59 Gambar 10.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Permasalahan Fluktuasi dan Tren Penurunan Produksi Lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Khususnya Kabupaten Bangka Beberapa Tahun Terakhir.
Analisis Deskriptif: 1. Karakteristik responden umum.
2. Deskripsi variabel penelitian. Harga Jual Lada di Tingkat Petani X
1
Peluang Usaha Lain X
2
Teknologi Budidaya Lada Petani X
3
Produksi Lada Y
Rekomendasi Penelitian Terdahulu: Terdapat sembilan 9 permasalahan produksi secara umum di Bangka Belitung.
Pembatasan dan Penetapan Tiga Permasalahan Faktor Pokok: 1. Harga jual lada di tingkat petani.
2. Adanya peluang usaha lain, selain usaha produksi lada. 3. Teknologi budidaya lada petani.
Pengamatan di Lapangan Kabupaten Bangka. Identifikasi Masalah
Analisis Korelasi dan Regresi Linear Berganda: Faktor yang signifikan berpengaruh terhadap produksi lada.
1. Karakteristik Responden Secara Umum: Umur, status, pendidikan, pengalaman mengusahakan lada, usaha yang
dilakukan, dan kepemilikan lahan. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Penelitian:
Produksi lada, harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani.
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang merupakan sentra utama produksi lada, khususnya lada putih, di Indonesia. Lada
yang dihasilkan dari provinsi ini dikenal di dunia dengan nama Muntok White Pepper
Lada Putih Muntok. Kabupaten yang ditetapkan sebagai fokus utama kajian adalah Kabupaten Bangka, yaitu daerah yang signifikan mengalami
fluktuasi dan tren penurunan produksi antara tahun 2004-2008, serta penurunan produksi yang paling besar dibandingkan lima kabupaten dan satu kota lainnya di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada rentang tahun 2007-2008. Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Mei 2010 hingga akhir Juli 2010. Pertimbangan
lokasi dan waktu penelitian didasarkan atas penguasaan masalah, keterbatasan dana, waktu, dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti.
4.2. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan secara bertahap multitahap. Metode yang digunakan adalah perpaduan antara metode judgement, cluster, dan simple
random sampling . Kabupaten Bangka, yang menjadi daerah batasan penelitian
ruang lingkup penelitian, ditetapkan berdasarkan pertimbangan judgement bahwa kabupaten tersebut mengalami fluktuasi dan tren penurunan produksi
paling signifikan selama periode 2004-2008 serta penurunan produksi yang paling besar pada rentang tahun 2007-2008, diantara wilayah administratif lainnya di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka kemudian dikelompokkan cluster menjadi beberapa
kecamatan, berdasarkan lingkup pemerintahan Kabupaten Bangka. Atas dasar pengelompokan kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka tersebut,
diambil beberapa kecamatan dengan kriteria judgement kecamatan yang areal tanam dan produksi ladanya masih dominan. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka 2009, kecamatan yang ditetapkan sebagai lingkup pengambilan sampel karena memiliki areal tanam dan
produksi yang dominan, khususnya di tahun 2009, adalah Kecamatan Mendo
61 Barat, Bakam, dan Riau Silip. Areal tanam dan produksi lada per kecamatan di
Kabupaten Bangka dapat lebih jelas dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9.
Areal Tanam dan Produksi Lada per Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2009
No Kecamatan
Areal Tanam Ha Produksi Ton
1. Mendo Barat
1.704,0 936,0
2. Bakam
869,0 496,0
3. Riau Silip
604,0 166,0
4. Puding Besar
313,0 125,0
5. Merawang
205,0 122,2
6. Belinyu
133,0 126,9
7. Sungailiat
34,0 44,0
8. Pemali
7,0 8,0
Total 3.869
2024,1
Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka 2009
Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip, masing-masing, dikelompokkan kembali ke dalam beberapa desa, berdasarkan lingkup
pemerintahan kecamatan tersebut. Kemudian dari pengelompokan tersebut, diambil beberapa desa, dengan kriteria pemilihan yaitu desa yang areal tanam dan
luas panen ladanya masih dominan. Untuk itu digunakan data mengenai areal tanam dan luas panen lada, yang diperoleh dari masing-masing BPP Balai
Penyuluh Pertanian di kecamatan terpilih, yaitu BPP Petaling untuk Kecamatan Mendo Barat, BPP Bakam untuk Kecamatan Bakam, dan BPP Pangkal Niur untuk
Kecamatan Riau Silip. Berdasarkan data yang diperoleh, yaitu data areal tanam dan luas panen lada setiap desa di kecamatan-kecamatan terpilih tersebut,
khususnya di tahun 2009, ditetapkan sembilan desa yang sesuai. Masing-masing kecamatan diwakili oleh tiga desa yang sesuai. Desa-desa terpilih beserta areal
tanam dan luas panen ladanya dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 10.
62
Tabel 10.
Luas Areal Tanam dan Panen Sembilan Desa Lokasi Penelitian
No Kecamatan
Desa Areal Tanam Ha
Luas Panen Ha
1. Mendo Barat
Petaling 70,25
51 Kemuja
80 40
Air Duren 50
35 2.
Bakam Bakam
37 22
Dalil 25
15 Neknang
25 18
3. Riau Silip
Banyu Asin 196
41 Silip
125 45
Cit 40
Keterangan: Data tidak tersedia;
Data tahun 2009 Sumber: Balai Penyuluh Pertanian BPP Petaling, Bakam, dan Pangkal Niur 2009 Diolah
Selanjutnya, dari setiap desa, dipilih petani-petani secara acak simple random sampling
berdasarkan kerangka sampel petani yang ditetapkan dengan kriteria petani lada yang mendiversifikasikan usaha ladanya selama tahun 2009,
dimana tanaman ladanya tersebut telah menghasilkan buah lada atau dipanen di tahun 2009. Pertimbangan digunakannya kriteria tersebut adalah agar setiap petani
yang dipilih dapat menjawab keempat variabel dalam penelitian ini, yaitu produksi lada Y, harga jual lada di tingkat petani X
1
, peluang usaha lain X
2
, dan teknologi budidaya lada petani X
3
, serta dapat memberi jawaban yang paling objektif, khususnya dalam menjawab ketiga variabel independen, yaitu
harga jual lada di tingkat petani X
1
, peluang usaha lain X
2
, dan teknologi budidaya lada petani X
3
, karena petani tersebut berproduksi lada, menggunakan teknologi, dan memanfaatkan peluang usaha lain. Jumlah sampel petani lada yang
diambil di setiap kecamatan adalah 10 orang, sehingga dari tiga kecamatan yang telah ditetapkan diperoleh total 30 orang sampel. Jumlah masing-masing sampel
petani lada di setiap desa berkisar antara 2-4 orang, yang berasal dari kerangka sampelnya. Tahap penentuan sampel dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 11,
sedangkan kerangka sampel di setiap desa dapat dilihat pada Lampiran 3.