119 transportasi, PNS Pegawai Negeri Sipil, ABRI, Pensiunan PNSABRI, buruh
bangunan, peternak sapi, pengrajin, dan nelayan. Sebagian besar penduduk Mendo Barat bermata pencaharian sebagai petani, yaitu 16.365 orang atau mencapai
86,78 persen dari penduduk bekerja. Mata pencaharian utama lainnya yang dilakukan oleh penduduk Mendo Barat adalah nelayan sebanyak 924 orang, atau
sekitar 4,89 persen dari penduduk bekerja. Hal ini membuktikan bahwa, penduduk Mendo Barat umumnya masih menggantungkan kehidupannya pada sektor
pertanian dalam arti luas. Pada tahun 2008 Kecamatan Bakam berpenduduk sebanyak 15.034 orang,
dimana dari jumlah tersebut, yang memiliki mata pencaharian adalah sebanyak 9.124 orang atau hampir mencapai 61 persen dari seluruh penduduk Bakam. Jenis
pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk Kecamatan Bakam, yaitu petani, industri, konstruksi, pedagang, transportasi, PNS Pegawai Negeri
Sipil, ABRI, Pensiunan PNSABRI, buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan penambang timah. Sebagian besar penduduk kecamatan tersebut bermata
pencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak 8.056 orang atau 88,29 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerjaan yang banyak dilakukan oleh
penduduk adalah sebagai penambang timah, yaitu sebanyak 248 orang atau hampir mencapai 3 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa umumnya penduduk Kecamatan Bakam masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian dalam arti yang luas.
Kecamatan Riau Silip memiliki jumlah penduduk sebanyak 23.839 orang, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja adalah sebanyak 7.577 orang atau
31,78 persen dari seluruh penduduknya. Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk kecamatan tersebut, diantaranya petani, industri, pedagang, transportasi,
PNS Pegawai Negeri Sipil, ABRI, pensiunan PNSABRI, buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan nelayan. Sebagian besar penduduk Kecamatan
Riau Silip bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 4.614 orang atau 60,89 persen seluruh penduduk yang bekerja. Kemudian, yang bekerja sebagai pedagang
sebanyak 1.085 orang dan nelayan sebanyak 630 orang, atau 14,31 persen dan 8,31 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Keadaan ini juga menunjukkan
120 bahwa perekonomian penduduk Riau Silip umumnya masih didukung oleh sektor
pertanian dalam arti luas.
5.4. Potensi Umum Wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki beragam potensi daerah. Salah satunya adalah potensi perkebunan, yang meliputi perkebunan lada, kelapa
sawit, karet, cengkeh, dan coklat. Beberapa potensi perkebunan yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi atau kontribusi dari
wilayah Kabupaten Bangka. Perkebunan di Kabupaten Bangka dibagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Produksi komoditas perkebunan rakyat
antara lain lada, karet, kelapa, kelapa sawit, cengkeh, dan cokelat. Secara keseluruhan, komoditas perkebunan yang paling dominan diusahakan di
Kabupaten Bangka adalah lada, karet, kelapa, dan kelapa sawit. Produksi lada, karet, kelapa, dan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat, di Kabupaten
Bangka pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28.
Produksi Lada, Karet, dan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2008 dan 2009
Kecamatan Lada
Ton Karet
Ton Kelapa
Ton Kelapa Sawit
Ton 2008
2009 2008
2009 2008
2009 2008
2009
Sungailiat
8,62 44,00
112,14 117,00
2.299,91 2.075,00
36,66 982,80
Pemali
47,70 8,00
781,20 413,00
601,70 9,70
519,35 4.536,00
Bakam
404,10 496,00
1.052,10 1.729,00
133,10 478,00
5.804,50 9.901,00
Merawang
38,70 122,20
297,36 578,40
84,70 118,50
809,58 2.994,00
Puding Besar
13,50 125,00
2.769,48 2.246,00
601,70 24,00
8.294,33 8.968,00
Belinyu
81,90 126,90
252,05 383,45
25,30 434,30
1.649,70 3.752,00
Riau Silip
156,60 166,00
4.217,22 1.510,00
359,70 291,00
1.023,43 5.502,00
Mendo Barat
908,10 936,00
5.162,22 13.345,14
40,48 27,45
1.053,98 3.342,00
Total
1.659,22 2.024,10
14.643,77 20.321,99
4.146,59 3.457,95
19.191,51 39.977,80
Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Bangka 2010 Diolah
Tabel 28 menunjukkan bahwa dari ketiga kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian, Kecamatan Mendo Barat memiliki produksi paling besar
untuk komoditi lada dan karet, pada tahun 2008 dan 2009. Komoditi Kelapa paling banyak dihasilkan di Kecamatan Sungailiat pada tahun 2008 dan 2009.
121 Sementara itu, produksi kelapa sawit yang paling besar pada tahun 2008 berada di
Kecamatan Puding Besar, sedangkan untuk tahun 2009, produksi paling besar terdapat di Kecamatan Bakam. Tanaman lada, karet, dan kelapa sawit dalam skala
Kabupaten Bangka, antara tahun 2008-2009, mengalami peningkatan produksi, sedangkan tenaman kelapa mengalami penurunan produksi. Jika dibandingkan
antara ketiga jenis tanaman yang mengalami kenaikan produksi tersebut, maka kenaikan yang paling besar adalah produksi pada tanaman kelapa sawit, yaitu
sebesar 20.786,29 ton; kemudian karet, yaitu sebesar 5.678,22 ton; dan yang terakhir adalah lada, yaitu hanya sebesar 364,88 ton.
Perkebunan besar yang ada di Kabupaten Bangka dikelola oleh delapan perkebunan swasta. Perkebunan swasta tersebut yaitu PT. Sumarco Makmun
Indah, PT. Gunung Maras Lestari, PT. Tata Sawit Permai Lestari, PT. Tri Jaya Hasil Lestari, PT. Sawindo Kencana, PT. Tata Hamparan Eka Persada, PT.
Gunung Pelawan Lestari, dan PT. Putra Bangka Mandiri, dengan tanaman utama yang diusahakan adalah kelapa sawit. Pada tahun 2008, berdasarkan data dari BPS
Kabupaten Bangka, areal kebun inti, dari lima perusahaan perkebunan sawit, yaitu PT. Sumarco Makmun Indah, PT. Gunung Maras Lestari, PT. Sawindo Kencana,
PT. Tata Hamparan Eka Persada, dan PT. Putra Bangka Mandiri mencapai 40.705,17 ha. Beberapa perusahaan tersebut memiliki perkebunan kelapa sawit
plasma, seperti PT. Sumarco Makmun Indah dan PT. Hamparan Eka Persada, masing-masing seluas 10.000 ha dan 5.500 ha. Jika ditotal, maka perkebunan
kelapa sawit plasma yang ada di Kabupaten Bangka luasnya adalah 15.500 ha.
5.5. Perekonomian
Kondisi ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sangat terpengaruh oleh harga minyak dan gas migas. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan PDRB Produks Domestik Regional Bruto dibuat dua, yaitu PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, tanpa migas secara umum lebih tinggi daripada pertumbuhan PDRB dengan migas, karena semakin menurunnya produksi migas dalam tiga
tahun terakhir dan meningkatnya sektor-sektor di luar migas. PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB ADHK pada tahun 2008 termasuk migas diperkirakan
122 tumbuh sekitar 4,4 persen. Terjadi sedikit perlambatan dibandingkan tahun
sebelumnya 4,54 persen. Sejalan dengan PDRB ADHK migas, PDRB ADHK tanpa migas juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu 5,37 persen pada
tahun 2007, menjadi 5,03 persen pada tahun 2008. Produk Domestik Regional Bruto dengan migas Provinsi Bangka Belitung
dilihat berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku ADHB pada tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp 21,576 triliun. Terjadi peningkatan sekitar 20,54 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Rp 17,895 triliun. Sementara itu, PDRB ADHB tanpa migas diperkirakan mencapai Rp 21,076 triliun pada tahun 2008, meningkat
21,34 persen dibandingkan tahun 2007 Rp 17,369 triliun. Struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008 menurut lapangan usaha
dapat dilihat pada Gambar 13.
Keterangan: Angka Sangat Sementara
Gambar 13.
Struktur Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008
Sumber: BPS dan BAPPEDA 2009
Secara sektoral, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling
besar kontribusinya terhadap PDRB ADHB dengan migas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008, yaitu sebesar 21,01 persen. Sedangkan
sumbangan sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu masing-masing sebesar 19,89 persen, 18,21
persen, dan 18,20 persen. Total kontribusi keempat sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB ADHB dengan migas adalah sebesar 77,31 persen, dan
sisanya disumbangkan oleh sektor lain, seperti sektor listrik, gas, dan air bersih;
Pertanian 19,89 Pertambangan dan
Penggalian 18,20
Industri Pengolahan 21,01
Listrik, Gas, Air Bersih 0,58
Bangunan 6,49 Perdagangan,
Hotel, Restoran 18,21
Pengangkutan Komunikasi
3,96 Keuangan,
Persewaan, Jasa Perusahaan
2,54 Jasa-Jasa 9,12