Profil dan Sejarah Kemitraan Usaha Ternak Kelompok Hidayah

53 yang dihadapi peternak, yaitu sebagian usaha ternak yang dijalankan berasal dari modal pinjaman di luar usaha ternak membuat peternak sudah berorientasi kepada keuntungan.

5.3. Profil dan Sejarah Kemitraan Usaha Ternak Kelompok Hidayah

Alam dan Departemen CSR Corporate Social Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Indocement merupakan pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas dengan pangsa pasar yang dikuasai mencapai 70 persen. PT. ITP memiliki 12 pabrik operasional, salah satunya adalah pabrik di Desa Citeureup dekat dengan wilayah Desa Nambo. Dalam tanggung jawab sosial perusahaan, dimana organisasinya dijalankan oleh Departemen CSR Corporate Social Responsibility memiliki visi “Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan berope rasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis”. Berdasarkan visi tersebut, perusahaan menjalankan program tanggung jawab sosialnya dengan tujuan-tujuan diantaranya adalah: 1 Mewujudkan kemandirian masyarakat; 2 Meningkatkan ekonomi lokal dan; 3 Mewariskan program- program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar. Program-program tersebut khususnya dirancang untuk masyarakat-masyarakat desa yang menjadi desa binaan PT. ITP, antara lain Desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi Karet, Tarikolot, Gunung Sahari, Pasir Mukti dan Tajur yang dipetakan berdasarkan kedekatan lokasi dengan pabrik. Community Development Section merupakan salah satu bagian dari struktur organisasi Departemen CSR tersebut yang khusus menangani program- program pengembangan masyarakat yang berbasis lima pilar, yakni pendidikan, ekonomi, kesehatan, keamanan dan sosbudag sosial, budaya, agama. Menurut Ibu Lia Damayanti selaku Kepala Community Development Section CD Section dalam wawancara penelitian ini, program CD dibuat berdasarkan sinergitas antara kelima pilar tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa pelaksanaan kegiatan CD tidak hanya terfokus hanya pada satu pilar saja, melainkan melibatkan pilar-pilar lainnya dalam proses pelaksanaannya. Dari kelima deskripsi pilar dan jenis 54 kegiatan yang dijelaskan, terdapat pilar ekonomi yang bertujuan untuk membangun usaha kecil dan menengah UKM yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh ke-12 desa binaan. Pelaksanaan pengembangan UKM tersebut terkait erat dengan pilar lainnya, yaitu pilar pendidikan. Dalam pelaksanaan usaha-usaha pemberdayaan masyarakat dari pilar ekonomi ini melibatkan serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan, dimana hal ini merupakan perwujudan dari pilar pendidikan, tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu, di samping memberikan bantuan modal usaha. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Bank Mandiri. Dalam implementasinya, perencanaan program tahunan dan anggaran untuk 12 desa binaan tersebut, Ibu Lia Damayanti melakukan koordinasi dengan pihak desa melalui para koordinator desa dalam Musrenbangdes Musyawarah Rencana Pembangunan Desa. Koordinator desa itulah yang selalu memantau kondisi masyarakat desa binaan masing-masing, sehingga mereka harus selalu turun ke desa setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan proses pelaksanaan CSR yang dilakukan di masing-masing desa. Selain itu, kunjungan harian oleh koordinator desa dimaksudkan agar perusahaan lebih memahami perkembangan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat desa. Adapun pertemuan-pertemuan formal yang dilakukan antara lain dalam forum Bina Lingkungan Komunitas BILIKOM. Program pelatihan peternak ayam buras petelur merupakan program non-fisik dari CD Section termasuk ke dalam pilar pendidikan, karena pelaksanaan program yang dilakukan berupa pelatihan budidaya ayam petelur yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menuju manusia cerdas serta turut membangun pendidikan bermutu. Program pelatihan ini diadakan untuk masyarakat di 12 desa binaan, salah satunya adalah Desa Nambo. Latar belakang diadakannya program pelatihan peternak ayam petelur ini adalah keberhasilan salah seorang warga masyarakat desa binaan yaitu Desa Nambo yang bernama Bapak Nurrohim dalam mengembangkan peternakan ayam buras petelur. Beliau merupakan salah satu warga desa binaan yang memiliki minat untuk memanfaatkan modal pinjaman yang diberikan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk membuka peluang usaha. Pada tahun 2004, Bapak 55 Nurrohim tertarik untuk mengajukan pinjaman modal pada PT Indocement agar bisa memulai usaha ternak ayam petelur. Pengajuan pinjaman modal dilakukan pada saat diadakannya BILIKOM di Desa Nambo. Ketika itu, staf Departemen CSR yang menindaklanjuti pengajuan pinjaman modal ini adalah Bapak Suhartono biasa dipanggil Bapak Toto yang merupakan penanggungjawab kegiatan CSR dalam pilar ekonomi. Ketika Bapak Nurrohim berhasil menunjukkan bahwa usaha ayam petelur ini memiliki prospek yang cukup bagus, maka banyak warga di desanya yang ikut tertarik untuk mengikuti bisnis ini. Oleh karena itu, seperti yang diceritakan kembali oleh Bapak Nurrohim, pada tahun 2004 Departemen CSR mengadakan pelatihan peternak ayam petelur di Desa Nambo dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang dan memperoleh materi dari Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, yaitu Ibu Eti dan Bapak Hendri. Setelah mengikuti pelatihan ini, terdapat lima orang warga yang akhirnya benar-benar tertarik untuk memulai usaha ini. Pada tahun 2006, kelima orang warga Desa Nambo ini mendapatkan bantuan modal pinjaman dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berupa bibit ayam petelur sebanyak 500 ekor. Usaha ternak ayam petelur ini menunjukkan perkembangan yang bagus di Desa Nambo. Oleh karena itu, pada tahun 2009 Departemen CSR merencanakan suatu kegiatan pelatihan ternak ayam petelur lagi dan hingga saat ini diadakan untuk masyarakat di 12 desa binaan. Dalam pelaksanaannya, Departemen CSR PT. ITP bekerjasama dengan pihak pemerintah, terutama pemerintah Desa Nambo dan pihak terkait program PKBL Bank Mandiri dalam penyaluran permodalan kepada peternak Bapak Nurrohim. Sementara penggalangan dana untuk Departemen CSR dalam implementasi program-programnya merupakan biaya produksi perusahaan, sehingga tidak mempengaruhi keuntungan perusahaan jika kegagalan pembayaran pinjaman terlalu besar. Meskipun dianggap sebagai biaya, tetapi tujuan program- program Departemen CSR merupakan tujuan jangka panjang dan bukan diukur dalam satuan mata uang atau berorientasi kepada keuntungan. 56

5.4. Profil dan Sejarah Kemitraan Usaha Ternak Kelompok Hidayah