9 berkembangnya beberapa usaha lain, khususnya usaha karet dan kelapa sawit,
yang merupakan komoditi perkebunan rakyat utama, selain lada, di Kabupaten Bangka, dan merupakan pilihan utama petani lada untuk berdiversifikasi usaha.
Keadaan tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Produksi Perkebunan Rakyat Utama di Kabupaten Bangka Tahun
2004-2008
Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Bangka 2010 Diolah
Gambar 5 memperlihatkan perkembangan yang berbeda dari masing- masing usaha perkebunan rakyat utama di Kabupaten Bangka. Komoditi karet dan
kelapa sawit mengalami perkembangan yang positif, terlihat dari tren produksinya yang meningkat. Sementara itu, komoditi lada perkembangannya negatif, yang
terlihat dari tren produksinya yang menurun. Penerapan teknologi budidaya lada petani masih dikategorikan rendah, dilihat dari pengolahan lahan yang masih
tradisional, kurangnya pemeliharaan, serta kurangnya pengendalian hama dan penyakit. Akibatnya, tanaman lada yang diusahakan tidak berproduksi dengan
baik. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani berpengaruh terhadap produksi lada?
0,00 5.000,00
10.000,00 15.000,00
20.000,00 25.000,00
30.000,00 35.000,00
40.000,00 45.000,00
2004 2005
2006 2007
2008 2009
P ro
du k
si T
o n
Tahun
Lada Karet
Kelapa Sawit
10
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani terhadap
produksi lada.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang keilmuan agribisnis, khususnya
agribisnis komoditi lada yang ada di Kabupaten Bangka dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Menjadi informasi dan pengetahuan bagi penelitian lanjutan. 3. Sebagai sumber informasi untuk pengembangan agribisnis lada bagi
pemerintah daerah Kabupaten Bangka khususnya dan pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya, serta masyarakat yang terlibat
langsung di dalam sistem agribisnis komoditi lada. 4. Sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan, dalam menentukan
solusi atas permasalahan dalam produksi lada di Kabupaten Bangka khususnya dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya.
1.5. Ruang Lingkup
Proses budidaya lada, yang meliputi kegiatan persiapan lahan, penyediaan bibit, persiapan junjung, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemberantasan
hama dan penyakit tanaman, hingga panen, dan proses pengolahan buah lada hasil panen menjadi lada putih, dianggap sebagai satu kesatuan proses, yaitu proses
produksi lada putih. Hal tersebut terkait dengan perilaku petani lada di Bangka Belitung, dimana umumnya, lada yang baru mereka panen dari kebun langsung
diolah direndam di air sungai dan dikeringkan dengan penjemuran menjadi lada putih. Tingkat kematangan buah lada saat dipanen pun telah disesuaikan untuk
diolah menjadi lada putih. Oleh sebab itu, sudah umum pula di Bangka Belitung, jika disebut
produksi lada, maka lada yang dimaksud adalah lada putih. Dengan demikian, data produksi lada yang diperoleh, khususnya dari Badan Pusat Statistik
11 Kabupaten Bangka; Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka; dan
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, adalah data produksi lada, yang telah diolah menjadi lada putih
berbentuk lada putih. Berdasarkan hal ini, selanjutnya, penyebutan produksi lada yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah produksi lada putih.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman dan Teknologi Budidaya Lada
2.1.1. Tanaman Lada
Lada menjadi salah satu jenis rempah-rempah yang paling tua dan penting di dunia, sehingga lada juga seringkali disebut King of Spices. Tanaman Lada
adalah tanaman asli dari daerah Ghats bagian barat di India. Berdasarkan sejarah, lada adalah salah satu komoditi yang pertama kali diperdagangkan antara “Dunia
Barat” dan “Dunia Timur” IPC dan FAO 2005. Pada abad pertengahan dan
zaman Renaissance, dalam sejarah penjelajahan, rempah-rempah termasuk di dalamnya lada, mempunyai kedudukan yang tinggi dan sangat spesial. Bahkan
pada zaman kuno dan medieval, nilainya seringkali disetarakan dengan emas dan batu permata. Produk utama komoditi lada yang diperdagangkan secara
internasional dewasa ini adalah lada putih white pepper dan lada hitam black pepper
. Lada putih dan lada hitam sebenarnya berasal dari buah lada yang sama. Lada putih merupakan olahan dari buah lada yang telah matang di pohon,
dipanen, dan dikelupas kulitnya, serta dikeringkan. Sedangkan lada hitam merupakan buah tanaman lada yang dipanen sebelum buah matang dan masih
berwarna hijau, serta langsung dikeringkan tanpa pengelupasan kulit. Budidaya lada di Indonesia sendiri sudah berlangsung sejak ratusan tahun
yang lampau. Tanaman lada kemungkinan dibawa koloni Hindu ke Jawa antara tahun 100 SM Sebelum Masehi sampai 600 M Masehi. Marcopolo dalam
riwayat hidupnya pada tahun 1298, menguatkan hal tersebut dengan mengatakan bahwa pada tahun 1280 di Jawa telah terdapat pengusahaan tanaman lada. Pada
tahun 1720 sepertiga bagian dari seluruh keuntungan yang diperoleh VOC, semasa menduduki Indonesia, berasal dari komoditi lada. Pada tahun 1772,
kontribusi lada semakin besar terhadap seluruh keuntungan VOC tersebut, yaitu mencapai dua per tiga bagiannya Ditjenbun Deptan 2009. Bahkan sebelum
perang dunia kedua, Indonesia memasok 80 persen kebutuhan lada dunia Edizal 1998. Tanaman lada di Indonesia memiliki banyak nama daerah, diantaranya lada
Aceh, Batak, Lampung, Buru, dan Nias, raro Mentawai, lado Minangkabau, merico Jawa, maica Bali, ngguru Flores, malita lo dawa Gorontalo, marica