Model Regresi Linear Berganda

76 Berdasarkan hipotesis penelitian dan taraf nyata yang ditetapkan atas pengaruh harga jual lada di tingkat petani X 1 , peluang usaha lain X 2 , dan teknologi budidaya lada petani X 3 , secara bersamaan terhadap produksi lada Y, maka disusun kriteria uji hipotesis. Kriteria tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kriteria Uji Hipotesis Penelitian Dua Arah dengan Uji F pada Model Regresi Linear berganda No Kriteria Uji Kesimpulan 1. F hitung F 0,1v1=3,v2=26 Tolak H pada taraf nyata 0,1 10 2. P value 0,1 Tolak H pada taraf nyata 0,1 10 Keterangan: v1DF regression Derajat bebas pembilang = k k = Banyaknya variabel independen v2 DF error Derajat bebas penyebut = n-k-1 n = Jumlah pengamatan atau sampel H = Hipotesis nol penolakan α = Taraf nyata signifikansi 2. Uji individu uji t-student Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis dua arah, sehingga uji individu yang dilakukan adalah uji dua arah two tail test, yaitu: a. Harga jual lada di tingkat petani dan produksi H : Harga jual lada di tingkat petani tidak berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional secara signifikan terhadap produksi lada. H a : Harga jual lada di tingkat petani berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional secara signifikan terhadap produksi lada. Secara statistik dapat ditulis: H : β 1 = 0 H a : β 1 ≠ 0 b. Peluang usaha lain dan produksi H : Peluang usaha lain tidak berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional secara signifikan terhadap produksi lada. H a : Peluang usaha lain berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional secara signifikan terhadap produksi lada. 77 Secara statistik dapat ditulis: H : β 2 = 0 H a : β 2 ≠ 0 c. Teknologi budidaya lada petani dan produksi H : Teknologi budidaya lada petani tidak berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional secara signifikan terhadap produksi lada. H a : Teknologi budidaya lada petani berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional secara signifikan terhadap produksi lada. Secara statistik dapat ditulis: H : β 3 = 0 H a : β 3 ≠ 0 Berdasarkan hipotesis penelitian dan taraf nyata yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan kriteria-kriteria uji hipotesis penelitian dengan uji t- student yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kriteria Uji Hipotesis Penelitian Dua Arah dengan Uji t-student pada Model Regresi Linear Berganda No Pengaruh Kriteria Uji Kesimpulan 1. X 1 terhadap Y t hitung t 0,1 2 DF=26 Tolak H pada taraf nyata 0,1 10 Sig.0,1 2. X 2 terhadap Y t hitung t 0,1 2 DF=26 Tolak H pada taraf nyata 0,1 10 Sig.0,1 3. X 3 terhadap Y t hitung t 0,1 2 DF=26 Tolak H pada taraf nyata 0,1 10 Sig.0,1 Keterangan: DF error Derajat bebas penyebut = n-k-1 H = Hipotesis nol penolakan k = banyaknya variabel independen α = Taraf nyata signifikansi n = jumlah pengamatan atau sampel

4.8. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, atau dengan kata lain definisi 78 operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel Singarimbun dan Effendi 2006. Menurut Silalahi 2009, definisi operasional merupakan definisi yang menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Definisi operasional pada penelitian ini memberi arti yang lebih jelas batasan kepada setiap variabel-variabel penelitian yang digunakan dan cara pengukurannya. Pembuatan definisi operasional didasarkan pada penelitian terdahulu, maupun teori yang telah dikaji dalam kerangka pemikiran, serta disesuaikan dengan kondisi lapangan. Adapun variabel-variabel tersebut, yaitu produksi lada Y, sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel-variabel independen dalam penelitian ini, yaitu harga jual lada di tingkat petani X 1 , peluang usaha lain X 2 , dan teknologi budidaya lada petani X 3 .

4.8.1. Produksi Lada Y

Produksi lada adalah keseluruhan buah lada yang dihasilkan dan dipanen oleh petani lada, dari areal kebun usahatani nya. Data produksi yang dicari dan dianalisis adalah produksi per satu satuan luas areal, yaitu kgha. Hal ini dimaksudkan agar dari setiap sampel responden, yaitu petani lada, diperoleh data yang sama tidak bias. Selain itu, ditetapkan bahwa data produksi yang dikaji adalah data di tahun 2009. Variabel produksi lada didefinisikan sebagai keseluruhan jumlah lada putih yang dihasilkan oleh petani dengan mengolah buah lada masak yang dihasilkan dari areal kebun usahatani nya. Produksi lada ini secara khusus mengacu kepada produksi yang ada di Kabupaten Bangka.

4.8.2. Harga Jual Lada di Tingkat Petani X

1 Harga jual lada di tingkat petani adalah harga jual lada yang diterima oleh petani tingkat petani, atau dapat pula dikatakan harga jual yang diberikan pedagang pengumpul kepada petani. Data harga yang menjadi kajian adalah data harga jual rata-rata lada di tingkat petani per tahun, khususnya harga-harga di tahun 2009. 79

4.8.3. Peluang Usaha Lain X

2 Peluang usaha lain adalah alternatif usaha, di luar selain usaha kebun lada, yang dapat diperoleh dan dilakukan oleh petani lada, khususnya selama tahun 2009. Adanya alternatif usaha lain, baik dari usaha pertanian, maupun nonpertanian, yang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha kebun lada, menyebabkan petani lada melakukan pilihan dan korbanan. Hal ini berdampak pada prioritas pengusahaan kebun lada yang dimiliki oleh petani lada dan juga ketersediaan areal tanam lada yang dimiliki atau dikelola oleh petani. Berdasarkan kondisi tersebut, maka peluang usaha lain dibagi menjadi dua dimensi, yaitu peluang usaha pertanian dan usaha nonpertanian. Masing-masing dimensi, dilihat dari dua indikator, yaitu prioritas pengusahaan kebun lada dan ketersediaan areal tanam lada yang dimiliki atau dikelola oleh petani. Pengukuran indikator-indikator untuk melihat peluang usaha ini didasarkan pada literatur- literatur, informasi-informasi, dan data yang telah dikumpulkan. Prioritas pengusahaan kebun lada menggambarkan pilihan petani lada dalam memposisikan usaha ladanya terhadap alternatif peluang usaha lain yang dirasa lebih menguntungkan dan telah dilakukan. Untuk usaha pertanian, dalam hal ini perkebunan lada, ciri-ciri memprioritaskan usaha, diantaranya dengan memelihara usaha semaksimal mungkin, seperti menggunakan teknologi yang baik untuk meningkatkan produksi lada; mencurahkan modal dan tenaga lebih banyak untuk mengusahakan lada; dan upaya lainnya yang diperuntukkan untuk mengintensifkan dan mengembangkan usaha lada tersebut. Semakin petani lada memprioritaskan usaha lain, maka petani lada kurang atau bahkan tidak lagi memelihara usaha ladanya semaksimal mungkin, seperti ciri-ciri yang telah disebutkan. Ketersediaan areal tanam lada yang dimiliki atau dikelola oleh petani adalah luasan areal yang dapat digunakan untuk menanam tanaman lada ataupun untuk perluasannya, dari keseluruhan total areal pertanian perkebunan yang dimiliki atau dikelola oleh petani lada tersebut. Petani lada yang memiliki areal tanam lahan luas, yang diperuntukkan untuk membudidayakan lada, memungkinkan petani tersebut untuk memproduksi lada dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya, jika areal tanam lada yang dimiliki petani lada semakin sempit,