Peluang Usaha Lain dan Produksi

54 tersebut, sehingga produksi dari usaha tersebut akan menurun dan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan menurun pula. Hal ini juga akan menggeser kurva penawaran ke kiri. Saat usaha lada dianggap tidak lagi menguntungkan bahkan merugikan, baik karena biaya produksi yang relatif lebih tinggi terhadap harga jualnya, ataupun karena sebab yang lain, maka petani lada memiliki opportunity cost yang kecil atas usaha ladanya. Jika petani lada menemukan adanya peluang usaha lain, yang memberikan keuntungan lebih baik dari usaha ladanya, maka akibatnya petani lada akan melakukan pilihan-pilihan, yaitu memproduksi lada dalam jumlah yang lebih sedikit; beralih ke produksi produk-produk lain atau berdiversifikasi usaha; atau mungkin benar-benar keluar dari usahanya, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan produksi dan penawaran lada. Berdasarkan penelitian terdahulu, dampak dari korbanan opportunity cost yang dilakukan oleh petani lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Kabupaten Bangka, karena memilih alternatif pilihan peluang usaha lain yang mereka anggap lebih menguntungkan selain usaha kebun lada, seperti tambang timah, kebun karet, dan kebun kelapa sawit adalah berkurangnya prioritas atas pengusahaan kebun lada dan luas areal lahan yang tersedia untuk mengusahakan tanaman lada. Petani lada rela “menomorduakan” prioritas pengusahaan lada mereka, dibanding dengan usaha lain. Selain itu, mereka pun rela mengkonversi areal yang sebelumnya telah ditanami lada atau areal yang sebenarnya dapat diperluas untuk ditanami lada, dalam lingkup keseluruhan areal yang dimilikinya, menjadi tambang timah, kebun karet, ataupun kebun kelapa sawit. Jika prioritas petani lada untuk mengusahakan tanaman lada menurun, maka tenaga energi yang dicurahkan ataupun modal yang dialokasikan petani lada atas usaha tersebut pun menurun, sehingga pada akhirnya menurun pula produksi lada mereka. Sementara itu, berkurangnya luas areal tanam juga berdampak pada berkurangnya produksi lada. Hal ini disebabkan karena tenaga, modal, dan areal tanam merupakan input-input yang digunakan dalam proses untuk memproduksi lada, dalam suatu sistem, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6. Jika penggunaan input-input produksi menurun, maka tentunya produksinya pun menurun. 55

3.1.4. Teknologi Budidaya Lada Petani dan Produksi

Menurut Soekartawi 2002, dengan adanya perbaikan kemajuan teknologi, maka produksi akan semakin meningkat. Dengan demikian akan terjadi upward shift of production , yaitu fungsi produksi yang bergeser ke arah atas karena adanya penggunaan teknologi tersebut. Secara grafis dapat dilihat pada Gambar 8. Keterangan: TP = Total Produksi; L = Input Variabel Tenaga Kerja; Y = Output Gambar 8. Pengaruh Kemajuan Teknologi terhadap Output Upward Shift of Production , Model Produksi dengan Satu Faktor Produksi Input Variabel Sumber: Rahardja dan Manurung 2006 Berdasarkan Gambar 8, akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP 3 TP 2 TP 1 . Artinya jumlah output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar. Kemajuan teknologi juga memungkinkan peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi, yang juga berarti menurunkan biaya produksi. Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi yang lebih sedikit. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 9. Tenaga Kerja L L 1 Output Y Y 3 TP 1 TP 2 TP 3 Y 2 Y 1 56 Keterangan: Q 1 = Output sebelum ada kemajuan teknologi; Q 2 = Output setelah ada kemajuan teknologi Gambar 9. Dampak Kemajuan Teknologi, pada Model Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel Sumber: Rahardja dan Manurung 2006 Karena kemajuan teknologi, tingkat produksi sebelum adanya kemajuan teknologi Q 1 dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi yang lebih sedikit Q 2 Q 2 merupakan Q 1 yang dicapai setelah ada kemajuan teknologi. Kemajuan atau perbaikan dalam teknologi dapat menyebabkan penurunan biaya produksi dan kenaikan produksi. Dalam kaitannya dengan penawaran, maka kemajuan atau perbaikan dalam teknologi tersebut akan meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan dijual. Pada kurva penawaran, dampaknya akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan. Perkembangan teknologi dalam budidaya lada petani dapat berupa perbaikan teknologi yang sudah ada ataupun introduksi teknologi yang lebih modern. Perbaikan dalam teknologi budidaya tersebut mencakup perbaikan dalam teknik budidaya lada yang selama ini telah dilakukan petani, sehingga keadaan produksi menjadi lebih baik dan terjadi peningkatan. Introduksi teknologi yang lebih modern berarti masuknya teknologi baru dalam budidaya lada petani, sehingga meningkatkan efisiensi dan produksi lada petani.

3.1.5. Harga Jual Lada di Tingkat Petani, Peluang Usaha Lain, Teknologi

Budidaya Lada Petani, dan Produksi Produksi lada tidak hanya dipengaruhi oleh satu variabel independen saja dalam kenyataannya. Oleh sebab itu, dilihat hubungan variabel-variabel independen, yang telah ditetapkan, yaitu harga jual lada di tingkat petani X 1 , peluang usaha lain X 2 , dan teknologi budidaya lada petani X 3 , sekaligus, Q 1 Q 2 Tenaga Kerja Mesin 57 terhadap produksi lada Y. Berdasarkan indikasi yang terlihat diantara variabel- variabel independen dengan dependen, maka dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani secara bersama-sama berpengaruh berhubungan kausal atau berhubungan fungsional signifikan terhadap produksi lada.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan fluktuasi dan tren penurunan produksi lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Kabupaten Bangka. Oleh sebab itu, dilakukan upaya identifikasi, menyangkut permasalahan tersebut. Secara umum, berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu, teridentifikasi sembilan permasalahan yang berkaitan dengan produksi lada di Bangka Belitung, khususnya dalam hal penurunannya. Kesembilan permasalahan tersebut, disintesakan dirangkum, dibatasi, dan ditetapkan menjadi tiga permasalahan pokok, dimana ketiganya merupakan permasalahan yang paling banyak disebutkan dalam beberapa penelitian terdahulu. Kemudian, ketiga permasalahan pokok tersebut diamati di lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan, ketiga permasalahan pokok tersebut juga dominan ditemui di lapangan, sehingga dirumuskan hipotesis bahwa harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani, berpengaruh signifikan terhadap produksi lada. Untuk membuktikannya dilakukan analisis korelasi dan regresi linear berganda. Berdasarkan hasil pengamatan juga diperoleh karaktersitik responden petani lada sampel, baik secara umum, maupun yang berkaitan dengan variabel penelitian yang dikaji. Karaktersitik responden secara umum, meliputi umur, status, pendidikan, pengalaman mengusahakan lada, usaha yang dilakukan, dan kepemilikan lahan. Karakteristik responden berdasarkan variabel penelitian yang dikaji, meliputi produksi lada yang dihasilkan, harga jual lada yang diterima, peluang usaha lain yang dijalankan selain lada, dan penerapan teknologi budidaya lada. Karaktersitik responden tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif serta korelasi dan regresi linear berganda menghasilkan rekomendasi saran, yang diharapkan dapat menjadi bahan