jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan
relatif dari setiap jenis.
2.6 Kerapatan Pohon
Kerapatan pohon adalah jumlah pohon yang terdapat pada satuan luas tertentu, biasanya dinyatakan dalam hektar, sehingga dikenal sebagai jumlah
pohon per hektar Suhendang 1985. Menurut Richard 1966, kerapatan pohon pada hutan alam tidak teratur sehingga sulit untuk mendapatkan kerapatan seperti
yang diinginkan. Pada tegakan hutan alam biasanya kerapatan pohon akan tinggi pada kelas diameter kecil dan akan menurun pada kelas diameter yang makin
besar. Hal tersebut terjadi karena adanya kompetisi yang tinggi, baik antar individu dalam satu jenis maupun antar berbagai jenis, sehingga tidak semua
individu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh secara wajar, walaupun tidak mati.
Kecenderungan penurunan kerapatan pohon pada kelas diameter yang lebih tinggi ternyata tidak sama untuk semua jenis terutama sifat toleransinya
terhadap naungan. Untuk pohon intoleran tidak tahan naungan, kecenderungan penurunan kerapatan pada kelas diameter yang besar tidak akan berlangsung
secara drastis. Sedangkan untuk toleran, kerapatan pohonnya akan berkurang secara drastis jika kelas diameter bertambah tinggi UNESCO 1978.
Meskipun terdapat beberapa tipe sebaran kerapatan pohon, ada dugaan yang kuat bahwa pada umumnya terdapat hubungan yang erat antara kerapatan
pohon dengan diameter, baik pada jenis pohon toleran maupun pada jenis intoleran, sehingga akan terdapat hubungan fungsional antara kelas diameter
dengan kerapatan pohonnya. Atas dasar tersebut maka struktur tegakan hutan akan dapat dipakai sebagai alat untuk menduga besarnya kerapatan pohon pada
setiap kelas diameternya Suhendang 1985.
2.7 Pola Penyebaran
Penyebaran jenis bersifat unik dalam tingkat komunitas dan organisasi ekologi. Penyebaran dalam komposisi jenis berhubungan dengan derajat
kestabilan komunitas. Komunitas vegetasi dengan penyebaran jenis yang lebih besar memiliki jaringan kerja yang lebih komplek daripada komunitas dengan
penyebaran jenis yang rendah Istomo 1994. Menurut Odum 1971, individu-individu dalam populasi dapat tersebar
menurut tiga pola yaitu, 1. acak 2. seragam, dan 3. bergerombol tidak teratur. Pola penyebaran acak hanya terjadi bila lingkungan sangat seragam dan
tumbuhan tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk mengelompok. Penyebaran seragam terjadi bila komposisi antar individu tersebut terjadi tolak
menolak positif, sehingga timbul ruang atau jarak yang teratur antar individu. Penyebaran mengelompok paling umum terjadi di alam. Apabila individu-
individu menyebar secara mengelompok, masing-masing kelompok kecil dapat tersebar, baik secara acak maupun seragam.
Ludwig dan Reynold 1988 diacu dalam Istomo 1994 mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab pembentukan pola penyebaran
individu sebagai berikut: a. Faktor vektorial adalah hasil dari pengaruh kekuatan lingkungan luar seperti
angin, air dan intensitas cahaya b. Faktor reproduksi merupakan akibat dari cara-cara pembiakan dari organisme
tersebut seperti regenerasi klon dan progeni c. Faktor sosial yang merupakan hasil dari perilaku bawaan seperti perilaku
daerah penyebaranteritorial d. Faktor
coactive hasil dari interaksi intra spesifik misalnya kompetisi
e. Faktor stokastik hasil pengaruh acak beberapa faktor utama. Jadi pola penyebaran dari suatu organisme disebabkan oleh pengaruh dari dalam
seperti pembiakan, sosial dan coactive atau dari luar seperti vektorial. Selain itu Leigh 1982 diacu dalam Rio 1996 memperkenalkan teori
penyebaran pohon sebagai berikut; a. Suatu jenis dapat tumbuh dan berkembang di suatu daerah karena telah
melalui persaingan
b. Suatu jenis dapat tumbuh karena jenis yang berbeda menempati habitat yang berbeda
c. Suatu jenis dapat berkembang karena perbedaan tanggapan setiap jenis terhadap pembukaan tajuk
d. Suatu jenis dapat tumbuh dan berkembang karena terjadi perbedaan tanggapan dari faktor-faktor reproduksi pohon terhadap perubahan lingkungan.
2.8 Analisis Vegetasi