Perumusan Masalah Pengembangan Skala Usaha Ternak Ayam Buras Petelur (Studi Kasus : Kelompok Ternak Hidayah Alam Kecamatan Klapa Nunggal Kabupaten Bogor)

5 Istilah pemasukan menjelaskan tentang kebutuhan suatu daerah akan ternak tertentu yang dikirimkan berasal dari daerah di luar Provinsi Jawa Barat. Sementara, istilah pengeluaran menjelaskan jumlah unggas yang dapat diproduksi oleh peternak daerah tersebut yang dapat dikonsumsi dan atau dikirimkan ke luar daerah tersebut. Jumlah pemasukan ayam buras untuk Kabupaten dan Kota Bogor yang lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran pada tahun 2010 menunjukkan bahwa permintaan ayam buras di daerah Bogor masih lebih besar daripada produksinya. Hal ini pun terjadi juga di beberapa kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, pengembangan ternak ayam buras ini menjadi penting untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi peluang permintaan yang masih besar.

1.2. Perumusan Masalah

Rekapitulasi data kelompok peternakan ayam buras dalam Tabel 5 menunjukkan potensi ternak ayam buras yang dikembangkan di Kabupaten Bogor. Menurut data dari Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan BP4K, terdapat lima kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan ayam buras dengan berkelompok, salah satunya adalah di Kecamatan Klapa Nunggal. Tabel 5. Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Ayam Buras Tahun Anggaran 2009 di Kabupaten Bogor Kecamatan Desa Nama Kelompok Ternak Jumlah Anggota orang Kelas Kelompok Tahun Pendirian Luas Kandang m2 Jumlah Populasi ekor Tamansari Sukajadi Harapan Maju 2 14 Pemula 1998 58 97 Sukajadi Harapan Maju 1 22 Pemula 2005 116 215 Tamansari Tanjung 3 14 Pemula 2005 63 128 Tamansari Tanjung 2 20 Lanjut 1998 145 154 Tamansari Tanjung 1 20 Pemula 1998 116 162 Cigombong Ciburuy MotekarKWT 15 Pemula 2005 81,75 155 Rumpin Luwibatu Rahayu Mekar 15 Lanjut 2000 112 303 Rabak Giri Mulya 15 Lanjut 2000 132 381 Gobang Karya Mandiri 20 Lanjut 2000 151 454 Rabak Tunas Harapan 16 Lanjut 2000 132 413 Klapa Nunggal Nambo Hidayah Alam 6 Pemula 2000 1048 6250 Sukamakmur Sukamulya Herang Mulya 22 Pemula 94 289 Wargajaya Mekar sari 20 Pemula 46 252 Antajaya Harapan Jaya 10 Pemula 2006 790 323 TOTAL 3.048,75 9.576 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2011 5 Diolah. 5 http:bp4k.bogorkab.go.id. Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Tahun Anggaran 2009. Diakses Tanggal 10 Oktober 2011. 6 Kelompok ternak yang mengusahakan ternak ayam buras di Kecamatan Klapa Nunggal Desa Nambo merupakan kelompok ternak ayam buras yang mempunyai jumlah populasi ternak ayam buras terbanyak dibandingkan dengan kelompok- kelompok ternak ayam buras lainnya di Kabupaten Bogor, yaitu Kelompok Ternak Hidayah Alam. Pada tahun 2009, Kelompok Ternak Hidayah Alam Desa Nambo memiliki kandang terluas yaitu 1.048 m 2 dengan jumlah populasi ternak ayam burasnya sebesar 6.250 ekor. Dengan jumlah anggota peternak yang tergabung didalamnya sebanyak enam orang, Kelompok Ternak Hidayah Alam yang berdiri pada tahun 2000 telah berkembang menjadi peternakan unggas yang bercorak komersial dengan skala kecil, karena jumlah kepemilikan ayam yang lebih dari 1.000 ekor Bamualim, Inounu dan Talib 2007. Namun dalam perkembangannya hingga tahun 2011, populasi ternak ayam buras tersebut semakin berkurang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Kelompok Ternak Hidayah Alam, bahwa sebelumnya terdapat beberapa peternak ayam buras yang pernah menjadi anggota kelompok tersebut, tetapi kemudian meninggalkan usaha ternak ayam burasnya. Hal ini disebabkan jumlah ayam buras yang dipelihara cukup besar dan akan membutuhkan tenaga kerja tambahan. Tetapi, sebagian besar peternak yang mengusahakan ayam buras dalam kelompok ini menjadikan usaha ternak ayam buras sebagai pekerjaan sampingan, sehingga peternak mencurahkan jam kerja sebagian besar kepada pekerjaan utamanya di luar usaha ternak, diantaranya sebagai pegawai pemerintahan dan karyawan perusahaan. Keterbatasan tenaga kerja keluarga untuk mengelola usaha ternak ayam buras ini menyebabkan manajemen pemeliharaan, terutama untuk seleksi bibit ayam untuk memperoleh produksi telur yang diharapkan, semakin menurun sehingga mengurangi pertumbuhan produktivitas telur ayam. Peternak tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, karena selain pertimbangan munculnya biaya produksi tambahan, tetapi juga beralihnya peternak dalam penggunaan jenis pakan. Sejak 1,5 tahun sebelumnya, peternak meramu pakan manual meliputi dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan dan jagung giling, tetapi kini peternak lebih memilih menggunakan jenis pakan jadi ayam petelur yang dapat dibeli dengan mudah dan dapat diberikan secara praktis. Akibatnya, 7 beberapa peternak yang mempunyai mesin pemecah jagung saat ini jarang dimanfaatkan, terutama karena ketersediaan bahan-bahan untuk membuat pakan manual yang semakin langka. Harga pakan jadi ayam petelur ini relatif mahal bagi sebagian besar peternak, terlebih lagi konsumsi ayam buras petelur untuk memproduksi telur konsumsi membutuhkan jumlah pakan yang relatif besar, berkisar antara 80-100 gram per ekor per hari. Harga pakan jadi ayam petelur yang digunakan peternak Kelompok Hidayah Alam rata-rata sebesar Rp 200.000,00 setiap 50 kilogram yang diberikan untuk 400 ekor ayam dan habis dikonsumsi dalam satu hari. Kebutuhan dan harga pakan jadi yang tinggi ini ikut mendorong sebagian besar peternak untuk memutuskan menjual ayam-ayam yang dipeliharanya, di samping untuk mengurangi biaya tambahan tenaga kerja untuk mempertahankan manajemen pemeliharaan tanpa menurunkan produktivitas telur ayam, tetapi juga untuk membiayai penggunaan jenis pakan jadi yang lebih besar daripada biaya pakan manual untuk membudidayakan ternak ayam buras pada tahun berikutnya. Namun demikian, pembudidayaan ayam buras petelur di Desa Nambo ini terus dikembangkan dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam dan dijalankan melalui kemitraan dengan perusahaan di sekitar desa tersebut dalam suatu program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR. Tetapi, tidak semua peternak bermitra dan menerima bantuan modal tersebut, sehingga terdapat peternak yang bermitra dan tidak bermitra. Kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan kelompok ternak berupa pemberian pinjaman modal dalam bentuk input bibit ayam betina umur lima bulan, yang sifatnya bergulir di antara peternak dengan jangka waktu pengembalian selama tiga tahun. Di samping itu, peternak yang menjalankan kemitraan juga memperoleh pelatihan budidaya ayam buras dari perusahaan swasta tersebut. Kemitraan ini dilaksanakan oleh dua perusahaan swasta, yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan PT. Holcim Indonesia, Tbk. Peran kemitraan ini sebagai sumber penyedia permodalan bagi peternak merupakan salah satu upaya pengembangan usaha ternak dalam kaitannya dengan penyediaan input usaha ternak. Oleh karena itu, penting sekali mengkaji perbedaan keputusan bermitra pada peternak terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak. Selain itu, 8 usaha ternak yang dijalankan Kelompok Hidayah Alam ini memiliki variasi jumlah populasi ayam buras yang dipelihara, yaitu skala pengusahaan paling kecil sebanyak 150 ekor dan skala paling besar sebanyak 1.325 ekor. Perluasan skala pengusahaan ternak dapat menurunkan rata-rata komponen biaya input tetap per unit output sehingga keuntungan produsen meningkat Teken dalam Fatma 2011. Perbedaan skala pengusahaan ternak ini membutuhkan kajian mengenai analisis usaha ternak antara peternak skala besar dan peternak skala kecil untuk melihat perbedaan tingkat keberhasilan usaha ternak. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi usaha ternak yang dijalankan Kelompok Ternak Hidayah Alam saat ini, sehingga dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1 Bagaimana perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam? 2 Bagaimana alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam?

1.3. Tujuan Penelitian