12
2.2. Perkembangan Penampilan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia
Usaha ternak ayam lokal dengan sistem pemeliharaan yang intensif melalui perbaikan pakan, manajemen dan pengendalian penyakit yang baik dapat
menghasilkan produksi telur per tahun 51 butir per ekor dengan daya tetas 78-80 persen Sumanto dan Zainuddin 2005. Penelitian tersebut juga menjelaskan
perbaikan koefisien teknis penampilan usaha ayam lokal melalui perbaikan pakan dan sistem perkandangan disertai pembinaan teknis bagi peternak yang
meningkatkan produksi telur hingga 63 butir per induk per tahun dengan daya tetas 86 persen per ekor per periode. Namun demikian, produksi ayam lokal ini
masih belum menunjukkan tingkat produktivitas ayam yang maksimum. Perkembangan penelitian selanjutnya menyebutkan bahwa rata-rata jumlah
ayam yang dipelihara peternak di Indonesia dengan sistem intensif yaitu 104 ekor setiap peternak dan dapat memproduksi telur sebesar 80,30 butir per ekor induk
per tahun Sinurat dalam Hasbianto dan Suryana 2008. Upaya dalam meningkatkan produktivitas tersebut dapat dilakukan melalui introduksi teknologi
pemeliharaan intensif dengan melaksanakan “Sapta Usaha” ayam buras, yang meliputi pemilihan bibit, pencegahan penyakit, perkandangan, pemberian pakan
dengan gizi seimbang, sistem reproduksi, pasca panen, pemasaran dan manajemen usaha. Pada usaha ternak ayam buras yang dilakukan dengan sistem tersebut,
induk baru dapat memproduksi telur pada umur pertama bertelur rata-rata 7,5 bulan dan daya tetas telur mencapai 83,70 persen. Tingkat mortalitas ternak
hingga umur enam minggu rata-rata 27,20 persen, sedangkan ternak yang berumur produktif hingga afkir memiliki tingkat mortalitas kurang dari 27 persen.
Namun, produktivitas telur ayam buras akan semakin menurun dengan bertambahnya umur induk. Septiwan 2007 menggambarkan respons
produktivitas dan reproduktivitas ayam buras dengan umur induk yang berbeda bahwa induk ayam buras yang berumur 6 bulan dapat memproduksi telur 3,24
butir per ekor per minggu, umur 12 bulan memproduksi 2,21 butir per ekor per minggu dan umur 18 bulan dapat memproduksi 1,78 butir per ekor per minggu.
Pertambahan umur induk ini juga diikuti dengan menurunnya daya tetas telur ayam buras hingga 88,21 persen pada induk yang berumur 18 bulan untuk telur
yang fertil. Sapta Usaha sebagai upaya meningkatkan produktivitas telur ayam
13 dapat dilakukan dengan memelihara tatalakana perkandangan yang baik,
pengendalian penyakit dan perbaikan mutu genetik untuk memperoleh bibit dengan produksi telur yang baik.
Kondisi perkandangan yang gelap, ventilasi kurang cahaya, lembab, kotor dan kapasitas kandang yang tidak berimbang dengan jumlah ternak serta
manajemen dan iklim, merupakan media yang sangat bagus untuk berkembangnya penyakit koksiodisis, dimana penyakit ini dapat menghambat pertumbuhan,
menurunkan berat badan, menurunkan jumlah telur, mengundurkan masa bertelur hingga lima sampai tujuh minggu serta menimbulkan kematian 20-90 persen
Salvina, et al dalam Jarmani 2005. Upaya pencegahan penyakit yang menggunakan ramuan jamu berasal dari tanaman-tanaman berkhasiat obat seperti
kunyit, lempuyang, jahe, daun sambiloto, kencur, bawang merah dan daun papaya yang dicampurkan ke dalam pakan dan minum ayam dapat meningkatkan
produktivitas. Di samping itu, perbaikan mutu genetik ayam lokal petelur untuk
mengurangi sifat mengeram, salah satunya dapat dilakukan dengan persilangan antara ayam lokal dengan ayam ras Setioko dan Iskandar 2005. Penelitian
tersebut menyebutkan juga besarnya produksi telur hasil seleksi generasi ketiga mencapai 178 butir per ekor per tahun. Diwyanto et al. dalam Hasbianto dan
Suryana 2008 menjelaskan juga mengenai konsumsi pakan ayam buras dengan sistem pemeliharaan intensif yaitu antara 80-100 gram per ekor per hari.
Kebutuhan pakan dalam pemeliharaan tersebut 30 persen lebih besar daripada penggunaan pakan yang dikeluarkan dalam sistem pemeliharaan semi intensif dan
tradisional. Beberapa nilai yang dijelaskan tersebut dapat menggambarkan parameter produksi atau koefisien teknis dalam usaha ternak ayam buras pada
umumnya, antara lain produktivitas telur per ekor induk per tahun dapat mencapai 92,56
– 168,48 butir pada umur berbeda Septiwan 2007. Daya tetas telur terrendah dan tertinggi masing-masing adalah 78 persen Sumanto dan Zainuddin
2005 dan 88,21 persen Septiwan 2007 per periode bertelur. Tingkat mortalitas pada pemeliharaan intensif yaitu kurang dari 27,2 persen Septiwan 2007.
14
2.3. Arah Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia