Pengaruh Harga Jual Lada di Tingkat Petani Terhadap Produksi

153 anggap lebih menguntungkan, yaitu berkurangnya prioritas atas pengusahaan kebun lada dan luas areal lahan yang tersedia untuk mengusahakan tanaman lada. Jika prioritas petani lada untuk mengusahakan tanaman lada menurun, maka tenaga energi yang dicurahkan ataupun modal yang dialokasikan petani lada atas usaha tersebut pun menurun, sehingga pada akhirnya menurun pula produksi lada mereka. Sementara itu, berkurangnya luas areal tanam juga berdampak pada berkurangnya produksi lada. Hal ini disebabkan karena tenaga, modal, dan areal tanam merupakan input-input yang digunakan dalam proses untuk memproduksi lada, dalam suatu sistem, sehingga saat penggunaan input-input produksi menurun, maka tentunya produksinya pun menurun. Usaha lain yang paling dominan diusahakan oleh responden masih di bidang pertanian, yaitu usaha kebun karet dan kelapa sawit, sehingga secara umum, pengusahaan kedua jenis tanaman inilah yang menjadi pesaing utama pengusahaan lada. Seluruh responden yang memiliki usaha lada dan karet menyatakan bahwa pengusahaan karet berdampak terhadap ketersediaan areal tanam mereka. Walaupun demikian, sebagian besar dari mereka tetap memprioritaskan usaha ladanya, karena pengusahaan karet tidak sesulit pengusahaan lada. Sebagian besar responden yang memiliki usaha lada dan kelapa sawit menyatakan bahwa mereka lebih memprioritaskan usaha kelapa sawit mereka. Akan tetapi, hanya sebagian responden yang menyatakan bahwa kelapa sawit mempengaruhi ketersediaan areal tanam lada mereka. Artinya, walaupun responden mendiversifikasikan usaha lada mereka dengan usaha lain, khususnya dengan karet dan kelapa sawit, mereka tetap memiliki produksi lada untuk dijual ditawarkan. Hal ini membuat peluang usaha lain tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi lada. Akan tetapi, ini hanya berlaku dalam jangka pendek, karena kajian data dalam penelitian ini adalah data cross section satu tahun saja. Jika dikaji secara time series atau jangka panjang, maka peluang usaha lain menjadi signifikan pengaruhnya secara negatif terhadap produksi lada. Pada masa yang akan datang, saat tanaman lada sudah tua dan mati tidak produktif lagi, maka tanaman yang muncul sebagai tanaman utama menggantikan lada adalah karet dan kelapa sawit, yang ditumpangsarikan dengan lada. Akibatnya, produksi lada yang dimiliki 154 responden menjadi berkurang, atau bahkan tidak ada lagi. Jika tanaman karet atau kelapa sawit tersebut ditanam di areal baru yang sebenarnya sesuai untuk ditanamai lada, maka di masa yang akan datang, saat tanaman karet dan kelapa sawit tersebut dewasa dan telah menghasilkan, maka lahan tersebut tidak dapat ditanami lada lagi oleh responden, sehingga produksi lada mereka pun akan menurun, bahkan tidak ada lagi.

6.3.4.3. Pengaruh Teknologi Budidaya Lada Petani Terhadap Produksi

Lada Variabel teknologi budidaya lada petani berpengaruh positif searah terhadap produksi lada. Hal tersebut sesuai dengan kerangka teoritis yang dibangun. Perbaikan dalam teknologi budidaya yang mencakup perbaikan dalam teknik budidaya lada yang selama ini telah dilakukan petani, serta introduksi teknologi yang lebih modern dalam budidaya lada petani, berdampak pada meningkatnya efisiensi dan produksi lada petani. Teknologi budidaya lada petani memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi lada karena merupakan faktor yang bersentuhan langsung berhubungan langsung dengan kegiatan produksi lada oleh petani on farm, yang mencakup dimensi persiapan lahan sampai panen. Bahkan, variabel teknologi budidaya lada petani juga mencerminkan motivasi dan prioritas petani dalam pengusahaan tanaman ladanya. Petani lada yang masih termotivasi dan memprioritaskan usahatani ladanya tetap berusaha menerapkan teknologi lada yang lebih baik dibandingkan yang tidak. Sebagian besar responden memiliki pengalaman dalam mengusahakan lada karena telah mengusahakannya lebih dari 14 tahun, akan tetapi secara teknis, penerapan teknologi mereka belum sesuai anjuran atau masih rendah. Pengalaman mereka lebih banyak diperoleh secara turun-temurun dan dari sesama petani lada. Padahal, belum tentu teknologi budidaya di masa lalu yang diterapkan oleh pendahulu responden, misalnya orang tuanya sesuai untuk diterapkan pada kondisi saat ini. Begitupula dengan pengetahuan teknologi budidaya lada dari petani lada lain, yang belum tentu sesuai untuk diterapkan terhadap petani lada lainnya. Tingkat pendidikan responden yang dominan SD setingkat, membuat responden kesulitan dalam menerima dan menerapkan introduksi teknologi