Produksi Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu

48 3. Peruntukan dari barang atau jasa yang diproduksi tersebut Produksi yang melimpah dan efisien tidak tepat jika hanya dinikmati oleh segelintir anggota masyarakat saja. Keputusan untuk siapa barang atau jasa diproduksi berkaitan erat dengan konsep keadilan masyarakat bersangkutan. Bagi masyarakat egaliter, keadilan berarti setiap individu memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan masyarakat utilitarian tidak terlalu mementingkan keadilan dalam jumlah. Jumlahnya dapat berbeda, yang penting apakah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Menurut Gaspersz 2000, dalam ekonomi manajerial, aktivitas berproduksi dianggap sebagai sisi penawaran, yang akan menunjukkan perilaku produsen dalam menawarkan produknya barang atau jasa di pasar. Produksi dikatakan sebagai suatu aktivitas proses pada perusahaan di dalam industri berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output secara efektif dan efisien, sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah tersebut dapat dijual dengan harga yang kompetitif di pasar global. Pembahasan produksi erat kaitannya dengan sistem produksi. Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen elemen struktural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut, yaitu: 1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi tersebut. 2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, berupa menghasilkan produk barang atau jasa berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3. Mempunyai aktivitas, berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. 4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimasi pengalokasian sumberdaya-sumberdaya. Komponen elemen struktural dan fungsional berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi tersebut. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri atas bahan material, mesin dan 49 peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dan sebagainya. Sedangkan komponen fungsional terdiri dari supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang seluruhnya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi tersebut. Secara sederhana, sistem produksi dapat digambarkan seperti dalam Gambar 6. Gambar 6. Skema Sistem Produksi Sumber: Gaspersz 2000 Gambar 6 menunjukkan bahwa elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah input faktor produksi, proses, dan output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi tersebut, agar mampu senantiasa meningkatkan perbaikan continuous improvement. Petani lada, sebagai masyarakat dan produsen, juga dihadapkan pada permasalahan ekonomi yaitu jenis produk barang atau jasa yang harus LINGKUNGAN INPUT PROSES OUTPUT  Tenaga kerja  Modal  Material  Energi  Tanah  Informasi  Manajerial PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH PRODUK Barang atau Jasa Umpan balik untuk pengendalian input, proses, dan teknologi 50 diproduksi dan berapa jumlahnya, cara memproduksi produk-produk tersebut, dan peruntukan dari produk yang diproduksinya. Dalam memandang hal tersebut, petani lada dilihat sebagai suatu perusahaan bisnis di dalam industri lada di Bangka Belitung, khususnya Kabupaten Bangka, yang menghasilkan produk lada. Aktivitas produksi dianggap sebagai bagian dari penawaran yang dilakukan oleh petani lada. Oleh sebab itu pengkajian terhadap produksi lada oleh petani lada dilandaskan pada teori penawarannya, sebagai individu. Aktivitas produksi proses yang dilakukan oleh petani lada dalam memproduksi lada merupakan bagian dari suatu sistem, yang disebut sebagai sistem produksi lada. Proses tersebut terkait dengan input produksi lada dan lingkungan di mana petani lada melakukan usahanya. Sebagai suatu sistem yang terintegrasi, saat terjadi perubahan pada aspek input produksi lada ataupun lingkungan usaha yang mempengaruhi sistem produksi lada, maka akan mempengaruhi proses produksi lada. Selanjutnya, perubahan dalam proses produksi lada akan mempengaruhi output produksi lada. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan pada input lada ataupun lingkungan usaha yang mempengaruhi sistem produksi lada, akan berpengaruh pula pada output produksi lada. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa harga jual lada dan usaha lain yang menjadi pesaing pengusahaan lada.

3.1.2. Harga Jual Lada di Tingkat Petani dan Produksi

Hubungan antara harga jual dengan produksi didasarkan pada hukum penawaran. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan sifat perkaitan diantara harga suatu barang atau dapat pula jasa dan jumlah barang yang ditawarkan oleh para produsen. Di dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para produsen untuk menawarkan barangnya, apabila harganya tinggi, dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut, apabila harganya rendah. Penawaran dari suatu pasar selalu berhubungan dengan para produsen pelaku bisnis dalam menghasilkan dan menjual produk-produknya Samuelson dan Nordhaus 2003. Penawaran dari pelaku bisnis tersebut, secara lebih tepat digambarkan pada kurva penawaran, yang menghubungkan jumlah yang ditawarkan dari sebuah barang dengan harganya di pasar, sementara hal-hal 51 lain dianggap konstan ceteris paribus. Dalam mempertimbangkan penawaran, hal-hal lain yang dianggap konstan tersebut diantaranya biaya produksi, harga barang terkait, dan kebijakan pemerintah. Kurva penawaran untuk sebuah komoditi akan memperlihatkan hubungan antara harga pasarnya dengan kuantitas dari komoditi tersebut, yang diinginkan diproduksi dan dijual oleh produsen, sementara hal-hal lain dianggap konstan Samuelson dan Nordhaus 2003. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual, sebaliknya semakin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual Sukirno 1985, ceteris paribus . Penjual dapat pula diartikan sebagai produsen yang menawarkan barang atau jasa yang dihasilkannya. Dampak dari perubahan harga jual barang atau jasa, baik kenaikan, maupun penurunan, menyebabkan terjadinya pergerakan di sepanjang kurva penawaran, tetapi tidak sampai menggeser kurva penawaran tersebut. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 7. Keterangan: P = Harga produk komoditi Q = Jumlah output produk yang dihasilkan Gambar 7. Pergeseran di Sepanjang Kurva Penawaran, dari Titik A ke T itik A’, Akibat Adanya Kenaikan Harga Barang Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga jual lada di tingkat petani lada atau harga jual lada yang diterima oleh petani lada berhubungan dan akan mempengaruhi jumlah produksi yang dijual dan dihasilkan petani lada tersebut. Semakin tinggi harga jual lada, maka jumlah produksi yang dijual petani lada semakin banyak. Karena petani lada bertindak sebagai produsen yang S Q Q 2 Q 1 P 2 P 1 P A’ A 52 memproduksi sendiri outputnya yaitu lada putih, maka saat jumlah produksi yang dijual petani lada semakin banyak, mereka akan bergairah untuk meningkatkan produksi per areal tanam ataupun melalui perluasan areal tanam. Sebaliknya, semakin menurun harga jual lada, maka jumlah produksi yang dijual petani lada pun menurun, sehingga keinginan untuk meningkatkan produksi per areal ataupun melalui perluasan areal tanam juga menurun.

3.1.3. Peluang Usaha Lain dan Produksi

Peluang usaha lain erat kaitannya dengan konsep ilmu ekonomi, yaitu pilihan-pilihan choice dan opportunity cost. 1. Pilihan-pilihan choice Dalam masyarakat senantiasa ditemukan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas banyaknya. Manusia tidak pernah merasa puas atas apa yang telah mereka peroleh dan mereka capai. Jika keinginan sebelumnya telah terpenuhi, maka keinginan lainnya akan muncul. Terbatasnya sumberdaya yang tersedia, dibandingkan kebutuhan atau keinginan, menyebabkan manusia harus menentukan pilihan-pilihan yang bersifat individu ataupun kolektif. Pilihan-pilihan tersebut juga dapat menjadi sangat kompleks sulit Rahardja dan Manurung 2006. 2. Biaya kesempatan opportunity cost Ilmu ekonomi memandang manusia sebagai makhluk rasional. Pilihan yang dibuatnya berdasarkan pertimbangan untung rugi, dengan membandingkan biaya yang harus dikeluarkan dan hasil yang akan diperoleh. Biaya yang dimaksudkan dalam konsep ilmu ekonomi economic cost berbeda dengan konsep biaya akuntansi accounting cost. Ekonomi lebih memandang biaya dari sudut pandang yang lebih luas. Bagi seorang akuntan berdasarkan konsep akuntansi, biaya adalah total uang yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menghasilkan sesuatu. Misalnya, seseorang membeli mobil bekas di awal tahun seharga Rp 70 juta. Kemudian mobil tersebut diperbaiki dengan biaya Rp 10 juta, maka total perolehan mobil adalah Rp 80 juta. Di akhir tahun mobil tersebut terjual seharga Rp 92 juta. Seseorang