154 responden menjadi berkurang, atau bahkan tidak ada lagi. Jika tanaman karet atau
kelapa sawit tersebut ditanam di areal baru yang sebenarnya sesuai untuk ditanamai lada, maka di masa yang akan datang, saat tanaman karet dan kelapa
sawit tersebut dewasa dan telah menghasilkan, maka lahan tersebut tidak dapat ditanami lada lagi oleh responden, sehingga produksi lada mereka pun akan
menurun, bahkan tidak ada lagi.
6.3.4.3. Pengaruh Teknologi Budidaya Lada Petani Terhadap Produksi
Lada
Variabel teknologi budidaya lada petani berpengaruh positif searah terhadap produksi lada. Hal tersebut sesuai dengan kerangka teoritis yang
dibangun. Perbaikan dalam teknologi budidaya yang mencakup perbaikan dalam teknik budidaya lada yang selama ini telah dilakukan petani, serta introduksi
teknologi yang lebih modern dalam budidaya lada petani, berdampak pada meningkatnya efisiensi dan produksi lada petani. Teknologi budidaya lada petani
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi lada karena merupakan faktor yang bersentuhan langsung berhubungan langsung dengan kegiatan
produksi lada oleh petani on farm, yang mencakup dimensi persiapan lahan sampai panen. Bahkan, variabel teknologi budidaya lada petani juga
mencerminkan motivasi dan prioritas petani dalam pengusahaan tanaman ladanya. Petani lada yang masih termotivasi dan memprioritaskan usahatani ladanya tetap
berusaha menerapkan teknologi lada yang lebih baik dibandingkan yang tidak. Sebagian besar responden memiliki pengalaman dalam mengusahakan
lada karena telah mengusahakannya lebih dari 14 tahun, akan tetapi secara teknis, penerapan teknologi mereka belum sesuai anjuran atau masih rendah. Pengalaman
mereka lebih banyak diperoleh secara turun-temurun dan dari sesama petani lada. Padahal, belum tentu teknologi budidaya di masa lalu yang diterapkan oleh
pendahulu responden, misalnya orang tuanya sesuai untuk diterapkan pada kondisi saat ini. Begitupula dengan pengetahuan teknologi budidaya lada dari
petani lada lain, yang belum tentu sesuai untuk diterapkan terhadap petani lada lainnya.
Tingkat pendidikan responden yang dominan SD setingkat, membuat responden kesulitan dalam menerima dan menerapkan introduksi teknologi
155 budidaya yang baru. Rendahnya penerapan teknologi budidaya lada responden
juga terlihat dari skor indeks variabel teknologi budidaya lada petani ataupun skor di setiap dimensi, yang sebagian besar masih berada di bawah nilai
maksimumnya. Penerapan teknologi budidaya lada yang rendah oleh responden menyebabkan produksi lada mereka pun rendah.
Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada perhatian terhadap teknologi budidaya lada petani. Pemerintah, melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
BPTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sudah melakukan penelitian di bidang ini. Salah satu inovasi yang mereka hasilkan adalah model junjung dari
tanaman hidup junjung hidup. Namun terdapat satu kendala dalam rangka adopsi teknologi budidaya ini. Petani lada tidak sedemikian mudahnya diubah
perilaku dan kebiasaannya dalam menerapkan teknologi budidaya tradisional mereka. Misalnya, mengubah penggunaan junjung mati menjadi junjung hidup.
Berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu, dibutuhkan waktu yang relatif lama mencapai 15 tahun hanya untuk memperkenalkan junjung hidup kepada petani
lada, sampai mereka mau mengganti junjung mati dengan junjung hidup tersebut. Oleh sebab itu, perilaku dan pertimbangan masyarakat menjadi pertimbangan
yang penting dalam melakukan perbaikan ataupun inovasi teknologi yang baru. Peningkatan pengetahuan petani lada mengenai teknologi budidaya lada
yang baik juga dapat dilakukan dengan bantuan PPL Penyuluh Pertanian Lapang. Keberadaan PPL dibutuhkan untuk mendampingi petani lada yang saat
ini menghadapi berbagai permasalahan teknologi budidaya lada, khususnya penanggulangan serangan hama dan penyakit tanaman seperti penyakit kuning
dan busuk pangkal batang. Hal ini disebabkan karena PPL lah orang yang paling mengenal kondisi petani lada serta usaha lada mereka di lapangan. PPL
diharapkan mampu memberikan masukan ke petani lada mengenai pemecahan masalah tersebut. Masukan tersebut tidak harus selalu bersumber dari
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh PPL. PPL pun dapat berperan sebagai penghubung antara petani lada dengan pihak-pihak ataupun lembaga-
lembaga yang memiliki kemampuan untuk memecahkan persoalan tersebut.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hanya teknologi budidaya lada petani yang berpengaruh signifikan secara positif terhadap produksi lada. Artinya, semakin
tinggi tingkat penerapan teknologi budidaya lada petani, maka produksi lada akan meningkat, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat penerapan teknologi budidaya
lada, maka produksi lada akan menurun. Dengan demikian, disimpulkan bahwa teknologi budidaya lada merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
produksi lada di tingkat petani, dibandingkan harga jual lada, dan adanya peluang usaha lain. Oleh sebab itu, solusi terbaik yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki dan meningkatkan penerapan teknologi budidaya lada petani di lapangan.
7.2. Saran
Perbaikan dan peningkatan penerapan teknologi budidaya lada petani di lapangan dapat berjalan dengan baik, jika didukung oleh kerjasama dari seluruh
pihak yang terkait. Pemerintah, baik di pusat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maupun Kabupaten Bangka, dapat lebih memperhatikan aspek teknologi
budidaya lada dengan meneliti dan mengembangkan, serta mensosialisasikan teknologi budidaya lada yang efisien dan tepat kepada petani lada secara kontinu,
yang meliputi teknologi dalam persiapan lahan, penyediaan bibit, persiapan panjatan junjung, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama
dan penyakit tanaman, serta panen. Salah satunya, seperti teknologi budidaya lada anjuran yang diteliti dan dikembangkan oleh BPTP Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang diharapkan mampu menjadi alternatif mengatasi gejolak harga dan alih usaha petani lada, karena
dapat mengefisienkan biaya produksi, sehingga saat harga lada rendah pun, petani lada dapat terus mengusahakan lada, serta mempermudah upaya mereka dalam
mengusahakan lada. Pemerintah dapat menjadikan PPL Penyuluh Pertanian Lapang sebagai
sarana mensosialisasikan teknologi budidaya lada yang telah dikembangkan,