48 pada usia produktif. Hal ini berarti masih terdapat sumberdaya manusia produktif
yang cukup besar potensinya untuk bekerja, khususnya di bidang pertanian. Hal ini didukung dengan data yang ditunjukkan dalam tabel mengenai data demografi
ekonomi penduduk desa yang menggambarkan mata pencaharian dan perekonomian yang terdapat di desa tersebut. Mata pencaharian ekonomi yang
paling dominan terdapat di Desa Nambo adalah perdagangan, pegawai negeri sipil PNS dan usaha pertanian. Usaha pertanian tersebut akan potensial bagi
pertumbuhan ekonomi
pedesaan jika
dapat dikembangkan
dengan memberdayakan sumberdaya manusia produktif yang termasuk ke dalam
pengangguran tadi. Usaha pertanian yang pada saat ini banyak dikembangkan penduduk Desa Nambo dapat ditunjukkan dalam Tabel 8.
Tabel 8 . Data Penduduk Desa Nambo Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011
orang
Keterangan Jumlah
1. Petani
a. Petani Pemilik Tanah
b. Petani Penggarap Tanah
c. Buruh Tani
102 512
- 2.
Nelayan -
3. Pengusaha SedangBesar
5 4.
PengrajinIndustri Kecil 29
5. Buruh Industri
1.851 6.
Buruh Bangunan -
7. Buruh Pertambangan
- 8.
Buruh Perkebunan -
9. Pedagang
321 10.
Pengangkutan -
11. Pegawai Negeri Sipil PNS
7 12.
Anggota TNI 1
13. Pensiunan PNSTNI
1 14.
Peternak a.
Sapi Perah b.
Sapi Biasa c.
Kerbau d.
Kambing e.
Domba f.
Kuda
g. Ayam Buras
h. ItikBebek
i. Lainnya
- 101
5 400
40 1
606
15 -
15. Lain-lain
- Sumber : Monografi Kantor Desa Nambo 2011 Diolah
Keterangan : Tanda - menunjukkan tidak ada penduduk yang bermata pencaharian tersebut
Ada sebanyak 29,22 persen dari jumlah penduduk Desa Nambo yang memiliki mata pencaharian dengan mengembangkan usaha peternakan. Pada
49 tahun 2011, sebanyak 606 orang penduduk mengembangkan usaha ternak ayam
buras dengan jumlah ternak yang diusahakan mencapai 14.000 ekor. Usaha ternak ayam buras ini merupakan peternakan yang paling dominan dikembangkan
penduduk Desa Nambo hingga 51,88 persennya dari seluruh jumlah penduduk yang mengusahakan peternakan dibandingkan dengan cabang usaha ternak yang
lainnya. Potensi alam ladang atau huma Desa Nambo merupakan sumberdaya yang memiliki kesesuaian secara agroekologis yang baik untuk mengembangkan
peternakan ayam buras. Meskipun demikian, penduduk Desa Nambo yang mengembangkan usaha pertanian juga membudidayakan tanaman, baik tanaman
pangan utama maupun tanaman perkebunan perdagangankomoditi. Tanaman utama yang paling banyak dikembangkan adalah tanaman padi seluas 68 ha
dengan jumlah produksi padi dalam satu tahun rata-rata 307,36 ton. Sementara, tanaman perdagangan yang paling dominan dikembangkan penduduk Desa
Nambo adalah tanaman kelapa dengan jumlah pohon 37 batang yang belum berproduksi dan 321 batang yang telah berproduksi Monografi Kantor Desa
Nambo 2011.
5.2. Gambaran Umum Usaha Ternak Ayam Buras Petelur pada
Kelompok Hidayah Alam Desa Nambo Kecamatan Klapa Nunggal Kelompok ternak ayam buras petelur Hidayah Alam ini terletak di Desa
Nambo, Kecamatan Klapa Nunggal. Kelompok ternak ini beranggotakan enam orang peternak yang membudidayakan ayam buras petelur. Ayam buras petelur
yang dikembangkan merupakan galur Ayam Arab. Usaha ternak tersebut diawali oleh ketua kelompok ternak, Bapak Nurrohim, sejak tahun 2001. Sementara
kelima anggota lainnya mengembangkan usaha ternak mulai tahun 2007. Kelima peternak lainnya diantaranya adalah Bapak Emadlanin, Masnen, Edi Junaedi,
Jama‟dan Sa‟ad. Ada dua peternak, yaitu Bapak Nurrohim dan Emadlanin yang sama-sama mengembangkan peternakan ayam buras petelur selama sepuluh tahun
ini memulai usahanya dengan modal awal sendiri. Sementara, keempat peternak lainnya mendapatkan modal pinjaman sejak awal memulai usahanya.
Pada tahun 2004, usaha ternak ayam buras petelur tersebut mendapatkan bantuan berupa modal pinjaman yang sifatnya bergulir dari salah satu program
50 tanggung jawab sosial perusahaan di lingkungan desa tersebut, yaitu PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. ITP. Modal pinjaman yang diberikan dalam bentuk ayam buras jenis Ayam Arab berumur lima bulan siap bertelur
senilai Rp 5.000.000,00 dan dikembalikan dalam kurun waktu tiga tahun dengan bunga 0,5 persen setiap bulannya. Modal pinjaman itu kemudian digulirkan
kepada peternak kedua, yaitu Bapak Emadlanin. Bantuan kredit tersebut merupakan bantuan yang diberikan kepada peternak yang belum memiliki usaha
dan tidak dapat mengakses pinjaman melalui perbankan, sementara untuk usaha yang telah berjalan lebih dari satu tahun dapat difasilitasi untuk mengakses
bantuan modal melalui perbankan. Hal inilah yang dilakukan oleh Bapak Nurrohim pada tahun 2007. Peternak tersebut dapat mengajukan pinjaman bernilai
Rp 20.000.000,00. Modal tersebut berasal dari modal pinjaman yang diberikan oleh perbankan swasta, yaitu Bank Mandiri dalam Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan PKBL-nya, dimana PT. ITP yang bertindak sebagai perusahaan
penjamin modal tersebut.
Sementara itu, ketiga peternak lain, yaitu Bapak Masnen, Edi Junaedi dan Sa‟ad merupakan penerima manfaat dari bantuan pinjaman program
pemberdayaan ekonomi PT. Holcim Indonesia Tbk PT. HI. Bantuan modal tersebut dikeluarkan PT. HI sejak dua tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2009.
Modal pinjaman ini pun sifatnya bergulir di antara peternak, namun tidak dikenakan beban bunga. Modal yang diberikan juga sama, dalam bentuk 200 ekor
ayam buras petelur galur Ayam Arab berumur lima bulan siap bertelur dan bantuan pakan ayam untuk kebutuhan satu bulan ke depan senilai 433,33 kg pakan
jadi. Total pinjaman rata-rata yang dikeluarkan adalah Rp 11.690.000,00 untuk setiap penerima manfaat, yaitu peternak ayam buras. Jangka waktu pengembalian
selama 20 bulan tanpa pembayaran bunga pinjaman. Kemudian, seorang peternak yang terakhir, yaitu Bapak Jama‟ belum pernah menerima pinjaman kredit dari
kedua perusahaan tersebut. Usaha ternak Bapak Jama‟ baru dikembangkan sejak
dua tahun yang lalu. Sebagian besar, peternak ayam buras petelur memiliki pekerjaan utama di
luar usaha ternak. Bapak Nurrohim sebagai ketua kelompok ternak Hidayah Alam juga merupakan tokoh masyarakat sebagai perangkat pemerintahan Desa Nambo,
51 yaitu Ketua BPD Badan Pembangunan Daerah. Melalui profesinya yang
berperan penting dalam pembangunan desa tersebut, Bapak Nurrohim aktif mengajak masyarakat-masyarakat desa dalam pemberdayaan ekonomi, salah
satunya adalah dalam pengembangan peternakan ayam buras petelur ini. Bapak Nurrohim ini juga aktif sekali memberikan pelatihan budidaya ayam buras petelur
Ayam Arab di Desa Nambo dan desa-desa lain di Kecamatan Klapa Nunggal. Pelatihan budidaya tersebut merupakan kerjasama dengan kedua perusahaan,
terkait program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Pekerjaan sampingan lain yang digeluti Bapak Nurrohim juga adalah
sebagai Ketua Lembaga Keuangan Mikro Syariah “BMT Swadaya Pribumi” yang dikembangkan oleh warga Desa Nambo dengan PT. Holcim Indonesia Tbk.
Peternak lainnya, Bapak Edi Junaedi juga memiliki pekerjaan utama sebagai Kepala Urusan Pemerintahan Desa Nambo dan dua peternak lainnya, Bapak
Jama‟ dan Bapak Emadlanin merupakan karyawan dari perusahaan di luar desa. Peternak yang menjadikan usaha ternak ini sebagai pekerjaan utama adalah Bapak
Masnen dan Bapak Sa‟ad. Oleh karena itu, kedua peternak tersebut hanya menggunakan satu orang tenaga kerja saja di dalam usaha ternaknya, yaitu
peternak itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan perkembangan usaha ternak ayam buras petelur
Kelompok Hidayah Alam semakin menurun. Beberapa peternak yang tergabung di dalamnya pada pengembangan di tahun 2009 menunjukkan bahwa Kelompok
Hidayah Alam merupakan kelompok ternak yang mengusahakan ayam buras petelur dalam jumlah ternak terbanyak di Kabupaten Bogor. Namun, dalam
perkembangannya banyak peternak yang akhirnya meninggalkan usaha ternak, karena kepemilikan ternak dalam jumlah yang besar ini menimbulkan kebutuhan
tenaga kerja tambahan yang merupakan tambahan biaya produksi bagi peternak. Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam hanya
menggunakan tenaga kerja keluarga untuk mengelola usaha ternaknya. Peternak yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga masih sedikit. Pada akhirnya,
produktivitas telur ayam semakin menurun, di samping tingkat kematian ternak ayam yang cukup besar, tetapi juga diikuti dengan penurunan produktivitas telur
ayam buras. Hal ini terutama disebabkan manajemen pemeliharaan yang dikelola
52 oleh terbatasnya tenaga kerja keluarga, dimana pengelolaan menjadi tidak efektif
dengan menggunakan rata-rata satu hingga dua orang tenaga kerja keluarga. Penurunan produksi dan produktivitas telur ayam buras Kelompok
Hidayah Alam yang diakibatkan rendahnya manajemen pemeliharaan ternak ayam buras disebabkan beberapa peternak yang mengusahakan ayam buras petelur ini
menjadikan usaha ternak ayam buras petelur sebagai usaha sampingan, karena rata-rata peternak memiliki pekerjaan utama, antara lain sebagai pegawai
pemerintahan dan karyawan perusahaan swasta. Oleh karena itu, hanya sebagian kecil saja jam kerja yang dicurahkan peternak untuk mengembangkan usaha
ternak ayam buras petelur tersebut. Dampak tersebut secara nyata berpengaruh terhadap rendahnya manajemen pemeliharaan ternak, terutama rendahnya seleksi
bibit ayam buras yang dapat berproduksi tinggi. Fakta lainnya yang ditemukan di lapangan adalah masih rendahnya
kemampuan teknis peternak dalam budidaya ayam buras petelur, hal ini disebabkan oleh ketidaktepatan sasaran penerima manfaat kemitraan ini. Peternak-
peternak saat ini yang mengembangkan usaha ternak ayam buras petelur dengan bermitra memperoleh informasi melalui acara Musrenbangdes Musyawarah
Rencana Pembangunan Desa, dimana pelaku-pelaku yang hadir sebagian besar berasal dari perangkat desa atau pemerintahan desa bersama perusahaan swasta
untuk mendiskusikan alokasi anggaran program tanggung jawab sosial perusahaan bersangkutan. Ketidakterlibatan masyarakat desa, terutama yang belum
mempunyai pekerjaan atau pengangguran masih rendah, hal ini dikarenakan rendahnya sosialisasi mengenai kemitraan tersebut.
Semua peternak yang tergabung ke dalam kelompok ternak Hidayah Alam tersebut memiliki lahan milik sendiri dan menggarapnya sebagai usaha ternak,
sehingga disebut sebagai penggarap tanah. Usaha ternak yang dikembangkan kelompok ternak ini sudah dikategorikan sebagai usaha ternak ayam buras yang
semi-intensif, karena pemeliharaan seperti pemberian pakan, vaksin, obat-obatan, biosecurity dan pemasaran hasil cenderung diperhatikan sesuai kebutuhannya.
Corak usaha ternak yang dikembangkan oleh semua peternak pun sudah mengarah kepada corak komersial, karena rata-rata semua hasil telur dan ayam yang
memasuki masa non produktif hampir seluruhnya dijual ke pasar. Struktur modal
53 yang dihadapi peternak, yaitu sebagian usaha ternak yang dijalankan berasal dari
modal pinjaman di luar usaha ternak membuat peternak sudah berorientasi kepada keuntungan.
5.3. Profil dan Sejarah Kemitraan Usaha Ternak Kelompok Hidayah