Model Regresi Linear Berganda Uji Asumsi Linear Klasik Model Regresi Linear Berganda

149 Tabel 45. Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Linear Berganda Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,962a ,925 ,917 45,37719 a Predictors: Constant, X3, X2, X1 b Dependent Variable: Y ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 662280,551 3 220760,184 107,213 ,000a Residual 53536,324 26 2059,089 Total 715816,875 29 a Predictors: Constant, X3, X2, X1 b Dependent Variable: Y Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -345,022 222,425 -1,551 ,133 X1 ,005 ,007 ,056 ,741 ,465 X2 -10,959 9,062 -,083 -1,209 ,237 X3 1105,508 92,254 ,906 11,983 ,000 a Dependent Variable: Y Residuals Statisticsa Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 581,5730 1047,0969 824,7500 151,12002 30 Residual -98,8135 96,7370 ,0000 42,96603 30 Std. Predicted Value -1,609 1,471 ,000 1,000 30 Std. Residual -2,178 2,132 ,000 ,947 30 a Dependent Variable: Y Berdasarkan uji t dua arah yang dilakukan, dinyatakan bahwa konstanta, variabel harga jual lada di tingkat petani X 1 , dan variabel peluang usaha lain X 2 tidak berpengaruh signifikan masuk ke persamaan regresi linear, pada taraf nyata α 10 persen, karena: 1. Untuk konstanta, nilai t hitung t 0,1 2 DF=26 -1,551 1,706 dan Sig. α 0,133 0,1. 2. Variabel harga jual X 1 , nilai t hitung t 0,1 2 DF=26 0,741 1,706 dan Sig. α 0,465 0,1. 3. Variabel peluang usaha lain X 2 , nilai t hitung t 0,1 2 DF=26 -1,209 1,706 dan Sig. α 0,237 0,1. 150 Oleh sebab itu, untuk variabel harga jual dan peluang usaha lain, hipotesis nol H diterima pada taraf nyata α 10 persen. Variabel yang berpengaruh signifikan masuk ke persamaan regresi linear hanya teknologi budidaya lada petani X 3 , dengan nilai t hitung t 0,1 2 DF=26 11,983 1,706 dan Sig. α 0,000 0,1, sehingga disimpulkan hipotesis nol H ditolak pada taraf nyata α 10 persen. Koefisien regresi variabel teknologi budidaya lada petani, saat dikaji bersama-sama dengan harga jual lada di tingkat petani dan peluang usaha lain, adalah sebesar positif + 1.105,508. Dengan melihat bahwa skor indeks maksimum variabel teknologi budidaya lada adalah 2 dua, maka koefisien regresi variabel tersebut menunjukkan untuk setiap kenaikan teknologi budidaya lada petani 0,1 satuan, maka rata-rata produksi lada akan meningkat sebesar 110,5508 kgha. Sebaliknya, saat teknologi budidaya lada petani menurun 0,1 satuan, maka rata-rata produksi lada akan menurun sebesar 110,5508 kgha. Uji F dua arah menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan model Y = -345,022 + 0,005 X 1 − 10,959 X 2 + 1.105,508 X 3 pada taraf nyata 10 persen relatif memuaskan dalam menerangkan data, karena nilai F hitung F 0,1v1=3;v2=26 326,383 2,31 dan Sig. α 0,000 0,1. Dengan demikian, disimpulkan bahwa hipotesis nol H ditolak pada taraf nyata α 10 persen. Nilai R 2 yang didapat adalah sebesar 92,5 persen, yang menunjukkan bahwa sebesar 92,5 persen dari seluruh variasi produksi lada Y dapat dijelaskan oleh harga jual X 1 , peluang usaha lain X 2 , dan teknologi budidaya lada petani X 3 , sedangkan sisanya sebesar 7,5 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model persamaan. Atau dapat dikatakan bahwa model persamaan regresi cukup baik menerangkan data. Apabila hasil analisis uji F dikaitkan dengan hasil uji t, maka dapat dikatakan bahwa meskipun model persamaan regresi Y = -345,022 + 0,005 X 1 − 10,959 X 2 + 1.105,508 X 3 cenderung memuaskan, namun hanya koefisien variabel teknologi budidaya lada petani X 3 yang signifikan masuk ke dalam persamaan regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, baik uji t-student, maupun uji F, disimpulkan bahwa, diantara variabel harga jual, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani, yang paling berpengaruh terhadap produksi lada adalah teknologi budidaya lada petani.