I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam
ras petelur dan pedaging serta itik Tabel 1. Sementara, perkembangan ternak ayam buras mengalami penurunan dengan rata-rata laju penurunan 0,29 persen
selama enam tahun di Indonesia. Namun demikian, rata-rata kontribusi populasi ternak ayam buras terhadap populasi ternak unggas di Indonesia selama tujuh
tahun sebesar 20,60 persen menunjukkan bahwa budidaya ayam buras juga menyumbang pertumbuhan output nasional pada subsektor peternakan unggas
sebagai salah satu sektor riil perekonomian di Indonesia, yaitu sektor pertanian. Selain itu, kontribusi populasi ayam buras terhadap pemenuhan konsumsi daging
dan telur nasional potensial untuk dikembangkan.
Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2010
dalam 000 Ekor
Ternak Unggas 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Ayam Buras 276.989 278.954 291.085 272.251 243.423 249.964
268.957
Ayam Ras Petelur 93.416 84.790 100.202 111.489 107.955 99.768
103.841 Ayam Ras Pedaging
778.970 811.189 797.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952 Itik
32.573 32.405 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292
Total Populasi Unggas 1.181.948 1.207.338 1.221.295 1.311.266 1.292.270 1.383.331 1.668.042
Keterangan: Angka Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik 2011
1
Diolah
Jumlah produksi unggas nasional tersebut sebagian besar disumbang dari Pulau Jawa, antara lain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Besar sumbangan populasi ternak ayam buras di Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional 11,11 persen
menunjukkan masih rendahnya pengusahaan ternak ayam buras dibandingkan dengan ayam ras pedaging dan petelur. Data populasi ternak ayam buras belum
memilah antara usaha ternak ayam pedaging dan petelur, sehingga data populasi
1
http:www.bps.go.id. Populasi Ternak 000 Ekor 2000-2008. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.
2 yang ditunjukkan merupakan total keseluruhan populasi ayam buras pedaging dan
petelur.
Tabel 2. Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi
Lain dan Kontribusinya terhadap Nasional Tahun 2010
No Ternak
Populasi Ekor Kontribusi
Populasi Jawa Barat JawaTengah JawaTimur
Nasional
1 Ayam
Buras 29,022,875
36,741,465 23,964,085
261,173,531 11.11
2 Ayam Ras
Pedaging 512,626,821
59,302,085 154,356,580
1,115,108,029 45.97
3 Ayam Ras
Petelur 11,125,158
17,583,669 34,037,999
116,188,087 9.58
4 Itik
8,840,386 5,188,611
3,691,306 43,367,193
20.38
Keterangan: Angka Sementara Persentase kontribusi populasi unggas Provinsi Jawa Barat terhadap populasi unggas Nasional
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2011
2
Populasi unggas ayam buras di Provinsi Jawa Barat yang masih rendah tersebut disebabkan pengusahaan oleh rumah tangga peternak yang organisasi
produksinya masih bersifat subsisten atau hanya sebagai rumah tangga pemelihara Tabel 3. Kedua jenis rumah tangga yang berbeda dalam Tabel tersebut
menjelaskan corak usahatani yang terdapat dalam masyarakat pembudidaya ternak unggas di Jawa Barat.
Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Peternakan Unggas di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008
Jenis Unggas Jumlah Rumah Tangga
Pemelihara orang Jumlah Unit Usaha
Komersial orang Ayam Buras
1.277.792 20.258
Itik 94.075
34.657 Ayam Ras Petelur
5.425 1.328
Ayam Ras Pedaging 10.894
9.738
Jumlah orang Rumah Tangga
Pemelihara 1.388.186
Unit Usaha Komersial
65.981 Peternakan Total
1.454.167
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2011
3
2
http:disnak.jabarprov.go.id. Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Lain dan Kontribusinya terhadap Nasional Tahun 2010. Diakses Tanggal 3
Oktober 2011.
3
http:disnak.jabarprov.go.id. Rumah Tangga Peternakan di Jawa Barat SPN 08. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.
3 Rumah tangga pemelihara dimaksudkan dengan corak usaha ternak yang subsisten
dan rumah tangga usaha merupakan corak usaha ternak yang komersial. Umumnya, budidaya ternak ayam buras diusahakan secara terpencar-pencar oleh
individu peternak di wilayah pedesaan dengan skala yang sangat kecil dan corak subsisten. Jumlah rumah tangga peternak, baik rumah tangga pemelihara maupun
rumah tangga usaha dalam membudidayakan ternak ayam buras sangat besar jumlahnya, tetapi populasi ayam buras masih rendah.
Berbeda halnya dengan populasi ayam ras pedaging dan petelur yang pengusahaannya oleh rumah tangga peternak lebih sedikit dibandingkan dengan
rumah tangga peternak ayam buras. Persentase jumlah rumah tangga pemelihara ternak ayam buras terhadap jumlah rumah tangga pemelihara unggas di Provinsi
Jawa Barat mencapai 92,05 persen adalah lebih besar daripada jumlah rumah tangga pemelihara ayam ras pedaging dan petelur yang masing-masing hanya 0,78
persen dan 0,39 persen terhadap jumlah rumah tangga pemelihara unggas di Jawa Barat pada tahun 2008. Sementara, rumah tangga peternak usaha komersial
untuk ternak ayam buras baru diusahakan sekitar 1,39 persen terhadap seluruh rumah tangga peternakan unggas di Jawa Barat.
Namun demikian, pengusahaan ayam ras pedaging dan petelur secara komersial pun tidak lebih besar dari rumah tangga peternak ayam buras komersial
masing-masing hanya 0,64 persen dan 0,09 persen dari rumah tangga peternakan unggas di Jawa Barat. Hal ini disebabkan pengusahaan ayam ras pedaging dan
petelur saat ini banyak dikembangkan dengan berkelompok melalui kelembagaan- kelembagaan sosial dan ekonomi yang terdapat dalam lingkungan masyarakat,
seperti kelompok ternak, Kelompok Wanita Tani KWT dan diarahkan dengan bentuk kemitraan PIR Perusahaan Inti Rakyat. Dengan prinsip kolektivitas
tersebut, baik melalui kelembagaan maupun kemitraan, ternyata mampu meningkatkan produksi ayam ras pedaging dan petelur. Bentuk kolektivitas ini
masih jarang ditemukan dalam perkembangan budidaya ayam buras hampir di sebagian besar wilayah pedesaan Indonesia.
Produksi ternak unggas ayam buras yang masih kecil itu membuat harga jual hasil ternak, baik daging maupun telur ayam buras lebih mahal daripada hasil
ternak ayam ras, selain karena produk ayam buras memiliki diferensiasi dan
4 karakteristik yang lebih diminati masyarakat tertentu. Beberapa karakteristik
daging dan telur ayam buras tersebut, diantaranya seperti tekstur yang liat pada daging dan kandungan lemak yang lebih tinggi sehingga rasanya lebih gurih
daripada daging dan telur ayam ras. Pemeliharaannya yang tradisional dengan membebaskan ayam secara liar untuk mencari pakan sendiri, membuat tingkat
keaktifan ayam buras lebih tinggi dan secara biologis membentuk rasa dan tekstur spesifik. Hasil ternak telur ayam buras lebih banyak diminati karena manfaat
fungsionalnya untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh daripada telur ayam ras yang manfaatnya untuk makanan konsumsi sehari-hari. Implikasinya adalah
bahwa permintaan hasil ternak ayam buras masih lebih besar daripada produksinya, seperti yang dapat dijelaskan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Pemasukan dan Pengeluaran Unggas Antar Kabupaten di Wilayah
Provinsi Jawa Barat Angka Tetap Tahun 2010
No. KabupatenKota
Pemasukan Unggas Ekor Pengeluaran Unggas Ekor
Ayam Buras
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Ayam Buras
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
1 Kab. Bogor
492.882 1.046.000
5.533.439 157.130
5.078.704 14.518.050
2 Kab. Sukabumi
88.721 -
- 41.700
69.160 8.795.862
3 Kab. Cianjur
1.420.000 -
- -
1.186.480 870.700
4 Kab. Bandung
409.134 63.223
1.200.000 412.101
1.795.200 -
5 Kab. Garut
972.800 -
2.362.970 151.600
- 295.226
6 Kab.
Tasikmalaya 11.892
800.900 1.266.060
20.257 365.310
7.608.900 7
Kab. Ciamis 217.333
- -
466.814 -
15.209.816 8
Kab. Kuningan 49.582
124.900 17.882
13.716 69.400
24.226.571 9
Kab. Cirebon 1.011.045
14.819 5.289.998
461.978 60.095
4.923.712 10
Kab. Majalengka 123.502
61.090 546.861
694.465 30.190
4.378.611 11
Kab. Sumedang 402.200
85.900 133.500
- 134.700
- 12
Kab. Indramayu 666.452
- 29.551.723
51.115 -
- 13
Kab. Subang 781.133
16.963 837.847
116.477 52.012
7.218.235 14
Kab. Purwakarta 46.090
- -
- -
- 15
Kab. Karawang 658.950
- 7.805.640
208.800 -
4.518.150 16
Kab. Bekasi 213.600
4.144 5.855.500
147.651 -
4.596.000 17
Kab. Bandung Barat
225.975 7.240
970.277 5.891
319.352 2.806.800
18 Kota Bogor
104.701 -
- 35
- 6.602
19 Kota Sukabumi
- -
- -
- -
20 Kota Bandung
- -
- 7.000
5.897 583.283
21 Kota Cirebon
48.000 500
1.850.300 25.077
- 1.887.952
22 Kota Bekasi
114.375 116.744
7.971.058 343.092
25.500 1.100.499
23 Kota Depok
14.510 -
8.610.000 70.800
47.962 -
24 Kota Cimahi
9.401 -
52.332 -
1.200 141.540
25 Kota
Tasikmalaya 305.041
52.323 1.432.265
13.051 12.636
1.724.371 26
Kota Banjar 72.862
18.000 18.709.500
8.470 -
17.561.000
Jawa Barat 8.460.181
2.412.746 99.997.152
3.417.148 9.253.798
122.971.880
Keterangan : Tanda - menunjukkan bahwa tidak ada pemasukan dan pengeluaran unggas Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2011
4 4
http:disnak.jabarprov.go.id. Pemasukan Unggas Ekor dan Telur Butir Antar Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat Angka Tetap Tahun 2010. Diakses Tanggal 3 Oktober
2011.
5 Istilah pemasukan menjelaskan tentang kebutuhan suatu daerah akan
ternak tertentu yang dikirimkan berasal dari daerah di luar Provinsi Jawa Barat. Sementara, istilah pengeluaran menjelaskan jumlah unggas yang dapat diproduksi
oleh peternak daerah tersebut yang dapat dikonsumsi dan atau dikirimkan ke luar daerah tersebut. Jumlah pemasukan ayam buras untuk Kabupaten dan Kota Bogor
yang lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran pada tahun 2010 menunjukkan bahwa permintaan ayam buras di daerah Bogor masih lebih besar daripada
produksinya. Hal ini pun terjadi juga di beberapa kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, pengembangan ternak ayam buras ini
menjadi penting untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi peluang permintaan yang masih besar.
1.2. Perumusan Masalah