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan 3 Dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Sumber-sumber pemilikan tanah yang dikelola oleh petani dapat diperoleh dengan membeli, menyewa, menyakap sistem bagi hasil, pemberian dari negara, warisan, wakaf dan membuka lahan sendiri Hernanto 1989. Sumber-sumber pemilikan tanah tersebut berkaitan dengan status tanah pengolahan usahatani. Ada beberapa status tanah yang dikenal, antara lain tanah milik atau tanah hak milik, tanah sewa, tanah sakap, tanah gadai dan tanah pinjaman. Tanah dapat dijadikan sebagai ukuran besar kecilnya suatu usahatani. Ukuran-ukuran itu antara lain total tanah usahatani, total luas pertanian dan luas tanaman utama. Intensitas penggunaan tanah menunjukkan perbandingan rasio dari total luas pertanaman dengan luas tanah usahatani. Biasanya diukur dengan persentase. Semakin besar nilai intensitas menunjukkan tingkat penguasaan yang semakin tinggi. 22 2 Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi Usahatani Jenis tenaga kerja dalam usahatani digolongkan menjadi tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia tersebut dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan, sambatan dan arisan tenaga kerja. Potensi tenaga kerja keluarga petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. Kegiatan usaha ternak yang memerlukan tenaga kerja meliputi hampir semua proses produksi berlangsung, diantaranya: 1 Pembuatan kandangbila dikandangkan; 2 Pemeliharaan, yaitu pengobatan, perbaikan kandang dan pemberian makanan; dan 3 Panen. Yang dalam Hernanto 1989 membuat konversi tenaga kerja, yaitu dengan membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain dikonversikan atau disetarakan dengan pria yaitu: 1 pria = 1 hari kerja pria HKP; 1 wanita = 0,7 HKP; 1 ternak = 2 HKP; dan 1 anak = 0,5 HKP. Satuan ukuran yang umum dipakai untuk mengatur tenaga kerja adalah jumlah jam dan hari kerja total. Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan kerja dari sejak persiapan sampai panen. Perhitungan dapat menggunakan inventarisasi jam kerja yaitu 1 hari = 7 jam kerja, kemudian dijadikan hari kerja total HK Total. Satuan ukuran yang kedua yang dipakai juga adalah jumlah setara pria Men Equivalent yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran hari kerja pria. Hal ini berarti menggunakan konversi berdasarkan upah, dimana pria dinilai 1 HKP, wanita 0,7 HKP, ternak 2 HKP dan anak 0,5 HKP. 3 Modal sebagai Faktor Produksi Usahatani Modal adalah barang atau uang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan yang menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian Hernanto 1989. Modal yang paling tinggi di antara tiga faktor produksi lain, khususnya modal operasional. Modal operasional dimaksudkan sebagai modal dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan barang modal lain seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk 23 membiayai pengelolaan. Dalam usahatani, yang dimaksud dengan modal adalah tanah, bangunan-bangunan seperti gudang, kandang, lantai jemur dan pabrik, alat-alat pertanian antara lain traktor, cangkul, parang dan sprayer, tanaman, ternak dan ikan di kolam, bahan-bahan pertanian pupuk, bibit dan obat-obatan, piutang di bank dan uang tunai. Modal dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu periode produksi, misalkan tanah dan bangunan. Jenis modal ini memerlukan pemeliharaan agar dapat berdaya guna dalam jangka waktu yang lama. Jenis modal ini pun ada yang mengalami penyusutan, artinya nilai modal menyusut menurut jenis dan waktu. Modal bergerak adalah modal yang habis atau dianggap habis dalam waktu satu periode proses produksi, misalkan alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak dan ikan. Sumber pembentukan modal dapat berasal dari modal milik sendiri, pinjaman atau kredit antara lain kredit bank atau dari pelepas uangtetanggafamili, hadiah warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa. Modal usahatani dapat berupa biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan dan biaya pengelolaan. 4 Manajemen sebagai Faktor Produksi Usahatani Hernanto 1989 menjelaskan bahwa manajemen usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengertian dan pemahaman prinsip teknis meliputi: 1 Perilaku cabang usaha yang diputuskan; 2 Perkembangan teknologi; 3 Tingkat teknologi yang dikuasai; 4 Daya dukung faktor yang dikuasai; dan 5 Cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Sementara, pengenalan dan pemahaman prinsip ekonomis, diantaranya: 1 Penentuan perkembangan harga; 2 Kombinasi cabang usaha; 3 Pemasaran hasil; 4 24 Pembiayaan usahatani; 5 Penggolongan modal dan pendapatan; serta 6 Ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim.

3.1.2. Teori Produksi