Sejarah Kawasan Posisi dan Kondisi Fisik Kawasan

BAB IV KONDISI UMUM PENELITIAN

4.1 Sejarah Kawasan

Berdasarkan sejarahnya, Kebun Raya Sibolangit Hortus Sibolangit didirikan pada tahun 1914 oleh Tn. J.A. Lorzing atas prakasa dari Dr. J.A. Koningsberger Direktur Kebun Raya Bogor. Pada saat itu Kebun Raya Sibolangit sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor. Namun, pada tanggal 24 Mei 1934, statusnya diubah oleh pemerintah Deli menjadi Cagar Alam Sibolangit berdasarkan Surat Keputusan Z.b. No.85PK. Dalam suatu edisi terbitan Kementrian Pertanian Republik Indonesia tentang Kebun Raya Indonesia 1957 disebutkan bahwa Kebun Raya Sibolangit dibuka tahun 1914 dan ditutup pada tahun 1928. Kemudian dibuka kembali sesudah perang berakhir pada tahun 1948 hingga 1950 yang kemudian kebun raya ini diserahkan kepada Djawatan Kehutanan. Pada tahun 1956, lokasi Cagar Alam Sibolangit bertambah luasnya sebesar 5,8 Ha yang berasal dari bekas areal Hak Guna Usaha CV. Seng Hap dan dikuatkan dengan SKPT Menteri Pertanian dan Agraria No.104KA1957 tanggal 11 Juni 1957. Pada ekspedisi botani yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Nasional Nasution, 1975 dilaporkan bahwa kondisi CA Sibolangit sudah tertata rapi, didalamnya terdapat 57 petak, yang terdiri dari 32 petak lama dan 25 petak baru. Pada Tahun 1980, sebagian kawasan ini seluas 24,85 Ha diubah menjadi Taman Wisata Alam Sibolangit yang dikuatkan oleh SK Menteri Pertanian No.636KptsUm91980, sedangkan sebagian lagi ditetapkan menjadi Cagar Alam. Dengan adanya surat keputusan ini luas kawasan Cagar Alam Sibolangit tinggal 95,15 Ha setelah dikurangi luasannya untuk kepentingan umum. Hingga kini, status dan luas kawasan Cagar Alam adalah sekitar 120 Ha tidak mengalami perubahan lagi.

4.2 Posisi dan Kondisi Fisik Kawasan

a. Administrasi Pemerintahan dan Geografi Cagar Alam Sibolangit secara administrasi pemerintah berada di Desa Sibolangit, Kecamata Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatra Utara. Kawasan ini terlatak di sebelah selatan Kota Medan sekitar 35 Km dari Medan dan 15 Km dari Berastagi pada posisi geografis 3°17’50” LU dan 98°36’0”-98°36’56”BT dengan ketinggian sekitar 550 m dpl. Secara administrasi kehutanan, Cagar Alam Sibolangit berada dalam pengelolaan Resort KSDA Sibolangit, seksi KSDA Wilayah II Lubuk Pakam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara I Medan. b. Iklim Menurut klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, Cagar Alam Sibolangit termasuk tipe hujan A dengan intensitas curah hujan rata-rata sekitar 1544 sampai 3714 mmtahun dengan curah hujan terendah pada bulan Februari, dan curah hujan tertinggi pada bulan September. Suhu udara maksimum pada siang hari berkisar antara 22°C sampai 28°C, sedangkan suhu minimum pada malam hari berkisar antara 13°C sampai 14°C. Kelembaban udara kawasan ini sangat tinggi, diatas 90. Data kecepatan angin yang diperoleh berkisar antara 4 sampai 35 kmjam. c. Geologi, Morfologi, Topografi, dan Tanah Berdasarkan peta peruntukan tanah Sumatera Skala 1: 50.000 , jenis tanah pada areal ini adalah Andosol dan Asosiasi Andosol dan Podsolik Merah Kuning. Bahan induk tanah berasal dari letusan gunung berapi berupa tuff intermedier . Tanah bersifat masam dengan pH antara 4,5 sampai 5,6. Tanah di Cagar Alam Sibolangit ini rata-rata termasuk jenis Andosol yang tertutupi oleh humus tebal, dengan ketebalan mencapai ± 30 cm, sehingga memudahkan air hujan untuk meresap ke dalamnya. Batas antara CA dan TWA Sibolangit berupa jurang yang curam dengan kemiringan lereng lebih dari 45 sampai 90. Ketebalan humus yang tinggi, menyebabkan kawasan perbatasan ini sangat rentan terhadap bahaya tanah longsor. TWA Sibolangit sendiri memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan berkisar 5 sampai 10.

4.3 Kondisi Biologis